TELAH lahir PTP XXXI. Tugasnya, per 2 April lalu, adalah mengelola PG Bunga Mayang (Kabupaten Lampung Utara) dan PG Cinta Manis (Kabupaten Ogan Komering Ilir). Sebelum ini, kedua pabrik gula dengan kapasitas produksi masing-masing 4.000 ton tebu per hari itu berada di bawah payung PTP XXI - XXII, yang berkantor di Jalan Jembatan Merah, Surabaya. Dengan demikian, kata Direktur Utama PTP XXI - XXII Drs. H.F.B. Surbakti, "Pengelolaan atas kedua pabrik tersebut jadi bisa intensif. Kalau dipantau dari Surabaya, kan kurang efektif." Sejak 1960-an sampai kemudian terjadi perampingan jumlah PTP dari 180 menjadi 29, belum pernah muncul PTP baru. Maka, PTP XXXI adalah bayi pertama bagi pemerintah Orde Baru. Kabarnya, Pemerintah sudah sejak 1980 merencanakan pemisahan Bung Mayang dan Cinta Manis dari PTP XXI - XXII. Tapi tim persiapan pengelola PTP XXX baru Juni 1989 terbentuk. Selanjutnya adalah tangan Pemerintah yang mengambil alih utang Rp 52 milyar kedua pabrik gula itu kepada bank. "Supaya tidak memberatkan kalau berdiri sendiri sehingga bisa berkembang baik," tutur Surbakti kepada wartawan TEMPO Wahyu Muryadi. Personelnya banyak yang dari PTP XXI-XXII. Misalnya Ir. Syamsir, yang sebelumnya direktur pengembangan di situ sekarang menjadi Direktur Utama PTP XXXI. Karyawan staf 205, sedangkan nonstaf 1.757 - 80 di antaranya dari PTP XXI-XXII. "Kalau manajemennya bagus, saya yakin tahun depan sudah untung Rp 7 sampai Rp 10 milyar," kata Surbakti lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini