Sampai dekade 1990, orang sering memelesetkan BCA sebagai Bank Cina Asli. Pemiliknya, Liem Sioe Liong, orang Cina, asli kelahiran Fujian. Pegawainya kebanyakan Cina. Meskipun yang menabung kita semua, yang kebagian utang sebagain besar warga keturunan Cina. Di jalanan, di kantor, di warung kopi, orang sering menggerundel: BCA cuma membesarkan dan memperkaya orang Cina. Pendeknya, cap BCA adalah Cina. Kalau ada kerusuhan anti-Cina, BCA selalu jadi sasaran paling dulu.
Sekarang, setelah hampir empat tahun dikelola pemerintah, bank cap Cina itu dijual melalui tender. Pekan ini, pemilik baru BCA?dipastikan bukan orang Cina?akan diumumkan. Dari empat calon pembeli, ada dua yang dijagokan: Standard Chartered Bank (Stanchart) dari Inggris dan Farallon Capital Management (Amerika Serikat). Di tangan juragan baru yang bule-bule itu, bagaimana wajah BCA kelak?
Sepintas, tak banyak berubah. Kecuali pemiliknya berganti, pegawai dan bos-bos BCA tetap yang dulu juga. Ray Ferguson, Chief Executive Officer Stanchart untuk Indonesia, berjanji tidak akan mengurangi atau mengganti pegawai secara besar-besaran. Manajemen, yang katanya sudah hebat itu, juga tak akan diubah. Sebagai pemilik, barangkali Stanchart akan memasukkan beberapa orang agar duduk di dewan komisaris dan direksi, menggantikan wakil-wakil pemerintah. Tapi itu dipastikan tak akan mengubah banyak wajah BCA.
Farallon, dalam dokumen rencana kerja yang diterima TEMPO, juga tak menyebut adanya perombakan manajemen dan rasionalisasi pegawai. Jadi, kalau Anda berharap akan dikontrak sebagai direksi baru BCA, barangkali Anda harus kecewa.
Meskipun demikian, ada hal-hal yang akan mengalami perombakan total, siapa pun yang mendapat tender. Yang paling penting, juga buat Anda: soal kredit. Pada zaman "Bank Cina Asli", kemampuan BCA dalam manajemen risiko belum teruji benar. Maklum, 90 persen kredit BCA mengalir ke anak-anak perusahan milik Grup Salim. Tentu saja sebagain besar di antaranya tak dibarengi perhitungan risiko yang cermat. Tutup mata saja, wong kredit untuk grup sendiri.
Nanti, GTM (gerakan tutup mata) seperti itu tidak akan ada lagi?setidaknya itu yang "dijanjikan" kedua calon pelamar. Stanchart dan Farallon sama-sama ingin meningkatkan kemampuan manajemen risiko, dan itu berarti menyebarkan kredit ke tempat yang paling layak, paling efisien dalam perekonomian. Jika Anda merasa punya ide brilian dengan potensi bisnis fantastis, kini saatnya menjual ke BCA.
Dan, ini tak kalah penting, jumlah kredit yang akan disalurkan cukup menggetarkan. Farallon, misalnya?lagi-lagi menurut rencana kerja yang penuh mimpi ideal itu?akan melipatkan jumlah kredit dari Rp 23 triliun menjadi Rp 42 triliun, selama tiga tahun ke depan. Farallon akan berkonsentrasi pada kredit konsumsi dan retail, termasuk pinjaman untuk usaha kecil. Kedua sektor itu mendapat jatah hampir Rp 15 triliun.
Tidak cuma itu. Plafon kredit konsumsi juga akan dinaikkan. Sementara saat ini kredit kepemilikan rumah mentok di angka Rp 1 miliar, di tangan Farallon BCA akan memberikan pinjaman pembelian rumah sampai Rp 5 miliar. Plafon pinjaman mobil juga naik, dari Rp 300 juta menjadi Rp 1 miliar. Asyik, bukan?
Stanchart, meskipun tidak merinci dalam angka-angka fantastis, juga menjanjikan peningkatan penyaluran kredit, terutama untuk kredit konsumsi dan retail. Stanchart ingin agar BCA tetap menguasai pasar kredit konsumsi dan mampu bersaing dengan bank asing. Menurut bank asal Inggris itu, rencana kerja BCA saat ini sudah berada di jalur yang tepat. "Kami cuma memperkuatnya," demikian dokumen itu.
Kalau cuma melihat rencana kerja yang hebat itu, sulit untuk tidak mengatakan, di tangan kedua juragan baru itu, BCA akan jauh lebih sehat. Kreditnya menyebar, produknya makin kaya, kemampuannya juga makin teruji. Dengan cara seperti ini, cap Cina yang dulu melekat pelan-pelan bisa dihapus.
Namun, analis perbankan Mirza Adityaswara mengingatkan, rencana kerja bukan kitab suci yang tak bisa diubah, dilanggar, atau dikhianati. Dokumen ini bukan perjanjian, bukan pula kontrak. Ia sekadar rencana, yang, seperti biasa, sering meleset.
Kalaupun Farallon dan Stancart saat ini tidak merencanakan untuk menjual BCA ke investor lain, Salim, misalnya, tidak ada jaminan bahwa mereka tidak akan melakukannya. Dan kalau itu terjadi kelak, bukan tak mungkin cap yang dulu itu akan melekat kembali.
Jadi, janganlah silau, jangan pula terkecoh.
MT, Iwan Setiawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini