ORANG miskin lebih bisa dipercaya ketimbang orang kaya. Kesimpulan itu dipetik Profesor Muhammad Yunus, 53 tahun, dari pengalamannya selama 27 tahun membesarkan Grameen Bank. Bekas dosen di Chittagong University, Bangladesh, ini sudah selayaknya membanggakan Grameen Bank, yang tidak saja kukuh sebagai lembaga keuangan, tapi juga merupakan benteng kaum miskin. Sesuai dengan cita-cita Yunus, Grameen Bank sengaja didirikan hanya untuk nasabah yang datang dari kalangan termiskin di Bangladesh. Dari modal awal 30 dolar, yang ''diecerkan'' kepada 10 nasabah, Grameen (yang berarti pedesaan) kini menjadi bank yang diperhitungkan di negerinya, dengan aset tak kurang dari US$ 500 juta dan kemampuan pengembalian kredit di atas 90%. Nasabahnya yang miskin semuanya berjumlah 1,6 juta jiwa. ''Saya ingin melihat dunia yang bebas dari kemiskinan. Dan saya yakin itu bisa kita capai,'' itulah kata-kata mutiara pembuka yang diucapkan Yunus ketika menerima Bina Bektiati dan Sri Wahyuni dari TEMPO. Wawancara berlangsung seusai ceramahnya di CSIS, Selasa pekan silam. Petikannya: Dapatkah Anda menjelaskan, hal-hal apa yang membedakan Grameen Bank (GB) dengan bank lainnya. GB berdiri tahun 1976 sebagai usaha kecil yang khusus meminjamkan uang kepada orang miskin. Bank-bank konvensional tidak meminjamkan uang kepada orang miskin, karena mereka tidak memiliki agunan. Padahal, pandangan kami, justru orang miskinlah yang sangat membutuhkan pinjaman untuk mengembangkan taraf perekonomiannya dengan caranya sendiri. Karena itu, kami mulai menyalurkan pinjaman buat mereka. Perbedaan lainnya, kami bukan bank kantoran. Orang tidak datang ke bank, tapi bank yang mendatangi orang-orang. Tentu saja kami memiliki kantor, dengan 130 cabang di seluruh pelosok Bangladesh. Idenya dari mana? Pada mulanya saya meminjamkan uang dalam jumlah kecil, 23 dolar, kepada wanita miskin di desa dekat kota tempat saya mengajar. Saya mengambil uang dari kantong saya sendiri US$ 30. Kemudian saya mencoba apakah hal semacam itu bisa dilakukan melalui bank. Ternyata bank menolak. Lalu saya relakan diri saya sebagai penjamin (guarantor) untuk meminjam uang dari bank, lalu kemudian meminjamkannya kembali kepada orang-orang miskin, dan akhirnya mengembalikan uang itu ke bank. Ketika semakin besar, kami pun meminjam dari bank sentral dan lembaga- lembaga keuangan internasional. Bagaimana prosedur pemberian kredit? Peminjam harus membentuk kelompok beranggotakan lima orang. Pada mulanya kita berikan pinjaman kepada dua anggota saja, lalu dilihat perkembangannya selama enam minggu kemudian. Bila lancar, kita berikan lagi pinjaman kepada dua anggota lainnya dan tunggu perkembangannya selama enam minggu. Kemudian barulah anggota yang satu lagi mendapatkan gilirannya, hingga semua rata mendapat pinjaman. Pada saat anggota yang mendapatkan pinjaman pertama berhasil menyelesaikan cicilannya, dia mendapatkan pinjaman berikutnya. Begitu seterusnya. Jadi, ada semacam proses berkesinambungan untuk mendapatkan pinjaman dan mengembalikannya ke bank. Ya, seperti klub. Kelompok itu pula yang menentukan apa yang bisa mereka lakukan dengan uang pinjaman tersebut dan seberapa banyak sebetulnya pinjaman yang mereka perlukan. Mereka sendiri yang membuat proposalnya, dan mengajukannya ke bank setelah lebih dulu dibahas dan disetujui di pertemuan kelompok. Semua pinjaman kami, kecuali pinjaman perumahan, berjangka satu tahun. Pinjaman pokok dicicil tiap minggu. Bunganya, 20%, dicicil sesudahnya. Pinjaman perumahan umumnya US$ 300. Jangka waktu pengembalian 10 tahun. Cicilannya juga per minggu, bunganya 8%. Bagaimana dengan tingkat pengembalian pinjamannya? Tingkat pengembalian kredit kami mencapai lebih dari 90%. Berbeda dengan bank lain yang sangat buruk tingkat pengembalian kreditnya, bahkan ada yang tidak sampai 10%. Bila tanpa jaminan, bagaimana Anda begitu yakin mereka akan mengembalikan kreditnya? Saya juga semula tidak yakin betul mereka akan mengembalikan kreditnya. Pinjaman Taka 1.000, misalnya, bila harus dikembalikan setahun kemudian, pasti sulit. Lain jika dicicil tiap minggu. Dan yang penting, mereka tidak harus datang ke bank, tapi kami yang datang ke rumah mereka. Selain itu, perbedaan sikap juga menentukan. Orang kaya punya banyak cara untuk tidak membayar utangnya. Orang miskin tidak. Syarat-syarat penerima kredit? Satu-satunya syarat adalah miskin. Dalam catatan kami, separuh dari penduduk Bangladesh itu miskin (penduduk Bangladesh sekitar 8 juta orang). Target kami adalah menjangkau 20% dari penduduk yang termiskin. Lalu, mengapa diprioritaskan wanita? Bila ingin meningkatkan taraf hidup keluarga, lebih baik dilakukan melalui wanita. Wanita memiliki kemampuan lebih baik dalam mengelola sumber keluarga. Bila keluarga ditimpa kesulitan, laki-laki biasanya pergi dan menghilang. Tapi wanita tidak dapat meninggalkan anak-anaknya. Adakah ciri lain Grameen Bank, selain peminjamnya yang 90% wanita itu? Tujuan kami dalam Grameen Bank adalah melihat kehidupan nasabahnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Maka, meskipun uang kami kembali 100%, misalnya, bila kondisi kehidupan mereka tidak berubah, berarti Grameen Bank gagal melaksanakan misinya. Di samping itu, kami juga memperhatikan mereka dalam hal kesehatan dan kondisi lingkungan. Kami memiliki The Sixteen Decisions yang memuat masalah sosial dan kesehatan. Contohnya, kondisi sanitasi di Bangladesh memprihatinkan. Mereka biasa buang air besar seenaknya di tempat-tempat terbuka. Ini tidak baik buat kesehatan, bukan? Nah, bila ingin bergabung dengan Grameen Bank, salah satu persyaratan adalah harus menggali lubang di tanah dan menggunakannya sebagai jamban. Bila nasabah tak mampu mengembalikan pinjamannya, bagaimana? Setiap kelompok bertanggung jawab atas anggota kelompok masing-masing untuk mengembalikan pinjamannya. Tapi kami selalu menekankan agar kelompok yang bersangkutan tidak marah pada anggotanya yang gagal itu. Yang harus dilakukan adalah mencari tahu mengapa anggota tersebut gagal. Kami yakin, setiap masalah tentu ada sebabnya. Salah satu cara yang kami tempuh untuk mengatasi kesulitan mengembalikan pinjaman adalah memberinya pinjaman lagi. Dan pinjaman sebelumnya, yang tak bisa dikembalikan itu, dijadikan sebagai pinjaman jangka panjang. Bagaimana komposisi kepemilikan saham Grameen Bank sekarang? Sebanyak 90% saham dimiliki oleh para peminjam, 10% sisanya dimiliki pemerintah. Tadinya, 60% dimiliki pemerintah, 40% dimiliki para peminjam. Bagaimana ide ini kemudian menyebar ke negara lain? Orang-orang luar Bangladesh yang tertarik akan bank ini mulai datang ke negeri kami sekitar 19831984. Mereka datang dan mempelajari. Setelah itu mereka menerapkannya di negara masing- masing. Sekarang, lebih dari 50 negara mengadopsi cara kerja Grameen Bank. Kebanyakan dilakukan oleh LSM, meski ada juga yang dilakukan oleh pemerintah seperti di Filipina dan Malaysia. Mengapa tidak berkembang di Indonesia? Saya sendiri tidak tahu. Saya pernah datang ke sini pada 1990. Saya telah bertemu banyak bankir dan menjelaskan segalanya. Mungkin LSM Indonesia tidak terlalu tertarik dengan cara ini. Tapi kalau tak salah, kini ada satu yang mengadopsi cara kerja Grameen Bank, yakni Karya Usaha Mandiri di Bogor. Tolong ceritakan bagaimana Grameen Bank juga bisa populer di AS. Saya bertemu dengan Clinton pada tahun 1986. Pada waktu itu dia Gubernur Arkansas, salah satu negara bagian paling melarat di AS. Sebagai gubernur dia ingin mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan. Setelah berjumpa saya, Clinton langsung mendirikan Good Faith Fund. Dinamakan demikian karena kata Grameen terlalu asing bagi rakyat setempat. Hingga kini Good Faith Fund masih berjalan. Dan ketika Clinton mencalonkan diri sebagai presiden, dia berjanji akan mendirikan 1.000 Grameen Bank di seluruh AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini