Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi indeks harga konsumen (IHK) baru akan kembali ke level 3 persen +/- 1 pada 2023. Tahun ini, inflasi diproyeksikan bakal meningkat seiring dengan tekanan ekonomi global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID)," ucap Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) IGP Wira Kusuma di Jakarta, Senin, 25 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inflasi IHK per Juli ditengarai bakal lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya karena kenaikan harga energi dan pangan. Pada Juni lalu, menyitir data Badan Pusat Statistik, inflasi domestik tercatat sebesar 4,35 persen.
Inflasi Juni naik dibandingkan dengan Mei yang sebesar 3,55 persen. Inflasi didorong oleh kenaikan harga kelompok volatile food. Selain karena rantai pasok pangan global, faktor cuaca membuat harga-harga komoditas naik.
Kendati demikian, inflasi inti tetap terjaga 2,63 persen secara year on year lantaran didukung oleh kebijakan BI dalam menjaga ekpektasi inflasi. Wira pun meyakini perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut, meski dampak perlambatan ekonomi global perlu tetap perlu diwaspadai.
Perbaikan kondisi ekonomi pada triwulan ketiga bakal ditopang oleh peningkatan konsumsi non-bangunan. Selain itu, perbaikan didorong oleh kinerja ekspor yang lebih tinggi dari proyeksi awal.
Adapun berbagai indikator pada Juni 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, turut mengindikasikan terus berlangsungnya pemulihan ekonomi domestik. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor, khususnya pada komoditas batu bara, bijih logam, dan besi baja, naik.
Pemulihan ekonomi juga didukung oleh permintaan ekspor yang tetap kuat dan harga komoditas global yang masih tinggi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi didukung oleh perbaikan berbagai lapangan usaha, seperti industri pengolahan, transportasi, dan pergudangan. Secara spasial, perbaikan ekonomi terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia, terutama Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.