Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga Mobil Naik April
Produsen otomotif tak bisa lagi menghindari kenaikan harga jual akibat melambungnya biaya produksi yang dipicu lonjakan harga minyak dan bahan baku industri. Sebelumnya, kalangan industri sudah menaikkan harga jual 1-3 persen pada Januari lalu. ”Kemungkinan naik lagi pada April dan Mei tahun ini,” ujar Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor, Joko Trisanyoto, pekan lalu.
Dia memperkirakan kenaikan harga masih bisa diterima konsumen. Sebab, persentase kenaikan akan bervariasi dan masih di bawah lima persen. Kenaikan harga jual di bawah lima persen, menurut dia, sebetulnya masih belum dapat mengganti kenaikan biaya produksi, sehingga produsen masih harus mengurangi margin keuntungan selain terus melakukan efisiensi.
Pada Januari 2008, mobil terjual sebanyak 41.377 unit atau tumbuh 54 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan pada Februari terjual 47.500 unit. Ini berarti naik hampir 100 persen dibanding periode sama tahun lalu. ”Ini menunjukkan kenaikan harga masih bisa diterima konsumen,” ujar Joko.
ORI Masuk Bursa
Pemerintah mulai memperdagangkan ORI seri 004 di Bursa Efek Indonesia. Harga tertinggi yang dicatatkan pada perdagangan Kamis pekan lalu mencapai 100,25 persen dari harga awal. Sedangkan imbal hasil (yield) yang ditawarkan adalah 9,42 persen senilai Rp 250,625 miliar. Harga tertinggi itu merupakan transaksi di luar bursa atau over the counter.
Direktur Perdagangan Fix Income dan Derivatif, Keanggotaan, dan Partisipan Bursa Efek Indonesia T. Guntur Pasaribu mengatakan transaksi di luar bursa masih mendominasi perdagangan ORI di pasar sekunder. Ini lantaran mayoritas agen yang menjual ORI adalah bank. Dari 18 selling agent ORI, 15 di antaranya bank, sementara sisanya perusahaan sekuritas.
Dia optimistis porsi transaksi di bursa bisa digenjot. Syaratnya, rencana Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan untuk transaksi semibursa bisa cepat terlaksana. Transaksi semibursa ini akan menggabungkan transaksi di luar dan di dalam bursa. Perbankan pun dapat masuk ke transaksi di dalam bursa sehingga bisa lebih terjamin.
Bhakti Cabut dari Adam Air
PT Bhakti Investama akan menarik 50 persen sahamnya di PT Adam SkyConnection, pemilik maskapai Adam Air. ”Karena tidak ada perbaikan safety semenjak kami masuk,” kata Wakil Direktur Utama Adam Air Gustiono Kustianto, Jumat pekan lalu.
Rendahnya aspek keselamatan inilah yang membuat Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal mengancam akan mencabut izin operasi Adam Air. Kasus terakhir adalah tergelincirnya pesawat Boeing 737-400 yang mengangkut 171 penumpang dari Jakarta di Bandar Udara Hang Nadim, Batam, awal pekan lalu. Yang paling tragis adalah hilangnya pesawat sejenis di perairan Majene, Sulawesi Barat, 1 Januari 2007, dalam penerbangan Jakarta-Manado.
Menurut Gustiono, perusahaan investasi milik konglomerat media Hary Tanoesoedibjo itu membeli saham Adam melalui anak usaha-nya, PT Global Transport Service, pada April 2007. Dana yang ditanamkan Rp 147,5 miliar. Selain itu, manajemen dianggap tidak transparan. ”Harusnya diterapkan good corporate governance,” kata perwakilan Bhakti ini, yang juga direktur keuangan.
Presiden Direktur Adam Air, Adam Aditya Suherman, mengaku kecewa. Jikapun akan undur, itu seharusnya dibahas terlebih dulu di tingkat pemegang saham. ”Saya sendiri belum menerima surat resminya,” kata Adam. Yang jelas, dia membantah kalau dibilang tidak transparan. ”Kan, wakil direktur dan direktur keuangannya dari sana.”
DKI Tak Urus Monorel
PROYEK monorel kembali buntu. Pemerintah DKI Jakarta mengaku tak bertanggung jawab atas kelanjutan proyek senilai US$ 500 juta itu. Gubernur Fauzi Bowo mengatakan keterlibatan pemerintah daerah akan mewajibkan pemberian subsidi. ”Akan saya lihat dulu. Daripada dana subsidi untuk proyek orang lain dan tak tahu dipakai untuk apa,” kata Fauzi, Kamis pekan lalu.
Pemegang proyek ini adalah PT Jakarta Monorail. Sehari sebelumnya, Direktur PT Jakarta Monorail Sukmawati Syukur mengaku tidak sanggup meneruskan pendanaan jalur rel tunggal itu. Untuk itulah dia meminta bantuan pemerintah. Caranya, perusahaan daerah dijadikan partner untuk menggarap bersama. Jika tidak, jalur angkutan massa yang dibangun sejak zaman Presiden Megawati pada 2003 ini akan mangkrak.
Atas sikap DKI, pemerintah pusat bersiap dada. ”Kalau Jakarta lempar handuk, akan kami tangani,” kata Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal. Soal pendanaan, kata dia, itu urusan Menteri Keuangan. Kasus ini tahun lalu memang sempat masuk meja Wakil Presiden untuk segera diselesaikan. Bahkan pemerintah pusat telah memberikan jaminan kepada investor yang akan menanamkan dananya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo