Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Rebutan ss

12 perusahaan telekomunikasi raksasa memperebuntukan proyek pemasangan 240 ribu satuan sambungan telepon. syaratnya berat, tapi menarik karena menggunakan sistem borongan. pt inti tak diikutsertakan. (eb)

14 Juni 1986 | 00.00 WIB

Rebutan ss
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SAAT ini, setidaknya selusin perusahaan telekomunikasi raksasa se dang bersiap-siap memperebutkan proyek senilai US$ 700 juta. Yaitu membuat sekaligus memasang 240 ribu satuan sambungan telepon (SS) yang akan dilelang pemerintah RI tahun depan. Tender yang akan dilakukan kali ini memang lain dengan sebelum-sebelumnya: para pesertanya tidak lagi dari kalangan kontraktor bermodal dengkul, tapi dituntut yang sekaligus berperan sebagal investor membangun pabrik. Maklum, keuangan pemerintah sedang seret-seretnya. Sehingga dana yang digunakan kali ini pun tampaknya tidak diperoleh dari APBN. Tapi kredit dari lima bank pemerintah, senilai Rp 492,9 milyar, yang akadnya ditandatangani akhir tahun lalu. Dan, setelah dihitung-hitung, ternyata dana itu hanya bisa memenuhi sekitar 60% dari seluruh biaya total yang dibutuhkan. Itulah sebabnya mengapa Departemen Parpostel kali ini menawarkan proyek dengan gaya lain. "Usulan pembiayaannya sedang dibuat, dan diharapkan 40% dari nilai kontrak akan dibiayai oleh valuta asing," kata Achmad Tahir, Menteri Parpostel. Bagi para pemasok telepon asing, tentu saja, Indonesia - sebagai negara yang sedang haus telekomunikasi - merupakan ajang menarik. Sebab, dengan adanya target itu, berarti sekitar sejuta telepon masih akan dipasang di dua tahun mendatang. Di Jakarta saja, konon, 200 ribu pelanggan masih menunggu sambungan yang telah lama dipesan. Dari 12 raksasa yang akan ikut tender, tersebutlah Siemens, yang memenangkan kontrak senilai USS 170 juta pada 1982 untuk pengadaan alat-alat telepon. Juga Ericsson, perusahaan Swedia, yang baru-baru ini memperoleh proyek pengerjaan telepon mobil senilai Rp 44,8 milyar. "Meskipun kali ini kami dituntut untuk menjadi investor proyek ini tetap menarik," kata Ir. D. Siregar, Direktur Divisi Telekomunikasi Umum PT Erindo Utama, Perwakilan Ericsson di Indonesia. Sebab, katanya, bagi perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, dana bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Bukan hanya itu. "Proyek ini menarik karena menggunakan sistem borongan, tidak sepeni proyekproyek sebelumnya," kata Siregar. Katanya, proyek kali ini mulai dari pembangunan gardu, pembangunan jaringan, hingga pemasangan kabel di depan rumah pelanggan akan ditangani perusahaan pemenang. "Jadi, Perumtel tinggal menjual pada langganannya." Harapan kali ini, memang, lebih banyak ada di pihak swasta. Nama PT Nusa Ampera Bhakti disebut-sebut sebagai salah satu calon mitra usaha pemodal asing itu. Tapi, PT Inti BUMN sekali lagi tidak disertakan dalam tender, setelah tempo hari gagal pada tender proyek telepon mobil. Alasannya, dengan kapasitas produksi yang dimilikinya sekitar 100 sampai 150 ribu SS per tahun, "Inti tidak akan mampu memenuhi target nasional," kata seorang pejabat di Ditjen Postel. Tapi dengan adanya proyek digital II (ini nama proyek US$ 700 juta itu) kelak Inti akan memperoleh saingan yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas produknya. Untuk mengukur kualitas saat ini, susah memang. Sebab, jangankan kualitas, kuantitas pun belum bisa memenuhi permintaan pasar. Sebagai konsumen, dengan dikenakannya tarif biaya pemasangan antara Rp 300 dan Rp 500 ribu, bukanlah masalah. Tapi bagi Perumtel, sebagai produsen, sedikitnya harus mengeluarkan dana Rp 3 juta untuk setiap pemasangan SS. Padahal, untuk memperoleh biaya pemasangan itu, Perumtel sedikit-sedikit mengumpulkannya dari pulsa yang dibayarkan pelanggannya. Budi Kusumah Laporan Moebanoe Moera & Gatot Triyanto (Biro Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus