Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

BPTP Jawa Tengah: Budidaya Tanaman Porang Prospektif, Keuntungan Ratusan Juta

BPTP Jawa Tengah menyampaikan budidaya tanaman Porang memiliki prospek yang sangat menjanjikan. Bisa meraup keuntungan sampai ratusan juta rupiah.

20 September 2021 | 10.22 WIB

Pekerja melakukan aktivitas di pabrik pengolah porang PT Asia Prima Konjac di Desa Kuwu, Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis 17 Juni 2021. Pabrik tersebut mampu mengolah 80 hingga 200 ton umbi porang basah perhari atau 24 ribu ton hingga 60 ribu ton per tahun menjadi 12 ton keripik dan dua ton tepung porang per hari atau 3.600 ton keripik dan 600 ton tepung porang per tahun. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Perbesar
Pekerja melakukan aktivitas di pabrik pengolah porang PT Asia Prima Konjac di Desa Kuwu, Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis 17 Juni 2021. Pabrik tersebut mampu mengolah 80 hingga 200 ton umbi porang basah perhari atau 24 ribu ton hingga 60 ribu ton per tahun menjadi 12 ton keripik dan dua ton tepung porang per hari atau 3.600 ton keripik dan 600 ton tepung porang per tahun. ANTARA FOTO/Siswowidodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Budidaya tanaman porang dinilai sangat menguntungkan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah mengatakan budidaya tanaman Porang masih sangat menjanjikan. Kebutuhan pasar yang tinggi membuat harga jual porang juga menjanjikan keuntungan yang pasti bagi petani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Melansir dari Joglosemarnews, media partner Teras.id, per satu hektare lahan dengan 36.000 batang porang dalam satu musim atau tujuh bulan panen dapat meraup keuntungan yang sangat besar, yaitu mencapai Rp 218.595.000. Sementara apabila ditanam lebih lama yaitu dua tahun atau dua musim, maka keuntungan yang diperoleh petani juga meroket besar mencapai Rp 654.670.000.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Warsana selaku Penyuluh Pertanian BPTP Jateng mengatakan, untuk rintisan awal seperti di Desa Sigit, Tangen, Sragen, lahan 3 hektare yang disiapkan, membutuhkan 1,5 ton bibit Porang. Hal tersebut berarti setiap satu hektare lahan  membutuhkan minimal 500 kg atau 5 kuintal bibit umbi porang, sedangkan bibit Porang berkisar Rp 60.000 per kg.

Saat ini wilayah Jawa Tengah masih belum memiliki bibit porang. Sementara, bibit umbi porang masih didominasi dari wilayah Jawa Timur. Selain itu, petani porang harus menyiapkan biaya untuk sarana produksi, yaitu kebutuhan pupuk baik pupuk kimia, maupun pupuk organik atau pupuk kandang.

Warsana juga mengatakan budidaya tanaman porang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tumpang sari atau non tumpang sari. Bagi sistem tumpang sari yang ada beberapa tumbuhan lain, maka jarak tanaman porangnya agak jarang. Jarak tanam serta jumlah batang turut berpengaruh kebutuhan pupuk. Bagi populasi tanaman yang dibudidayakan tumpang sari dan cukup jarang, kebutuhan 1 ton pupuk cukup untuk 1 hektare.

Ia pun menjelaskan tanaman porang umumnya dipanen dalam jangka tahunan yaitu minimal satu tahun sampai 3 tahun dari budidaya Porang. Petani bisa panen dalam dua komoditi yakni panen umbi dan umbi katak atau bulbil.

Warsana mengambil gambaran dari petani tanaman porang yang sudah sukses. Untuk satu hektare lahan dengan populasi 36.000 batang, dalam satu musim atau 7 bulan panen, dapat meraup keuntungan Rp 81 juta hanya dari panen umbi katak.

VALMAI ALZENA KARLA 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus