Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut sekitar sepertiga dari penduduk kelas menengah adalah Gen Z dan Gen Alpha. Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan kelas menengah adalah penduduk dengan konsumsi atau pengeluaran Rp 2.040.262-9.909.844 per kapita per bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau kita lihat usia dari penduduk kelas menengah, sekitar satu dari tiga penduduk kelas menengah itu merupakan Generasi Z dan Generasi Alpha,” kata Amalia di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Jumat, 30 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gen Z adalah orang-orang yang lahir pada 1981-1996, sedangkan Gen Alpha lahir pada tahun 2013-2024. Amalia juga menyebutkan bahwa 42 persen dari penduduk menuju kelas menengah (aspiring middle class) berasal dari Gen Z dan Gen Alpha. Adapun Penduduk menuju kelas menengah adalah meraka dengan pengeluaran Rp 874.398-2.040.262 per kapita per bulan.
Kelas menengah, kata Amalia, jumlahnya menurun dalam lima tahun terakhir. Pada 2019, jumlah kelas menengah yaitu 57,33 juta jiwa atau 21,45 persen dari total penduduk Indonesia. Sementara itu, pada 2024 jumlahnya yaitu 47,85 persen atau 17,13 persen dari keseluruhan penduduk.
Menurut Amalia, penurunan jumlah kelas menengah ini disebabkan oleh pandemi covid 19. “Penurunan kelas menengah ini kan terjadi (9:51) karena efek long Covid pada 2019,” ujar dia.
Penduduk menuju kelas menengah, Amalia meneruskan, jumlahnya meningkat dalam lima tahun terakhir. Pada 2019 jumlah penduduk menuju kelas menengah, yaitu 128,85 juta atau 48,20 persen dari total penduduk. Sementara itu, pada 2024 jumlahnya yaitu 137,50 juta atau 49,22 persen dari keseluruhan penduduk. “Jadi kalau rata-rata pengeluaran kelompok (kelas) menengah dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 itu meningkat,” katanya.
Selanjutnya: Selain itu, Amalia mengatakan pengeluaran kelas menengah....
Selain itu, Amalia mengatakan pengeluaran kelas menengah tahun 2024 sebesar Rp 3,35 juta per kapita per bulan atau meningkat 132 persen dari 2019 yang besarnya adalah Rp 2,36 juta per kapita per bulan. Pada 2024 jumlah gabungan kelas menengah dan penduduk menuju kelas menengah adalah sebesar 66,35 persen dari total penduduk dan nilai konsumsi dari gabungan kedua kelas tersebut sebesar 81,49 persen dari total konsumsi penduduk.
Amalia menyebutkan bahwa makanan, perumahan dan barang jasa lainnya merupakan pengeluaran prioritas kelas menengah. Pengeluaran kelas menengah yang meningkat dalam lima tahun terakhir meliputi pajak/iuran, barang/jasa lainnya, pendidikan, perumahan, keperluan pesta dan minuman. Sementara itu, pengeluaran yang mengalami penurunan adalah hiburan, kendaraan, barang tahan lama, pakaian dan kesehatan.
Amelia menjelaskan bahwa tingkat pengeluaran kelas menengah cenderung lebih dekat ke batas bawah sehingga membuat posisinya rentan. Hal tersebut akan membuat mereka turun menjadi penduduk menuju kelas menengah apabila terjadi goncangan ekonomi. “Kelompok kelas menengah ini paling banyak posisinya di sekitar batas bawah. Ini memang relatif rentan. Kalau ada goncangan dia bisa jadi penduduk menuju kelas menengah,” ujar dia
Menurut Amelia kelas menengan merupakan bantalan ekonomi nasional. Bantalan kelas menengah yang tebal akan membuat perekonomian nasional relatif tidak rentan terhadap gejolak atau shock ekonomi krisis yang disebabkan oleh faktor eksternal atau domestik. “Tetapi ketika proporsi kelas menengah itu relatif tipis, maka suatu perekonomian itu kurang resilient nantinya terhadap goncangan,” kata Amelia.