PASAR minyak Indonesia di Jepang semakin mengkhawatirkan. Sebagai penyuplai minyak Jepang, Indonesia memang masih didudukkan di urutan ketiga, setelah Arab Saudi dan Persatuan Emirat Arab. Namun, jumlah minyak impor dari Indonesia tidak lagi mencapai 14%-15% dari keseluruhan impor minyak Jepang seperti yang dijanjikan. Menurut statistik MITI, Departemen Industri dan Perdagangan Internasional Jepang, impor minyak Jepang tahun lalu mencapai 214.356 ribu kiloliter (kl), naik 3,16% dari jumlah impor tahun sebelumnya. Tapi impor dari Indonesia tahun lalu cuma 28.122 ribu kl (13,1%), turun dari 29.166 ribu kl tahun 1983. Porsi minyak impor dari Indonesia, agaknya, sudah mulai dialihkan Jepang - sebagian ke ladang Malaysia, dan sebagian lagi direbut RRC. Minyak Malaysia yang masuk ke Jepang tahun lalu mencapai 6.370 ribu kl, naik 73% dari tahun sebelumnya yang cuma 3.678 ribu kl. Tapi, minyak RRC, yang setara jenis minyak Handil atau sedikit di bawah SLC dan Cinta, di-dumping RRC sampai US$ 0,5 per barel lebih murah. Selain itu, pihak-pihak importir minyak Indonesia di Jepang merasa, harga minyak mentah ringan, seperti Attaka dan Bekapai yang dijual US$ 30.95 per barel, terlalu mahal. Kedua jenis minyak itu mulai dihindari pembeli Jepang, sehingga pesanan Attaka tahun lalu cuma 909 ribu kl, turun dari 961 ribu kl tahun sebelumnya. Bekapai, yang 1983 masih diimpor 296 ribu kl, tahun lalu tinggal 251 ribu kl. Dari 18 jenis minyak produksi Indonesia, pesanan terbanyak masih pada Sumatran Light Crude (SLC). Jenis yang populer dengan nama Minas itu berharga US$ 29.53 perbarel, dan tahun lalu dibeli Jepang 12.109 ribu kl, turun 13,26% dari jumlah sebelumnya. Jenis Cinta, yang berharga US$ 28.85 per barel, masih mencapai 5.039 ribu kl, tapi juga sudah turun jumlahnya dari tahun 1983 yang 5.520 ribu kl. Minyak Duri, yang telah diturunkan harganya pada April 1983 menjadi US$ 25.95 per barel dari USS 27.85 per barel, ternyata cuma naik 13,56%, menjadi 1043 ribu kl. Sedangkan Handil memang naik dari 3.318 ribu kl menjadi 3.582 ribu kl. Tapi minyak setaranya, Taching RRC, naik dari 10.791 ribu kl menjadi 12.420 ribu kl. Meskipun Minas yang agak lebih baik dari Taching sudah akan diturunkan harganya dari US$ 29.53 mejadi US$ 28.53 per barel, seorang importir minyak di Tokyo pesimistis bahwa ekspor Minas akan segera membanjir di Jepang. Apalagi persediaan minyak Jepang cukup besar, baik yang disimpan di darat maupun yang diapungkan di tanker. "Taching yang kini dijual RRC dengan harga US$ 28,40 per barel pasti akan diturunkan RRC. Lagi pula, RRC sangat keras meminta Jepang agar menambah jumlah kontrak pembelian tahun 1985 ini," kata importir minyak SLC di Tokyo. Tapi suara lain dari seorang pejabat sebuah perusahaan importir minyak Indonesia di Jepang mengatakan, "Kami sungguh akan memperhatikan harga-harga yang dibuat Indonesia." Direktur utama Pertamina, A.R. Ramly, yang mendampingi Menteri Pertambangan dan Energi Subroto di Konperensi OPEC di jenewa, sewaktu pulang, Jumat pekan lalu, mengatakan bahwa untuk penjualan kepada Jepang masih berlaku harga lama. "Harga akan disesuaikan lagi bila sudah ada pembicaraan kontrak pembelian baru, blasanya April," kata Ramly tenang tapi serius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini