SETELAH sukses dengan pembangunan jalan tol sepanjang 22 km di Malaysia meski terlambat enam bulan dari jadwal semula PT Citra Lamtorogung Persada (CLP) kini akan berkiprah di Filipina. Disaksikan oleh Presiden Filipina Fidel Ramos, Kamis pekan silam, Presiden Direktur PT CLP Ny. Siti Hardiyanti Rukmana menandatangani naskah kesepakatan bersama Philipine National Construction Corporation (PNCC). Di situ disebutkan, PT CLP dan PNCC akan membangun jalan tol sepanjang 47 km di Manila dua kali lebih panjang dari jalan tol di Malaysia. Apakah ada tender? Tampaknya tidak. Namun, terkesan kuat sekali bahwa perusahaan Filipina itu yakin, PT CLP akan menyukseskan kerja sama mereka. Keyakinan itu bersumber dari positifnya hasil studi kelayakan yang dilakukan PNCC. ''Mereka sudah menjajaki kemampuan kami sejak lima bulan lalu,'' kata seorang direktur PT CLP. Dalam proyek yang direncanakan rampung tahun 1997 ini, PT CLP menguasai 40% saham. Sisanya, 60%, dimiliki oleh PNCC. Adapun total investasi yang dibutuhkan mencapai US$ 132,5 juta (sekitar Rp 276 miliar). Seperti halnya proyek jalan tol Cawang-Priok di Jakarta, kerja sama yang di Manila ini pun menggunakan sistem built, operation, transfer (BOT). PT CLP akan memperoleh penghasilan (sesuai dengan saham yang dipegangnya) dari hasil uang tol selama 30 tahun. Setelah lewat masa itu, jalan tol tersebut sepenuhnya menjadi milik pemerintah Filipina. Tapi, berapa keuntungan yang akan diraup PT CLP dari sana, belum terungkap. Yang pasti, untuk jalan tol Manila, PT CLP akan bahu-membahu dengan beberapa kontraktor nasional. Sumber TEMPO menduga, mereka adalah PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Hutama Karya, Yala Perkasa International, Bangun Tjipta Sarana, dan PT Amarta Karya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini