Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sukanto Tanoto Terkaya di Indonesia
SUKANTO Tanoto menyabet dua "gelar" sekaligus: debitor bandel dan orang terkaya di Indonesia. Gelar pertama "dinobatkan" oleh Bank Mandiri karena bos Grup Raja Garuda Mas ini dianggap tak punya niat baik memperbesar cicilan utangnya. Padahal, dari total utangnya ke sindikasi lima bank nasional, US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 13,5 triliun), utang ke Mandiri paling besar: Rp 5,4 triliun.
Gelar kedua datang dari Forbes Asia. Majalah bergengsi ini menobatkan Sukanto sebagai orang terkaya di Indonesia, pekan lalu. Konglomerat di bidang industri kertas, kelapa sawit, konstruksi, permesinan, dan energi ini ditaksir memiliki kekayaan bersih US$ 2,8 miliar (Rp 25,2 triliun).
Dengan pundi-pundi semakmur itu, Sukanto mengalahkan Putera Sampoerna (US$ 2,1 miliar), Eka Tjipta Widjaja (US$ 2,0 miliar), Rachman Halim (US$ 1,8 miliar), R. Budi Hartono (US$ 1,4 miliar), Aburizal Bakrie (US$ 1,2 miliar), Eddy Katuari (US$ 1,0 miliar), Trihatma Haliman (US$ 0,9 miliar), Arifin Panigoro (US$ 815 juta), dan Liem Sioe Liong (US$ 800 juta).
Akibat laporan ini, Komisi Pemberantasan Korupsi kini berniat memeriksa Aburizal Bakrie. Gara-garanya, jumlah kekayaan yang dilaporkan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat ini, Mei lalu, hanya Rp 1,3 triliun.
Suku Bunga Bisa 10 Persen
DEPUTI Gubernur Bank Indonesia, Aslim Tadjuddin, yakin tingkat inflasi bisa di bawah 7 persen akhir tahun ini. Dengan begitu, peluang menurunkan patokan suku bunga bank sentral makin besar. "Mengarah ke angka 10 persen," katanya, Jumat pekan lalu.
Prinsipnya, semakin rendah suku bunga, akan lebih baik untuk mendorong geliat sektor riil. Dengan laju inflasi yang terus menurun, sejak awal tahun BI pun telah menurunkan patokan bunga ini 150 basis poin (1,5 persen). Yang terakhir, Selasa pekan lalu. Seperti diprediksi banyak ekonom, BI memangkasnya 50 basis poin menjadi 11,25 persen.
Meski begitu, Aslim memastikan BI akan tetap menjaga tingkat bunga riil tetap positif. Artinya, masih ada selisih yang cukup antara suku bunga nominal dan tingkat inflasi. Begitu pula dengan suku bunga internasional, terutama Federal Funds Rate, Amerika Serikat. Ini untuk menjaga agar rupiah tetap diminati.
Peringkat Indonesia Merosot
DAYA saing Indonesia di arena kompetisi ekonomi global kian melorot. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya saja, perbaikan iklim investasi Indonesia tak cukup signifikan. Pertumbuhan ekspor pun kurang menggembirakan. Kesimpulan itu tertuang dalam laporan terbaru International Finance Corporation (IFC) dan Bank Dunia bertajuk Doing Business 2007, yang dilansir Rabu pekan lalu.
Kedua lembaga internasional itu menilai, Indonesia menduduki peringkat 135 dari 175 negara dalam hal kemudahan memulai usaha baru. Turun dari posisi 131 tahun lalu. Sedangkan urutan pertama ditempati Singapura, menyingkirkan Selandia Baru ke peringkat kedua.
Sebenarnya perbaikan iklim investasi sudah terjadi di Indonesia. Antara lain, waktu yang makin pendek untuk memulai usaha, dari tadinya 151 hari menjadi tinggal 97 hari. "Tapi negara-negara lain naik lebih signifikan," kata ekonom IFC, Caralee McLiesh, dari Washington, DC, Amerika Serikat.
Sepuluh Pintu Beras Impor
PEMERINTAH menetapkan sepuluh kota atau pelabuhan sebagai pintu masuk beras impor. Keputusan itu tertuang dalam surat Menteri Perdagangan yang dikeluarkan Senin pekan lalu. Kesepuluh pintu masuk itu adalah Ciwandan, Banten (52 ribu ton); Kupang, Nusa Tenggara Timur (34 ribu ton); Bitung, Sulawesi Utara (24 ribu ton); Belawan, Sumatera Utara (22 ribu ton); Lhok Seumawe, Nanggroe Aceh Darussalam (18 ribu ton); Dumai, Riau (16 ribu ton); Balikpapan, Kalimantan Timur (14 ribu ton); Padang, Sumatera Barat (12 ribu ton); Sorong, Papua (12 ribu ton); dan Jayapura, Papua (6.000 ton).
Penunjukan itu terkait dengan rencana pemerintah mengimpor 210 ribu ton beras untuk menambah cadangan beras pemerintah di Perusahaan Umum Bulog, yang kurang dari batas minimum 350 ribu ton. Dana impor beras akan mengambil dana APBN Rp 390 miliar dan dana komersial Bulog. Menanggapi berbagai protes, Menteri Perdagangan Mari Pangestu berjanji beras impor tidak akan masuk daerah surplus beras. Beras juga tidak akan keluar dari gudang Bulog kecuali untuk kebutuhan darurat, bencana, dan operasi pasar. n
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo