Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

26 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bosowa Nekat Main Motor

Di tengah lesunya investasi baru, Grup Bosowa akan membangun pabrik motor di Karawang, Jawa Barat, dengan investasi US$ 20 juta. Pembangunan pabrik dimulai April ini dan selesai tahun ini juga. Bosowa, yang menggandeng Hyosung Motors & Machinery Inc., menurut rencana akan memproduksi 10 ribu unit motor per tahun. Motor ini nanti akan diberi merek BSW. ”Komponen lokalnya sekitar 30 persen,” kata Aksa Mahmud, bos kelompok usaha berbasis di Makassar ini, Jumat lalu.

Masuknya Bosowa ke bisnis motor bisa dibilang terlalu berani. Selama ini pasar motor hanya dikuasai tiga besar: Honda (Astra International), Suzuki (Indomobil), dan Yamaha. Pemain lain nyaris sulit bertahan. Lihat saja Vespa yang sekarang nyaris bangkrut atau Kawasaki yang sudah lebih dulu gulung tikar. Apalagi, pasar motor dalam dua tahun terakhir anjlok hampir 80 persen. Pada 1997 motor yang terjual masih 1,88 juta unit, tapi tahun lalu cuma 487 ribu unit. Tahun ini diperkirakan penjualan akan naik. Tapi, apakah ada peluang bagi pemain baru?

Asia Fund: Jadi, Tak Jadi…

Gagasan Dana Asia marak lagi. Pertemuan para pejabat tinggi negara-negara ASEAN bersama Jepang, Cina, dan Korea Selatan di Brunei Darussalam, Jumat pekan lalu, membangkitkan kembali ide pendirian Asian Fund. Lembaga ini akan membantu negara-negara Asia menghadapi krisis keuangan di masa depan. ”Ada konsensus bahwa Asia mesti punya lembaga pendanaan,” kata Wakil Sekjen ASEAN, Suthad Setboonsarng. Dia menambahkan, cadangan devisa yang dimiliki ASEAN plus tiga negara tadi diperkirakan mencapai US$ 700 miliar. ”Itu lebih dari cukup,” katanya.

Pembentukan Asia Fund ini bukanlah ide baru. Ketika krisis menghantam Asia pertengahan 1997 lalu, Jepang sudah menggelindingkan rencana pembentukan Asia Monetary Fund (AMF). Namun, ide itu lahir prematur karena ditentang negara-negara Barat, yang tak ingin dominasinya diganggu. Entah mengapa Jepang sendiri tak ngotot memperjuangkannya meskipun secara finansial Negeri Sakura itu mampu menjadi promotor utama AMF.

Selain pembentukan AMF, pernah juga digagas untuk mengganti dolar sebagai mata uang perdagangan antarnegara Asia. Tapi semuanya tinggal ide belaka. Jangan-jangan, rencana Asia Fund juga akan berakhir seperti AMF?

Mega Masuk Bursa

Bank Mega akan melakukan penawaran saham perdana di Bursa Jakarta mulai Senin ini. Bank milik pengusaha Chairul Tanjung itu akan melepas 112,5 juta saham dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 1.400. Bank yang ditempatkan majalah Asiaweek di posisi pertama dalam peningkatan aset selama 1998 ini akan menggunakan sebagian besar hasil penambahan modal untuk membuka cabang. Saat ini, Bank Mega memiliki 30 cabang dan berencana menambah 20 cabang dan 37 kantor cabang pembantu.

Layakkah saham Bank Mega dibeli? Melihat kinerjanya, Bank Mega memang patut diperhitungkan. Ketika bank-bank lain dibelit kerugian besar pada 1998, Mega justru mampu mencetak laba Rp 150 miliar. Tahun ini laba Bank Mega diproyeksikan jadi Rp 100 miliar.

Lippo Kesandung Internet

Jangan sembarangan mengubah nama. Belajarlah dari Lippo Life. Perusahaan asuransi ini terancam tergusur dari bursa Jakarta, delisting, gara-gara mengubah namanya menjadi Lippo E-Net. Selain itu, Lippo harus menjelaskan enam perkara yang berkaitan dengan perubahan fokus usaha Lippo dari asuransi ke internet, kepada publik. Paling lambat, penjelasan itu harus sudah disampaikan Senin ini.

Sebenarnya, pemaparan publik kali ini bukanlah yang pertama. Maret lalu, Lippo juga sudah melakukannya. Namun, pemaparan itu dinilai belum memuaskan rasa ingin tahu publik. Selain itu, pengelola bursa juga menemukan petunjuk bahwa Lippo Life melanggar Undang-Undang Usaha Perasuransian. Soal yang juga penting adalah kesiapan Lippo E-Net menyediakan dana investasi senilai Rp 1 triliun. BEJ minta seberapa jauh Lippo sudah sudah menyediakan dana tersebut. Agaknya, Lippo masih harus bersabar dan tak semaunya sendiri mengubah nama dan bisnis utamanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum