Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEPALA Riset PT Bhakti Sekuritas Edwin Sebayang geleng-geleng kepala melihat pergerakan indeks harga saham gabungan sepanjang tahun ini. Maklum, berkali-kali pasar modal mencetak rekor mengesankan. Indeks bursa Indonesia terus mengukir ”prestasi”-nya.
Edwin ingat, di awal 2010 indeks harga saham gabungan ia prediksi naik maksimal sampai 3.300. Pada akhir 2009 IHSG tercatat di angka 2.500. Artinya, ia memprediksi indeks akan tumbuh 20-30 persen.
Eh, baru di paruh tahun pertama saja, Edwin harus merevisi prediksinya ke level 3.500. Toh, angka itu pun terlewati dengan mudah. Pada 11 November lalu tercatat level tertinggi IHSG sepanjang sejarah bursa bertengger di titik 3.777. Kini Edwin mengatakan penguatan IHSG masih bakal terjadi bahkan hingga posisi 3.800 akhir tahun ini.
Direktur Pencatatan Bursa Efek Indonesia Eddy Sugito mengatakan pesatnya pertumbuhan pasar modal yang terjadi enam bulan belakangan jauh melampaui prediksi siapa pun. ”Indeks memang tumbuh lebih cepat dari dugaan kita semua,” kata Eddy, akhir November lalu.
Kapitalisasi pasar bursa domestik sepanjang tahun meningkat dari Rp 1.186 triliun menjadi Rp 3.205 triliun. Padahal angka Rp 3.000 triliun sebenarnya merupakan target pada 2012. Pertumbuhan indeks harga saham gabungan ini lebih tinggi daripada pertumbuhan bursa kawasan. Bahkan tertinggi di dunia!
Edwin melihat tren penguatan indeks masih akan berlanjut tahun depan. Ia memperkirakan, dengan asumsi pertumbuhan laba emiten 20-30 persen, indeks pada 2011 berpeluang naik hingga level 4.500-4.800. Sementara itu, guyuran arus modal asing masih akan terus terjadi.
Perekonomian Amerika Serikat yang masih labil dan tak kondusifnya pasar Eropa membuat pengelola dana memarkir uangnya ke emerging market. Selain Cina dan India, Indonesia tetap menjadi tujuan utama.
Kepala Ekonomi Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan limpahan likuiditas di pasar akan terus masuk pada 2011. Perekonomian tumbuh di atas enam persen, inflasi terkendali, serta selisih suku bunga rupiah dengan dolar Amerika sangat lebar.
Bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) bertahan di 6,5 persen, sedangkan suku bunga The Fed hanya 0,25 persen. Rata-rata suku bunga obligasi pemerintah di atas 8 persen. Satu lagi, persiapan masuknya Indonesia ke dalam investment grade tahun depan seolah menjadi jaminan mutu yang pasti akan diantisipasi investor.
Peringkat utang Indonesia dari Standard and Poor’s adalah BB (alias 2 notch menuju investment grade), lembaga pemeringkat Fitch BB+ (1 notch menuju investment grade), sedangkan dari Moody’s adalah Ba2 (2 notch menuju investment grade).
Tapi ada risiko yang harus diwaspadai. Itulah percepatan pemulihan negara-negara maju. Jika ini terjadi, ada kemungkinan akan berlangsung pembalikan modal secara tiba-tiba. Analis ekonomi PT Bank Negara Indonesia Tbk. Muhammad Fikri mengatakan banjir modal masuk ini sekaligus meningkatkan risiko pelarian modal.
Lembaga penilai Fitch bahkan menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang paling berisiko. Valuasi indeks cukup mahal dengan hitungan price to earning ratio mencapai 17-18 kali. Melejitnya indeks akan diwarnai tekanan aksi jual, dan investor akan ambil untung. Pekan lalu IHSG anjlok 99 (2,74 persen) ke level 3.531. Ini yang kedua kali setelah indeks terkoreksi 3,81 persen atau 112,78 poin ke level 2.846 pada 6 Mei 2010.
Namun Yudhi yakin potensi pasar keuangan Indonesia masih tetap menarik. ”Ekonomi pulih, artinya akan ada lebih banyak dana untuk diinvestasikan,” ujarnya. Imbal hasil yang ditawarkan Indonesia akan tetap lebih tinggi dibanding negara maju.
Saat ini, pasar modal Indonesia kembali memasuki masa ekspansi. Kondisi ini pernah terjadi sebelumnya, yakni periode 2001 hingga sebelum krisis 2008. Sepanjang 2001-2008, indeks naik dari kisaran 450-500 hingga 2.500.
Masa ekspansi kedua telah dimulai pada 2009 dan, menurut Yudhi, akan berlangsung setidaknya dalam tujuh tahun ke depan. ”Selama tetap waspada, pasar modal akan tumbuh hingga 2016.”
Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya mengatakan aliran modal memberikan efek positif pada perekonomian. Pada sektor keuangan, ada penurunan bunga utang di pasar utang ataupun di pasar saham. ”Artinya, borrowing cost turun sehingga insentif kegiatan usaha dan investasi meningkat,” ujar Budi, akhir bulan lalu.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pemerintah ingin memanfaatkan momentum banjir modal tersebut. ”Akan kami buat irigasi-irigasi sehingga aliran dana tersebut bisa mengalir sampai jauh,” ujar Hatta.
Menurut dia, pemerintah tak akan membendung arus dana masuk itu, tapi membuka saluran agar dana tersebut masuk ke berbagai sektor produktif. Ia menganalogikan dengan aliran air dalam budi daya padi di Indonesia dengan membuat terasering. Caranya dengan memperbanyak instrumen investasi, termasuk menerbitkan obligasi infrastruktur.
Direktur Bursa Efek Indonesia Eddy Sugito mengatakan akan menggiatkan penerbitan saham perdana. Tahun depan BEI menargetkan 25 emiten baru mencatatkan diri di bursa, menggenapi 411 emiten yang listed saat ini. ”Beberapa telah merencanakan masuk bursa,” kata Eddy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo