Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJUMLAH pekerja menghentikan aktivitasnya saat Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Mariani Soemarno tiba di lokasi proyek ventilasi udara terowongan (inlet tunnel). Di kawasan Halim, Jakarta Timur, Rabu dua pekan lalu, Rini bersama President of China Railway Corporation Lu Dongfu meninjau salah satu bagian penting dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di area sekitar kilometer 3 Jalan Tol Jakarta-Cikampek itulah inlet tunnel 1 sepanjang 1.830 meter akan dibangun. Infrastruktur ini termasuk salah satu titik kritis dari total 16.375 meter terowongan yang bakal dibangun dalam megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung. "Pengerjaan bisa rampung sekitar 26 bulan," ujar Rini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
China Railway adalah perusahaan operator kereta cepat milik pemerintah Cina yang terlibat dalam proyek sepur kilat Jakarta-Bandung. Memimpin konsorsium korporasi milik pemerintah Cina, China Railway memegang 40 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC, perusahaan patungan Indonesia-Cina yang menggarap proyek tersebut. PT Pilar Sinergi Badan Usaha Milik Negara Indonesia mengendalikan 60 persen saham KCIC.
Pilar Senergi terdiri atas empat perusahaan negara yang dipimpin PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, perusahaan pelat merah sektor konstruksi. Wijaya memiliki 38 persen saham di Pilar Sinergi. Sisanya dipegang PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebanyak 25 persen, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII sebesar 25 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 12 persen.
Sejak awal Mei, Rini ingin berbagai pekerjaan konstruksi digeber masif di 22 titik yang dianggap paling krusial. Karena itu, proses pembebasan lahan di titik-titik tersebut dipercepat. Pekan lalu, pembebasan 22 titik krusial tersebut akhirnya rampung. Total lahan yang telah tersedia untuk proyek "kereta peluru" sejauh ini sekitar 64,2 persen.
Pembangunan konstruksi sudah dimulai di 14 titik. Selanjutnya akan diteruskan di delapan titik yang lain. Saat kunjungan bersama Rini itulah China Railway Corporation menyatakan komitmennya untuk mempercepat pembangunan terowongan, baik yang berada di Walini, Jawa Barat, maupun terowongan lainnya.
Kemajuan pengadaan lahan itulah yang diapreasi oleh China Development Bank (CDB), lembaga yang berkomitmen memberi pinjaman untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Selama ini, bank milik pemerintah Cina tersebut mengulur-ulur pencairan pinjaman dengan alasan lahan yang dibebaskan masih terlalu minim.
Pada pekan pertama April lalu, Rini terbang ke Beijing, Cina, untuk mempercepat realisasi pencairan pinjaman proyek tersebut. Di Negeri Panda itu, Rini bertemu dengan pimpinan China Development Bank, National Development and Reform Commission, serta China Railway Corporation.
Kesepakatan tercapai. CDB bersedia mencairkan pinjaman yang telah lama ditunggu, sebesar US$ 170 juta untuk tahap awal atau sekitar Rp 2,39 triliun dengan kurs 14.081 per dolar Amerika Serikat. Lembaga ini berkomitmen membiayai 75 persen dari total kebutuhan investasi proyek yang belakangan diperkirakan menelan US$ 6,071 miliar (sekitar Rp 85 triliun dengan kurs 14 ribu). Angka ini melonjak dari rencana semula, US$ 5,5 miliar.
Menurut pelaksana tugas Direktur Utama PT KCIC, Dwi Windarto, pinjaman tersebut cair pada 27 dan 28 April lalu. Dwi ikut mendampingi Rini melawat ke Cina bersama Staf Khusus Menteri BUMN Sahala Lumban Gaol; Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo; serta Sekretaris Kementerian BUMN Imam Aprianto Putro.
Sejumlah direktur BUMN juga ikut dalam kunjungan tersebut, antara lain Direktur Utama PT LEN (Persero) Zakky Gamal Yasin, Direktur Utama PT Inka (Persero) Budi Noviantoro, dan Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir. Selain itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Achmad Baiquni, Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Bintang Perbowo, dan Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin ikut menemani ke sana.
Belakangan, terbetik kabar bahwa alotnya perundingan pencairan pinjaman terjadi bukan semata-mata karena urusan pembebasan lahan. Menurut sejumlah sumber di pemerintahan, CDB ingin "mengejar" hingga ke ultimate shareholder bila terjadi gagal bayar atau hal-hal yang tak diinginkan. Sahala, yang juga menjabat Komisaris KCIC, menepis informasi itu. "Tidak ada isu tersebut. Semua berjalan sesuai dengan prosedur dan tahapan," ujarnya, Jumat pekan lalu.
Sahala mengatakan poin utama yang menjadi perhatian CDB adalah pembebasan lahan. Lembaga itu meminta 54,3 persen lahan sudah tersedia sebagai syarat pengucuran pinjaman tahap pertama. "KCIC berhasil membebaskan 64 persen lahan," ucap Sahala. "Hal itulah yang meyakinkan CDB untuk mencairkan pinjaman tahap pertama."
Sahala mengungkapkan, CDB memang meminta komitmen agar setoran modal perusahaan pelat merah yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi bisa dilakukan tepat waktu. Dengan begitu, Pilar Sinergi juga dapat menyetor kewajibannya kepada KCIC sesuai dengan jadwal.
Sahala menegaskan, pinjaman CDB diberikan kepada KCIC. "BUMN Indonesia tidak memberikan jaminan atas pinjaman tersebut," tuturnya. Hal yang sama, menurut dia, berlaku bagi ultimate shareholder BUMN Indonesia yang tidak memberikan jaminan. Sahala memastikan tidak ada jaminan pemerintah untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan juga memastikan tak ada jaminan pemerintah terhadap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. "Kementerian Keuangan tidak mengeluarkan jaminan untuk proyek ini," tuturnya.
Rini Soemarno berjanji dana pinjaman yang telah cair akan dialokasikan secara hati-hati. "Utang tahap pertama US$ 170 juta ini untuk bayar uang muka kontraktor, baik dari Cina maupun Indonesia," ujarnya. Selama ini KCIC menggunakan dana internal untuk memenuhi kebutuhan anggaran. Misalnya untuk membebaskan lahan. Per Februari lalu, Dwi pernah menyebutkan total ekuitas yang telah digunakan mencapai Rp 4 triliun.
Rini menambahkan, konsorsium akan menarik dana pinjaman sesuai dengan kebutuhan agar tidak terbebani bunga. Dalam dua-tiga bulan ke depan, konsorsium akan mencairkan pinjaman tahap berikutnya sekitar US$ 1 miliar.
AGENDA Lu Dongfu padat merayap sepanjang hari itu. Mulai pagi hingga siang, President of China Railway Corporation itu bersama Menteri BUMN Rini Soemarno meninjau pengerjaan inlet tunnel di kawasan Halim, Jakarta Timur. Sorenya, ia sudah ditunggu Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan untuk membahas proyek yang sama.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemaritiman Ridwan Djamaluddin mengatakan delegasi yang datang adalah pucuk pimpinan dari kontraktor-kontraktor penggarap proyek. Mereka telah berpengalaman membangun 25 ribu kilometer jalur kereta cepat.
Dalam kesempatan itu, China Railway berkomitmen memberikan teknologi terbaik. Mereka juga akan menyediakan tenaga ahli teknis terbaik untuk melatih tenaga kerja Indonesia untuk alih teknologi dan kemampuan. Rencananya, mereka akan menerapkan konsep: satu teknisi Cina didampingi oleh tiga-empat teknisi Indonesia. Harapannya, para teknisi Indonesia mampu membangun kereta cepat secara mandiri.
Kereta ini akan dilengkapi empat stasiun, yakni Stasiun Halim, Stasiun Karawang, Stasiun Walini, dan Stasiun Tegalluar. Dengan kecepatan 350 kilometer per jam, kereta cepat Jakarta-Bandung diharapkan akan memangkas waktu tempuh sepanjang 142,3 kilometer menjadi 40 menit. Perjalanan darat menggunakan mobil biasanya memerlukan waktu tiga-empat jam, bahkan belakangan ini bisa mencapai lima jam.
Menurut Ridwan, Cina berjanji merampungkan proyek dalam waktu tiga tahun, bila lahan sudah tersedia semua. Mereka mengapresiasi kemajuan pembebasan lahan. "China Railway menegaskan bahwa mereka sangat mementingkan keberhasilan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung."
Pemerintah akan memantau ketat agar proses pembebasan lahan yang tersisa segera rampung. Rini meminta pembebasan lahan di 22 titik utama selesai pada awal Mei ini. Sahala menambahkan, sebanyak 22 titik utama pembangunan proyek kereta cepat telah diserahkan kepada konsorsium kontraktor untuk digarap dan diselesaikan sesuai dengan target. Area yang telah dibebaskan di Halim, misalnya, bisa segera dimulai tahap konstruksi.
Megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung rencananya akan terbentang dari Stasiun Halim di Jakarta Timur hingga Stasiun Tegalluar di Bandung. Kedua stasiun itu akan dipisahkan dua stasiun lain, yaitu Stasiun Karawang dan Stasiun Walini.
KCIC bersama China Railway merencanakan pembangunan transit oriented development (TOD) di kawasan Halim dan Walini. Nantinya, kawasan itu bukan sekadar halte tempat kereta berhenti. Di sini juga akan dibangun pusat belanja dan permukiman.
Dalam grand design, Walini dirancang sebagai kota baru di Bandung Barat, yang memiliki luas 1.270 hektare. Keberhasilan pembangunan TOD ini menjadi salah satu alternatif yang diprediksi mampu mendukung kemampuan finansial KCIC memompa pendapatan sekaligus mengembalikan pinjaman.
Dengan berbagai persoalan itu, Rini Soemarno menargetkan kereta cepat Jakarta-Bandung bisa beroperasi pada Maret 2021, mundur dari target semula, pada 2020. Di masa-masa awal, proyek ini bahkan sempat ditargetkan rampung pada 2019. "Inginnya akhir 2020 selesai, tapi harus diuji dulu selama tiga-empat bulan," ucap Rini.
Retno Sulistyowati, Putri Adityowati, Khairul Anam, Lanidiana
Gaotie, yang Terus Berlari
STASIUN Beijing Selatan (Beijing Nan) di Distrik Fentai terlihat penuh sesak pada Sabtu pekan ketiga April lalu. Ratusan orang, sambil mendorong koper, memadati salah satu dari lima stasiun kereta berkecepatan tinggi (high speed train) yang berada di ibu kota Cina tersebut. Antrean pengunjung kafe dan resto yang tersedia di beberapa sudut stasiun menjalar hingga ke pelataran. Sore itu, stasiun megah tersebut terasa seperti bandar udara di Indonesia ketika musim libur tiba.
Orang-orang itu adalah penumpang yang menunggu keberangkatan ke berbagai tujuan di Cina. Stasiun Beijing Selatan melayani rute-rute panjang seperti ke Hangzhou, Shanghai, dan Nanjing di sejumlah kota besar lain. Bersama 19 wartawan dari beberapa negara Asia yang diundang Kementerian Luar Negeri Cina, Tempo berangkat ke Hangzhou.
Menurut Gao Yinghua, pemandu perjalanan wartawan di Beijing, kereta cepat menjadi pilihan utama transportasi antarkota di Cina. Itu sebabnya, akhir pekan adalah waktu paling ramai penumpang kereta cepat yang biasa dipanggil gaotie tersebut. Selain karena menyediakan banyak rute dan lebih cepat ketimbang kereta biasa, tarif yang mesti dibayar relatif terjangkau. "Setiap akhir pekan, stasiun kereta cepat selalu membeludak," katanya.
Wahyu Yuda, warga Indonesia yang sudah sepuluh tahun menetap di Beijing, mengatakan kereta cepat bahkan sudah menggerus pasar maskapai pesawat terbang dan kereta api biasa. Lelaki berkacamata yang baru pulang dari Shanghai itu hanya memerlukan waktu lima jam untuk menempuh jarak 1.225 kilometer. "Dulu menggunakan kereta biasa menghabiskan waktu 15 jam," ujarnya. "Tarif pun hanya 550 renminbi (sekitar Rp 1,22 juta).
Sore itu, kami berangkat sekitar pukul 15.10 waktu Beijing, sesuai dengan jadwal yang tertera di tiket. Duduk di kelas 1, perjalanan Beijing-Hangzhou dengan jarak 1.278 kilometer itu dikenai tarif 907 renminbi (sekitar Rp 1,68 juta). Di gerbong dua, yang tidak terisi penuh, kemewahan alat transportasi terasa disajikan pengelola kereta cepat yang lokomotifnya berbentuk kapsul itu.
Dipacu dengan kecepatan 302 kilometer per jam, nyaris tidak guncangan selama enam perjalanan hingga ke Hangzhou. Kursi yang tersedia juga memungkinkan penumpang bersantai sambil menikmati pemandangan perkampungan selama perjalanan. Berbagai penganan mudah diperoleh karena petugas kereta hilir-mudik setiap setengah jam menjajakan makanan, minuman, dan buah-buahan. Dalam perjalanan itu, saya membeli satu kotak anggur seharga 45 renminbi (sekitar Rp 100 ribu).
Dalam perjalanan menuju Hangzhou, kereta cepat berhenti di lima stasiun di berbagai kota. Gerbong kami yang semula terisi sebagian, hingga tujuan akhir penuh. Tepat pukul 22.05, kami tiba di stasiun Hangzhoudong.
Teknologi mutakhir kereta cepat saat ini menjadi instrumen penting bagi Cina menjalin kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia. Menurut Chen Wenling, kepala ekonom China Center for International Economic Exchange, investasi di bidang infrastruktur dan transportasi di kawasan Asia tetap menjadi prioritas yang dilakukan pemerintah. "Kami selalu memperhatikan itu," katanya.
Wenling mengatakan, dengan pertimbangan itu, proyek kereta cepat di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand termasuk dalam peta Belt and Road Initiative yang digagas Presiden Cina Xi Jinping. "Kami terus berupaya mengembangkan ini," ujarnya.
Indonesia lebih dulu memulai proyek kereta cepat dibanding negara-negara lain di ASEAN. Menggandeng China Railway Group Limited, peletakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sudah dilakukan Presiden Joko Widodo pada 2016. Malaysia, Singapura, dan Thailand masih melakukan penjajakan.
Wenling optimistis kerja sama negaranya dengan negara lain di Asia dalam pembangunan proyek kereta cepat bisa segera direalisasi. Dengan melihat kemajuan ekonomi Cina saat ini, ekspansi gaotie diprediksi sulit dibendung.
Setri Yasra (cina)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo