SETELAH sukses BPD Ja-Tim dan BPD Ja-Teng di Bursa Efek Jakarta (BEJ), akhir bulan lalu BPD Sum-Bar muncul pula di sana, menjual obligasi Rp 15 milyar. Ini masih disusul 4 BPD lagi, yang diizinkan Departemen Keuangan untuk mencari tambahan modal di bursa. Dimulai oleh BPD Aceh, dengan obligasi Rp 5 milyar Senin pekan ini. Diikuti BPD DKI dan BPD Sum-Ut, yang akhir Juni juga terjun ke BEJ, masing-masing menjual obligasi Rp 50 milyar dan Rp 25 milyar. Selama ini BPD-BPD itu dianggap sebagai bank yang sarat dana (overlikuid) dan sumber utama pinjaman antarbank (call money). Citra itu masih tampak pada BPD DKI. Menurut Berita Perbanas Maret 1989, di akhir tahun silam BPD DKI berhasil menimbun dana pihak ke-3 (deposito, giro dan tabungan) Rp 223 milyar, tapi hanya bisa menyalurkan pinjaman Rp 65 milyar. Sekalipun begitu, dengan modal cadangan Rp 27 milyar, tahun silam BDP DKI meraup laba Rp 8 milyar. Berarti ROI (return on investment)-nya 30% . Sementara itu, BPD Sum-Bar, BPD Sum-Ut, dan BPD Aceh juga tampak agresif. Laba yang dipetik BPD Sum-Bar tahun silam mencapai Rp 2,3 milyar atau sekitar 30,1% dari modal dan cadangannya. BPD Sum-ut meraih laba Rp 2 milyar -- berarti ROI: 15,6%. Sedangkan BPD Aceh, kendati cuma memetik laba Rp 900 juta, ROI-nya mencapai 21%.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini