INI mungkin babak baru bagi FE Unair. Memasuki usia 30 tahun, baru sekali ini fakultas ekonomi terkenal di Surabaya melahirkan doktor ekonomi: Teddy Pawitra, 50, kebetulan alumnus pertama fakultas itu. Tapi, yang agaknya menarik adalah ketika rektor Unair Prof. dr. Soedarso Djojonegoro menyampaikan hasil rapat para guru besar, yang menyatakan bahwa promovendus lulus dengan predikat cumlaude, akhir pekan lalu. Disertasi dalam bahasa Inggris sekitar 600 halaman, berjudul Jalur-Jalur Pemasaran Mobil di Indonesia - Suatu Telaah tentang Maknanya terhadap Sistem Distribusi, tampaknya baru sekali ini dilakukan. Suatu hal yang baru dalam disertasi yang cukup lama dipersiapkan adalah pendekatannya, yang bertolak dari penelitian tingkah laku (behavioral) dalam pemasaran mobil di Indonesia sebagai suatu sistem. Promovendus menyarankan suatu "konsep berimbang": Agar perluasan atau penyempitan pemilikan mobil serta jasa yang diberikan para agan tunggal dan penyalur kepada konsumen seimbang dengan arus pembelanjaan yang memungkinkan sistem alur pemasaran tampil secara optimal. Pawitra, yang juga lulus M.B.A. di Universitas Minnesota, Amerika, banyak menguraikan sebab musabab kelesuan bisnis mobil saat ini, tentang banyaknya kapasitas produksi terpasang yang mubazir, bagian pasar yang kecil, dan pertumbuhan yang lamban pada kategori tertentu bisnis permobilan. Ia juga menyoroti persaingan tajam, kebiasaan membeli konsumen yang makin canggih, perubahan teknologi yang cepat, pergeseran penduduk, dan makin besarnya campur tangan pemerintah dalam bisnis mobil di Indonesia. Laki-laki yang lahir di Manado ini menguasai betul bidang permobilan, dan dengan lancar menjawab sembilan pertanyaan dari Prof. Dr. Panglaykim, guru besar luar biasa FE Airlangga, yang bertindak sebagai promotornya. T. Pawitra, yang meninggalkan almamaternya pada 1972 sebagai lektor muda, kemudian menonjol sebagai usahawan terkemuka, menjadi direktur utama grup Star Motors, yang memproduksi Mercedes-Benz di Indonesia. Tak heran kalau beberapa pengusaha dan bankir terkenal menyalaminya hari itu, antara lain bekas dirut Pertamina Ibnu Sutowo, dan Omar Abdalla, dirut Bank Bumi Daya. FJ
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini