Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terancam Pajak Progresif

Pembiayaan kendaraan bermotor akan melonjak. Tahun depan, aset industri ini diperkirakan mencapai Rp 275 triliun.

6 Desember 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada perdebatan panas saat Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia menggelar rapat internal di sekretariat Asosiasi, lantai 14 Gedung Plaza Central, Kamis siang dua pekan lalu. Para pengurus Asosiasi yang sedang membahas proyeksi industri pembiayaan 2011 terlihat sumringah. Suasana rapat sangat santai, sesekali diwarnai canda tawa.

Bisa dimengerti jika para pengurus Asosiasi begitu rileks. Maklum saja, data menunjukkan kinerja industri pembiayaan nasional tahun ini sangat baik. Mereka pun optimistis menghadapi tantangan dan peluang 2011. "Kami semua sepakat menargetkan pertumbuhan 20 persen," kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Wiwie Kurnia kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.

Ada 192 perusahaan pembiayaan (multifinance) di Indonesia. Sepanjang tahun ini, kinerja industri pembiayaan ciamik dipicu melonjaknya penjualan kendaraan bermotor. Hingga triwulan ketiga, penjualan mobil sudah mencapai 540 ribu unit, melampaui penjualan 2009 sebanyak 480 ribu unit. Akhir tahun ini, diperkirakan jumlahnya meningkat hingga menjadi lebih dari 700 ribu unit. Adapun total penjualan sepeda motor 6,2 juta unit. Hampir sepertiga pembelian kendaraan bermotor itu melalui kredit dari perusahaan pembiayaan. Total kredit alias pembiayaan sudah mencapai Rp 177,7 triliun.

Itu sebabnya aset industri pembiayaan terus melonjak menembus Rp 220,6 triliun, naik 30 persen dari periode yang sama tahun lalu. Angka itu melampaui ekspektasi awal sebesar Rp 200 triliun. Tren menunjukkan pembiayaan akhir tahun biasanya tetap tinggi. Walhasil, Wiwie optimistis aset industri multifinance bisa terus meningkat menjadi Rp 230 triliun akhir tahun nanti. "Tahun depan, aset bisa naik lagi menjadi Rp 275 triliun," ujar Direktur Utama Mega Central Finance ini.

Bukan tanpa alasan Asosiasi berani sesumbar. Presiden Direktur PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. Suwandi Wiratno mengutip proyeksi para ekonom bahwa kondisi perekonomian tahun depan akan tumbuh tinggi. Pendapatan per kapita masyarakat semakin membaik. Daya beli melonjak. Memang pertumbuhan penjualan mobil diperkirakan akan sedikit melambat, 10 persen, bila pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi jadi dilaksanakan.

Tapi, kata dia, Asosiasi sudah berkomunikasi dengan beberapa agen tunggal pemegang merek-penjual mobil atau sepeda motor. Permintaan di dealer-dealer kendaraan bermotor tahun depan masih tinggi. Pertumbuhan penjualannya berpeluang menembus 20 persen. "Tapi kami moderat saja," kata Suwandi. Tahun depan, produsen otomotif menargetkan penjualan 800 ribu mobil dan 8 juta sepeda motor.

Sadar tahun depan permintaan kendaraan masih cukup besar, Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim sudah mengajukan rencana kerjanya sejak September lalu. Induknya, PT Bank Central Asia Tbk., sudah siap menggelontorkan dana Rp 18-19 triliun untuk menopang target pertumbuhan pembiayaan unit usahanya itu sebesar 20 persen. Hingga akhir Oktober, BCA Finance sudah menyalurkan kredit Rp 12,6 triliun. Hanya butuh sekitar Rp 2 triliun lagi demi mencapai target akhir tahun Rp 14,6 triliun. "Akan tercapai," ujarnya optimistis.

Roni tetap mewaspadai beberapa isu sebagai tantangan tahun depan. Misalnya kelanjutan promosi bunga rendah yang selama ini menjadi andalan BCA Finance, dengan rata-rata efektif 10 persen per tahun. Pesatnya laju perekonomian juga bisa memicu inflasi dan mendorong Bank Indonesia menaikkan tingkat bunga acuan (BI Rate). Bukan mustahil, buntutnya, perbankan menaikkan bunga kredit. "Itu bisa berpengaruh pada perusahaan pembiayaan karena sebagian pendanaan kami berasal dari perbankan," kata Roni.

Toh, jika bunga kredit bank naik, Roni menjamin perusahaan pembiayaan tak akan menaikkan bunga selama kenaikan bunga bank tidak melebihi 100 basis point atau satu persen. Bagi Wiwie dan kawan-kawan, justru yang paling mengkhawatirkan adalah soal rencana pemerintah menetapkan pajak progresif kendaraan bermotor. Aturan ini bisa mengurangi minat masyarakat membeli kendaraan. Pembatasan konsumsi Premium juga bisa menurunkan minat beli masyarakat. "Itu akan sangat kontraproduktif dengan upaya kami," ujarnya.

Data: Kinerja Multifinance


KeteranganSept 2009Sept 2010PertumbuhanTarget 2011Pertumbuhan
AsetRp 169,7 triliunRp 220,6 triliun30 persenRp 275 triliun*20 persen
PembiayaanRp 139,9 triliunRp177,7 triliun27 persen--
Nonperforming loan1,91 persen1,63 persen-0,28 persen> 1,8 persen-
Kontrak perjanjian12,5 juta kontrak14,3 juta kontrak15 persen--
Kantor cabang1,844 cabang**2,177 cabang18 persen***--
LabaRp 5.83 triliunRp 7,83 triliun19 persen--

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus