Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bersaing di ruang angkasa

Kegagalan beruntun roket-roket as dan ariane-2 menyebabkan premi asuransi naik. palapa b-2p tak bisa menggunakan roket lain, kecuali b-2 yang bisa diluncurkan roket long march-3 rrc. (eb)

14 Juni 1986 | 00.00 WIB

Bersaing di ruang angkasa
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SUASANA gelap mulai muncul dalam bisnis ruang angkasa. Yaitu setelah tiga kendaraan pengorbit Amerika beruntun meledak di perjalanan. Dan, pekan lalu, disusul dengan kegagalan Ariane-2 menempatkan Intelsat di ruang angkasa. Kesialan beruntun itu mendadak saja menyebabkan para operator satelit seperti menemui jalan buntu mencari kendaraan pengorbit paling aman dan bisa dipercaya. Untuk menempatkan satelit di ruang angkasa, kini, jadi makin mahal dan sulit saja. Kepastian peluncuran satelit Palapa B-2 pengganti, misalnya, baru bisa diperoleh beritanya dari Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) AS, sampai minggu ini, setelah berlarut-larut sekian lama. Menunggu lebih lama dalam ketidakpastian seperti itu memang menyebabkan posisi Palapa B-1, yang bakal habis masa dinasnya pertengahan tahun depan, jadi serba kikuk. Sebuah jalan keluar kini sedang dipertimbangkan pemerintah: membeli kembali Palapa B-2 yang dulu gagal diorbitkan, dan kini sudah jadi milik Teresat Inc., AS. Dan rencananya, dalam waktu dekat, satelit itu akan digendong ke angkasa luar dengan roket Long March-3 milik RRC. Tebusannya mungkin sudah lebih besar dari ketika pemerintah membeli dari Hughes seharga US$ 50 juta. Apalagi pihak penanggung asuransi, yang membayar santuna US$ 75 juta, juga sudah mengeluarkan tambahan biaya US$ 5,5 juta untuk menggaet satelit ini sebelum akhirnya melego ke Teresat. Sialnya, dalam situasi seperti itu, Palapa B-2 pengganti seharga US$ 40 juta tak bisa dialihkan menggunakan pengorbit lain karena dalam membeli satelit yang dibiayai Bank Eksim AS itu pemerintah telah berjanji akan memakai jasa NASA. Ongkos peluncuran dengan menggunakan pesawat ulang alik, setelah Challenger meledak, kabarnya US$ 100/0,45 kg. Tapi penerbangannya mungkin baru bisa dilakukan Juli 1987. Yang memberatkan, setelah kegagalan beruntun itu, adalah membayar premi asuransinya. Tarifnya, sebelum Ariane-2 meledak, tak kurang dari 30%. Sekarang mungkin sudah naik. Situasinya memang bertolak belakang dengan keadaan beberapa tahun lalu, ketika para operator satelit hanya membayar premi beberapa persen saa, untuk peluncuran yang mulus. Pernah memang, sesudah Palapa B-2 gagal ditempatkan pengorbit AS, pemerintah berniat memakai jasa Ariane untuk menempatkan satelit pengganti. Tapi Menteri Parpostel Achmad Tahir, belakangan, tak menyebut-nyebut itu lagi. Mungkin karena tarif peluncuran Ariane itu mahal: US$ 30 juta. Dan, sesudah Challenger meledak di angkasa, Januari lalu, tarifnya naik jadi US$ 35 juta. Kendati makin mahal orang tetap antre memakai Ariane. Sampai 1988, Ariane sudah mengantungi kontrak US$ 1,5 milyar, untuk meluncurkan 33 satelit. Tapi pamor Ariane kini merosot. Maklum, musibah yang terjadi kemarin itu merupakan kegagalan keempat dari 18 program peluncurannya. Angka kegagalan sebesar 22% itu jelas cukup tinggi dibandingkan dengan kegagalan pesawat ulang-alik AS yang hanya 4% hanya gagal sekali dari 24 kali peluncuran. Toh, NASA tetap kehilangan upah peluncuran US$ 200 juta, karena penundaan program ruang angkasa itu. Tak jelas berapa kerugian Arianespace yang, tahun ini, terikat kontrak meluncurkan delapan satelit, akibat meledaknya kendaraan pengorbitnya terakhir itu. Dalam situasi itu, pengorbit bikinan RRC kini mulai jadi salah satu pilihan, apalagi ongkos peluncurannya tak lebih dari US$ 10 juta. Maret lalu, sebuah perusahaan Swedia disebut hanya membayar US$ 4 juta untuk menempatkan sebuah satelitnya di angkasa luar. Sudah tujuh kali roket bikinan China Great Wall Industry (dulu di sini dikenal sebagai merk pensil) konon berhasil menggendong satelit. Kalau nanti misi meluncurkan Teresat berhasil, harga peluncuran dengan Long March pasti akan naik. Eddy Herwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus