ADA yang menjerit karena kekurangan peti kemas, tapi PT Barata Indonesia (BI) tenang-tenang mengekspor barang langka itu. Dua pekan lalu, BI telah menjual 3.300 unit peti kemas tipe 20 FT/TEU kepada Bering Shipping Ltd., Hongkong. Nilainya: 8 juta dolar AS. Ekspor peti kemas ini, menurut kontrak, akan berlangsung 5 tahun. Dan diperkirakan, nilainya akan naik menjadi sekitar 55 juta dolar per tahun. Kalau ditotal, selama lima tahun itu BI akan mengantungi sekitar 228 juta dolar. Sungguh lumayan. "Prospek ekspor peti kemas memang sedang cerah," kata Waisul Karni, Direktur Pengembangan BI. Hanya saja, "Kami tidak akan berproduksi, tanpa adanya pesanan," ujarnya. Kontainer itu memang hanya dibeli oleh agen-agen perusahaan pelayaran, sementara eksportir bertindak sebagai penyewa. Maklum, kalau eksportir membeli peti kemas, kan tidak ekonomis. Ambil contoh eksportir udang. Setelah udang tiba di negara tujuan, akan diisi apa kontainer itu ketika berangkat pulang? Jadi, langkanya peti kemas bukanlah salah eksportir atau produsen. Tapi karena agen pelayaran di Indonesia yang belum siap menyediakan peti kemas di setiap pelabuhan ekspor. Mengapa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini