Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Warga Kampung Nelayan Tambak Lorok, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang, berharap tanggul laut tahap II yang sedang dibangun pemerintah tidak menjadi solusi palsu permasalahan rob di pesisir utara Jawa Tengah. Terlebih, menurut Presiden Jokowi, tanggul laut Semarang itu bisa menahan rob hingga 30 tahun.
Ketua RW 16, Slamet Riyadi, menyebut situasi saat ini sedikit membaik setelah tanggul laut tahap II mulai dibangun. “Sekarang sudah tidak ada truk datang bawa tanah untuk mengurug rumah (meninggikan lantai dasar agar rob tidak masuk),” kata Slamet ketika ditemui di kampungnya, Selasa, 18 Juni 2024.
Namun, bukan berarti permasalahan itu selesai. Slamet mengatakan banjir rob masih terjadi meski tidak lagi setinggi dulu. Sebelum ada tanggul tahap II yang dibangun di sisi timur, rob bisa setinggi satu meter. Sementara kini, paling hanya sekitar 30 cm. Ia berujar, banjir itu datang dari rembesan air dari tanggul tahap I yang dibangun di sisi barat.
Ia pun berharap pemerintah segera memperbaiki tanggul tahap I, serta meningggikan jalan kampung dan memperbaiki saluran air. Dengan begitu, rob diharapkan tidak lagi menggenangi kampung nelayan.
“Kami harap, ini (masalah rembesan air dari tanggul tahap I) ditangani secepatnya. Kalau program pemerintah memang untuk mengamankan Tambak Lorok dari abrasi dan rob, harus tuntas,” kata dia.
Pasalnya, Slamet bercerita, selama ini banjir rob di Kampung Nelayan Tambak Lorok sudah membuat warga repot. Salah satunya karena, sebelum ada tanggul tahap II, warga harus meninggikan rumah paling tidak saban lima tahun sekali. Hal tersebut menjadi jalan satu-satunya agar rumah tidak tenggelam.
“Kalau membangun (rumah di sini), pondasinya satu meter, ditambah 20 cm. Itu lima tahun, nanti bisa rata lagi,” ujarnya.
Padahal, menurut Slamet, memodifikasi rumah agar tidak tenggelam biayanya tidak sedikit. Paling minim, ia berujar, Rp 20 juta. Nominal tersebut bisa makin besar jika ukuran rumah warga juga besar. Sementara, warga RT 16 yang mayoritas tidak punya tabungan karena penghasilan nelayan tidak tetap. Pinjam uang di bank dengan menyerahkan surat tanah sebagai jaminan pun menjadi pilihan.
Selanjutnya baca: Ada rumah ditinggalkan penghuninya karena tidak bisa melawan kiriman air dari laut.
“Kami harap pembangunan tanggul laut tahap II bisa membuat wilayah kami aman dari abrasi dan air rob,” kata dia. Selain itu, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kalaupun nanti dijadikan kampung bahari, kami harap bisa menambah pendapatan ekonomi warga.”
Dari pantauan Tempo pada Selasa siang, 18 Juni 2024, ketinggian rumah warga di Kampung Nelayan Tambak Lorok memang bervariasi. Ada yang menjulang ke atas dengan desain dua lantai. Ada pula yang hanya diurug sehingga rumah tampak rendah. Ada pula rumah yang rusak dan ditinggalkan penghuninya karena tidak bisa melawan kiriman air dari laut.
Situasi itu pun membuat seorang warga bernama Zazid berseloroh bahwa rumah warga di kampunya merupakan rumah sopan. “Kalau masuk, harus menunduk. Kalau nggak menunduk, kejedug,” tutur Zazid diiringi tawa. Pria yang tinggal di Tambak Lorok sejak 1991 itu mengaku sudah empat kali meninggikan lantai dasar rumahnya. Perbaikan terakhir, ia lakukan pada 2023 lalu dengan menghabiskan sekitar Rp 50 juta.
Tanggul laut tahap II di Tambak Lorok ditargetkan rampung pada Agustus 2024. Presiden Jokowi berujar tanggul yang dibangun sepanjang 3,6 kilmeter itu bisa menahan rob hingga 30 tahun. Hal ini ia sampaikan usai meninjau proyek pada Senin, 17 Juni 2024.
Namun di sisi lain, Jokowi berujar, efektivitas tanggul laut menangkal banjir dan rob belum bisa diketahui. Sebab, proyek pembangunannya belum selesai. "Nanti kalau sudah rampung, baru kelihatan," kata Jokowi.
Lebih lanjut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan kementeriannya juga akan membangun dua kolam retensi atau kolam penampungan seluas 8 hektare dan 12 hektare untuk mengatasi rob. Proyek ini juga mencakup pembangunan rumah pompa dengan kapasitas 3x500 liter per detik.
"Ada tiga pompa, 3x500 liter per detik. Dua dioperasikan, satu untuk cadangan," kata Basuki. "Dengan demikian, bisa kita atasi rob."
Pilihan Editor: Banjir Rob Pesisir Semarang 3 Hari Terakhir, Tanggul Satu Meter Tak Ada Artinya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini