Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga BBM Industri Turun
PENURUNAN harga minyak mentah dunia mendorong PT Pertamina menurunkan harga jual bahan bakar minyak non-subsidi (industri) dan bahan bakar khusus seperti pertamax, pertamax plus, pertamina dex, dan biopertamax, terhitung mulai 1 Februari 2007. Di pasar dunia, Jumat pekan lalu, harga minyak mentah merosot dari US$ 61,8 per barel (akhir 2006) menjadi US$ 57,5.
Di area distribusi DKI Jakarta dan Jawa Barat, misalnya, harga pertamax turun dari Rp 4.850 per liter menjadi Rp 4.750. Sedangkan pertamax plus dari Rp 5.000 menjadi Rp 4.900. Pertamina dex juga turun dari Rp 5.600 menjadi Rp 5.550, dan biopertamax dari Rp 4.850 menjadi Rp 4.750.
Untuk BBM industri, dibandingkan harga bulan lalu, harga premium rata-rata turun 3 persen, minyak solar 1,8 persen, dan minyak tanah 4,4 persen. Dengan begitu, harga premium di tiga wilayah distribusi turun menjadi 4.080-4.371 per liter. Minyak tanah Rp 4.813-5.022 per liter. Sedangkan solar Rp 4.450-4.642 per liter.
Inilah pertama kalinya harga premium industri lebih murah ketimbang harga premium yang dijual di stasiun pompa bensin. Di pompa bensin, premium non-subsidi itu masih dijual Rp 4.500 per liter.
Direksi PGN Bersalah
BADAN Pengawas Pasar Modal menyatakan Direksi PT Perusahaan Gas Negara Tbk. bersalah karena tak segera menyampaikan informasi keterlambatan proyek gas Sumatera Selatan-Jawa Barat ke publik. Akibatnya, harga saham perusahaan pelat merah itu anjlok 24,5 persen pada 12 Januari lalu.
Menurut Kepala Bapepam Fuad Rahmany, leletnya keputusan direksi ini melang-gar aturan keterbukaan informasi di pasar modal. "Buktinya kuat, telah terjadi pelanggaran," katanya. Sebelumnya, Direktur Utama PGN Sutikno mengatakan tak berniat menutupi informasi itu. Keterlambatan semata-mata karena butuh waktu untuk menetapkan dan menghitung dampak keterlambatan proyek. Tapi investor ternyata keburu mencium kabar buruk itu. Mereka menduga pasokan gas dan kinerja PGN tahun ini bakal terganggu.
Anjloknya saham PGN ikut menyeret saham perusahaan negara lainnya. Akibatnya, hanya dalam empat jam, kekayaan negara susut Rp 22,7 triliun. Bapepam masih terus memeriksa sejumlah broker saham untuk mengetahui ada-tidaknya aksi curang permainan orang dalam (insider trading) dalam kasus ini.
Tanah buat Rakyat Miskin
PEMERINTAH berniat membagikan tanah kepada rakyat miskin dan membebaskan bea pengurusan sertifikat 110 ribu bidang tanah. Rencana itu dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato tahunan di Istana Merdeka, Jakarta, pekan lalu.
Berkaitan dengan itu, pemerintah akan mengambil jatah hutan konservasi dan tanah lain, yang menurut hukum pertanahan boleh diperuntukkan bagi kepentingan rakyat. Sasarannya adalah rakyat termiskin. Dalam situs Departemen Kehutanan disebutkan kawasan konservasi daratan meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, taman buru, taman nasional, dan taman hutan raya. Total luasnya mencapai 22,7 juta hektare (data 2005), tersebar di 33 provinsi.
Menurut Yudhoyono, pendistribusian tanah mutlak dilakukan karena telah diamanatkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat pada 2001. Namun, sejak 1961 hingga 2004, tanah negara yang diberikan kepada rakyat baru 1,15 juta hektare.
Saat ini, kata dia, sebagian besar tanah negara dimanfaatkan perusahaan besar. "Hanya sedikit yang digunakan rakyat miskin," ujarnya. Untuk itu, tiga undang-undang segera dibuat sebagai payung hukum. Badan Pertanahan Nasional juga telah menyiapkan enam skenario implementasi.
Inflasi Januari Tinggi
BADAN Pusat Statistik (BPS) memperingatkan pemerintah agar berhati-hati mengelola inflasi tahun ini. Sebab, indikator kenaikan harga barang dan jasa secara umum itu selama Januari 2007 saja sudah bertengger di angka 1,04 persen.
Bank Indonesia sebelumnya memprediksi inflasi hanya berkisar 0,7 persen. Peringatan itu disampaikan Kepala BPS Rusman Heriawan, karena target inflasi tahun ini hanya 6,5 persen, 1,5 persen lebih rendah dari tahun lalu.
Menurut Rusman, cuaca buruk, dengan banjir dan longsor, menyebabkan distribusi barang terhambat, kendati keran impor beras sudah dibuka pada akhir tahun lalu. Akibatnya, harga beras tetap naik dan memberikan andil 28,8 persen terhadap inflasi sektor makanan. Kenaikan harga beras yang ikut menyeret kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya, ditambah mewabahnya flu burung, membuat harga barang kian tidak stabil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo