Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAKING seringnya berjumpa dengan Gatot Nurmantyo, Mulfachri Harahap sampai samar-samar mengingat isi pembicaraan dalam setiap pertemuan. Yang paling diingatnya, dalam setiap kesempatan, bekas Panglima Tentara Nasional Indonesia itu selalu meminang Partai Amanat Nasional untuk mengusungnya sebagai calon presiden dalam Pemilihan Umum 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mulfachri kemudian menjawab bahwa PAN, partainya, tak bisa sendirian mengusung calon presiden karena hanya memiliki 48 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. Mulfachri kemudian menyarankan Gatot aktif melobi partai lain untuk menggenapi jumlah kursi sekurang-kurangnya menjadi 112, syarat untuk mengikuti pemilihan presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Mulfachri, saran itu jamak disampaikan kepada mereka yang ingin maju sebagai calon presiden lewat partainya. "Kepada siapa pun, kami menyampaikan hal itu karena PAN memang tidak memenuhi syarat 20 persen," kata Ketua Komisi Hukum DPR ini, Jumat pekan lalu.
Pertemuan terakhir Mulfachri dengan Gatot terjadi dua pekan lalu di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Mulfachri datang bersama Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno. Selain membicarakan soal kemungkinan Gatot maju dari PAN, mereka merancang pertemuan Gatot dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Pada Selasa pekan lalu, Zulkifli akhirnya bertemu dengan Gatot. Selama 20 menit, Zulkifli, yang juga Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, menjamu Gatot di ruang kerjanya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Yang dibahas apa lagi kalau bukan soal peluang PAN mengusung Gatot dalam pemilihan mendatang.
Eddy Soeparno, yang hadir dalam pertemuan itu, mengakui pembicaraan mereka sempat menyinggung pemilihan presiden dan sikap partainya. "Dibicarakan juga peluang Pak Gatot sebagai calon presiden," ujar Eddy, Rabu pekan lalu. Menurut Eddy, Zulkifli mengundang Gatot karena ingin mengetahui visi dan alasannya maju sebagai calon RI-1.
Gatot mengatakan, dalam pertemuan itu, Zulkifli sempat menanyakan niatnya maju dalam pemilihan. Kepada Zulkifli, ia pun menyatakan siap berlaga. "Tugas apa pun yang diberikan bangsa dan negara pasti saya terima, termasuk menjadi presiden," ujar Gatot.
Tidak hanya merayu PAN, Gatot pun bergerilya ke partai lain. Ia dua kali bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Maret lalu. Sekretaris Gerindra Ahmad Muzani mengatakan persamuhan itu membahas berbagai hal, termasuk politik. "Pertemuan itu antara senior dan junior," ujar Muzani. "Kalau menyerempet ke kanan atau kiri, itu hal biasa."
Ia mengatakan Gatot dan Prabowo juga mendiskusikan langkah dalam pemilu presiden 2019. "Pak Gatot nanya ke Prabowo. Begitu juga sebaliknya. Tapi pertemuan ini seolah-olah ditafsirkan Gerindra telah mendukung Pak Gatot," ujar Muzani. Setelah pertemuan tersebut, Gerindra justru mendeklarasikan Prabowo sebagai calon presiden dalam rapat koordinasi nasional partai itu pada 11 April lalu. Deklarasi ini seakan-akan menutup peluang Gatot mengendarai Gerindra.
Gatot juga membuka jalan untuk maju lewat partai lain. Ia sudah menemui Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Ia juga pernah menyambangi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri walau partai banteng sudah memastikan mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden. "Saya sudah ke Pak SBY dan Bu Mega," kata Gatot.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar juga masuk daftar tokoh yang akan dikunjungi Gatot. Bulan lalu, Gatot berencana menemui Sohibul, tapi urung bertatap muka. Sohibul mengatakan pertemuan itu dibatalkan Gatot.
Lobi-lobi tak dilancarkan Gatot seorang diri. Ia pun mengutus Relawan Selendang Putih Nusantara, kelompok pendukungnya, bertemu dengan pengurus partai. Ketua Umum Relawan Selendang Putih Nusantara Rama Yumatha sudah menjalin kontak dengan pengurus PKS, Demokrat, dan PAN.
Pada Selasa pekan lalu, Rama menemui Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Demokrat Ferdinand Hutahaean di kantor partai itu. Rama menyampaikan keinginan Gatot menjadi calon presiden dan mengajak Demokrat membentuk poros baru. Sebaliknya, Ferdinand mengatakan partainya menetapkan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon presiden atau wakil presiden. "Hasil pertemuan ini saya laporkan kepada Pak Gatot," ujar Rama.
Wakil Ketua Umum Demokrat Sjarifuddin Hasan menyebutkan sikap partainya seperti yang dijelaskan Ferdinand. "Kalau ada yang melobi kami, seperti itulah sikap resmi Demokrat," kata Syarief-panggilan Sjarifuddin.
SELAIN Gatot, sejumlah tokoh tanpa partai meramaikan bursa calon presiden dan wakil presiden. Di antaranya bekas Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli, bekas Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan bekas Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md.
Di antara nama-nama itu, baru Rizal Ramli dan Abraham Samad yang terang-terangan menyatakan niatnya. Awal Maret lalu, Rizal mengumumkan pencalonannya. Setelah itu, ia menemui sejumlah pengurus partai untuk melapangkan jalan.
Pertengahan bulan lalu, Rizal menemui Ketua Pemenangan Pemilu Gerindra yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno. Ia pun menyambangi Zulkifli Hasan di Senayan pada Senin pekan lalu. Kepada Sandiaga dan Zulkifli, Rizal menyampaikan keinginannya untuk maju. "Kami mengikuti kompetisi pemilu presiden ini untuk mengubah permainan, bukan lagi soal kompetisi pencitraan, tapi karakter dan track record," tutur Rizal.
Adapun Abraham mendeklarasikan diri di Anjungan Pantai Losari, Makassar, Senin pekan lalu. Di hadapan ratusan relawan pendukungnya, ia berorasi tentang penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Ujungnya, Abraham mengutarakan keinginannya maju sebagai calon presiden. "Setelah menerima banyak dukungan dari kelompok pemuda, saya pun berpikir untuk ambil bagian memperbaiki negara ini," katanya.
Abraham rupanya serius mewujudkan niatnya. Di sejumlah daerah, kelompok pendukungnya bergeliat. Di Palembang dan Padang, terbentuk kelompok relawan yang diberi nama Koalisi Rakyat Berdaulat untuk Abraham Samad. Kelompok ini juga mendengungkan pencalonan Abraham. "Saya menerima deklarasi mereka," ujarnya.
Abraham mengaku memberanikan diri maju sebagai calon presiden tidak hanya lantaran didesak komunitas pemuda dan mahasiswa, tapi juga karena telah berkomunikasi dengan sejumlah pengurus partai politik. Ia menolak membeberkan nama partai yang telah bertemu dengannya.
Sahabatnya bercerita bahwa Abraham sudah bertemu dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh pada bulan lalu. Dalam pertemuan itu, Surya menggadang-gadang Abraham sebagai calon wakil presiden dari NasDem. Surya menjanjikan nama Abraham akan diteruskan ke Istana karena NasDem telah menyerahkan sepenuhnya penentuan calon wakil presiden kepada Jokowi.
Bendahara Umum NasDem Ahmad M. Ali membenarkan adanya pertemuan tersebut. Anggota DPR dari Sulawesi Tengah ini mengatakan hubungan antara Surya dan Abraham sudah lama terjalin sehingga lumrah jika mereka bertemu. "Pertemuan Pak Surya dengan Pak Abraham Samad adalah hal biasa," katanya.
Sekretaris Jenderal NasDem Johnny Gerald Plate mengatakan partainya tidak akan gegabah mengajukan calon wakil presiden. NasDem berpegang pada keputusan rapat kerja nasional November tahun lalu, yakni memberikan mandat kepada Jokowi untuk menentukan sendiri calon pendampingnya. "Nama cawapres itu sudah ada di kantong Jokowi, tapi akan disampaikan pada momentum politik yang tepat," tutur Johnny.
Saat dimintai konfirmasi tentang pertemuannya dengan Surya Paloh, Abraham bungkam. "Silakan tanya kepada pengurus NasDem," katanya.
Setelah bertemu dengan Surya, Abraham bersua dengan Jokowi di Istana Bogor. Seseorang yang mengetahui pertemuan ini menyebutkan Jokowi berdiskusi dengan Abraham tentang penegakan hukum dan pemilihan presiden. Abraham juga menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang sama-sama berasal dari Makassar. Juru bicara Presiden, Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan tidak mengetahui pertemuan tersebut. "Saya tanya dulu," ujarnya. Abraham tak bersedia mengomentari pertemuan itu.
Dua nama lain, Mahfud Md. dan Anies Baswedan, lebih pasif. Belum terlihat manuver politik keduanya meski nama mereka disebut-sebut sebagai kandidat yang berpeluang mendampingi Jokowi ataupun Prabowo. Mahfud mengatakan punya keinginan menjadi calon wakil presiden, tapi belum tentu bersedia jika dipinang partai politik. "Saya melihat dulu tawarannya dan bagaimana cara menawarkannya," ujarnya. Adapun Anies selalu mengatakan ingin berfokus membenahi Jakarta.
WALAU nama Gatot Nurmantyo dan Abraham Samad mencuat sebagai calon presiden, peluang keduanya untuk berpasangan juga terbuka lebar. Ketua Umum Relawan Selendang Putih Nusantara Rama Yumatha mengatakan Abraham masuk daftar kandidat calon pendamping Gatot.
Abraham bahkan menduduki peringkat lima besar dalam survei internal Selendang Putih bersama Mahfud dan Agus Harimurti Yudhoyono. Dua nama lain adalah Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang.
Dari kelima nama itu, Rama sudah menemui Yusril di kantor Partai Bulan Bintang pada awal bulan lalu. Kepada Yusril, ia meminta partai itu mendukung Gatot sebagai calon presiden sekaligus menawarkan kemungkinan Yusril menjadi pendamping Gatot. "Pak Yusril menyambut positif," ujar Rama. Ia juga berencana menemui Abraham dan Agus Yudhoyono.
Yusril mengatakan menampung tawaran Selendang Putih. Adapun Abraham mengaku belum pernah berkomunikasi dengan Gatot ataupun Selendang Putih.
Rama menyadari, meski duet Gatot-Abraham potensial, mereka berdua terkunci oleh masalah yang sama: partai politik untuk kendaraannya dan 112 kursi di parlemen.
Rusman Paraqbueq, Rezki Alvionitasari, Wayan Agus Purnomo
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo