Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bermain Saham Paling Moncer

6 Desember 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUN depan momen yang menjanjikan bagi investasi. Perekonomian diprediksi tumbuh 6,2-6,3 persen, inflasi ditargetkan moderat di level 6,3 persen, dan Sertifikat Bank Indonesia dipertahankan 6,5 persen. Meski demikian, ekspektasi inflasi dibayangi rencana pembatasan Premium.

Analis Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah, mengatakan pemilik dana yang belum mengenal produk investasi biasanya akan menaruh uangnya dalam bentuk deposito. Bunga yang diharapkan tentu tak mungkin lebih dari bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan 7 persen.

Pasar surat utang, baik obligasi pemerintah maupun korporasi, juga bisa menjadi alternatif. Selain mendapat bunga dari pembayaran kupon, investor mendapat keuntungan dari selisih harga yang bergerak di pasar.

Obligasi pemerintah diminati karena dianggap lebih aman meski bunganya lebih rendah dibanding korporasi. Investor juga bisa menitipkan uangnya ke manajer investasi yang dikelolanya dalam bentuk reksa dana, baik reksa dana saham, campuran, maupun reksa dana pendapatan tetap.

”Tapi, bagi investor yang berani mengambil risiko dan mengharapkan hasil yang besar, bursa saham menjadi instrumen investasi yang paling menarik tahun depan,” kata Alfiansyah pekan lalu. Indikatornya bisa dilihat dari indeks harga saham gabungan yang terus melaju, bahkan potensinya melampaui 4.500.

Sejak 2003 hingga 2007, indeks harga saham gabungan naik 45 persen. Hanya sekali indeks turun, yaitu di saat krisis 2008, sebesar 29 persen. Selanjutnya, pada 2009 indeks kembali naik hingga 79 persen dan berlanjut 47 persen pada tahun ini.

Ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanti menyarankan agar investor mengamati kinerja masing-masing saham. Sebab, saham sektor tertentu bisa tumbuh lebih tinggi daripada pasar, seperti komoditas dan konstruksi.

Vice President Erdhika Sekuritas Muhammad Reza menyarankan empat sektor investasi yang bisa dibidik, yakni sektor komoditas, baik batu bara, minyak mentah, maupun minyak sawit. ”Dari awal tahun sampai sekarang tren komoditas terus naik,” kata Reza.

Sektor perbankan dan infrastruktur, termasuk sektor yang berhubungan seperti industri semen dan properti, juga menjanjikan prospek laba. Begitu pula sektor yang berhubungan dengan perut orang banyak. Dengan jumlah penduduk 237 juta, sektor produk konsumsi akan selalu memiliki pasar dan berpeluang menghasilkan keuntungan cukup besar. Bahkan Indofood yang sempat diterpa isu mengandung zat berbahaya bagi kesehatan tetap tinggi pertumbuhannya, meski mereka menaikkan harga produknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus