Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, BOJONEGORO - Harga daging ayam dan telur bukan ras (buras) naik drastis di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya. Cuaca dingin yang membuat kesehatan ayam terganggu diduga membuat harga telur dan ayam meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di beberapa pasar tradisional di Bojonegoro, seperti Pasar Banjarejo, Pasar Besar Kota, Pasar Sumberejo harga ayam potong dan telur buras naik. Yaitu untuk harga ayam potong dari sebelumnya Rp 29-30 ribu perkilogramnya kini naik menjadi Rp 38 ribu perkilogramnya. Sedangkan untuk telur buras dari sebelumnya Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu perkilogram, kini naik menjadi Rp 28 ribu perkilogramnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kenaikan harga ayam potong dan telur buras pada awal bulan Juli ini, bahkan lebih tinggi dibanding Hari Raya Idul Fitri 15 Juni 2018 lalu. Beberapa hari menjelang Lebaran, harga telur masih di kisaran Rp 24 ribu perkilogram. Sedangkan harga ayam potong masih berada di kisaran Rp 34 ribu perkilogramnya.
Dinas Perdagangan Kabupaten Bojonegoro menyebutkan, suplai barang—terutama telur buras—terlambat masuk ke Bojonegoro. Selama ini, telur buras sebagian besar di datangkan dari Kabupaten Blitar bagian selatan, Tulungagung dan juga sebagian dari Kabupaten Kediri. ”Ya, stok telur buras terlambat datang,” ujar Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bojonegoro, Agus Hariyana pada Tempo, Senin 9 Juli 2018.
Sedangkan ayam potong, sebagian juga didatangkan dari Blitar dan Tulungagung, serta dari Bojonegoro bagian pinggiran, Tuban dan Lamongan. Tetapi, dampak dari cuaca dingin ini, dikabarkan ayam buras petelur menurun produktifitasnya. Akibatnya, berimbas pada suplai produksi telur di pasaran.”Bisa jadi dampak dari cuaca dingin,” imbuh Agus Hariyana. Dia menyebut, data ini dari Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro.
Sementara itu dampak dari naiknya harga telur dan daging ayam, pada pedagang sayuran mengeluh. Bahkan sebagian besar, mereka untuk sementara tidak menjual telur dan menunggu harga turun. “Saya tidak jual telur dahulu, harga dari sana (pedagang besar) mahal,” ujar Mariyani, 49 tahun, pedagang di Kelurahan Ledok Kulon Kota Bojonegoro.
Seperti diketahui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan fenomena aphelion tidak berpengaruh besar terhadap penurunan suhu di sejumlah wilayah di Indonesia. "Penurunan suhu bulan Juli 2018 lebih dominan disebabkan karena dalam beberapa hari terakhir di wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT kandungan uap di atmosfer cukup sedikit," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo, Jumat, 6 Juli 2018.