Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BBTN menargetkan pertumbuhan laba perseroan pada 2019 sekitar 16-19 persen. Direktur Utama BTN Maryono mengatakan target pertumbuhan tersebut merupakan target konservatif dengan mempertimbangkan beberapa kondisi.
Baca juga: Triwulan III 2018, Laba BTN Naik 11,5 Persen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya, kemungkinan naiknya suku bunga Bank Indonesia atau BI 7 Days Repo Rate dengan proyeksi sekitar 6 persen di akhir 2018 dan 6,50 persen pada tahun 2019. “Target tersebut juga sudah dengan penyesuaian kebutuhan alokasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk persiapan pemenuhan PSAK 71 di tahun 2020,” kata Maryono dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Ahad, 2 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maryono mengatakan untuk target pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) pada 2019, perusahaan menargetkan masing-masing tumbuh sekitar 15 persen. Pertimbangan beberepa target tersebut juga telah didasarkan atas persiapan korporasi dalam menyambut tahun politik atau pemilihan presiden 2019. Kendati mengalami tahun politik, lanjut Maryono, dia menilai pengaruh tahun politik akan sangat kecil terhadap bisnis BTN.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Maryono juga optimistis tahun 2019 BTN bisa menyalurkan pembiayaan KPR sebanyak 850.000 unit. Adapun jumlah ini naik sebanyak 100.000 unit jika dibandingkan target tahun 2018 yang mencapai 750.000 unit. Lebih lanjut ia menuturkan, untuk mencapai target tersebut perseroan telah menetapkan beberapa strategi.
Di antaranya seperti memperkuat kontribusi pertumbuhan KPR Subsidi, meningkatkan pertumbuhan KPR Non Subsidi dengan skema KPR segmen MBR dan ASN, memperkuat peran BTN Housing Finance Center dan mengembangkan inisiatif yang mendukung pengembangan bisnis developer hunian bersubsidi.
BTN juga akan melakukan streamlined proses penyaluran KPR Subsidi, memperluas aliansi strategis dengan developer di luar pulau Jawa dan mengembangkan model bisnis untuk konsumen mass informal.
"Harapannya tahun depan kontribusi kami terhadap program sejuta rumah lebih besar lagi,” kata Maryono.