Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Startup Agricuture Teknologi Crowde bekerja sama dengan BUMDes dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat untuk membantu petani berproduksi dan membuka akses pasar mereka. Salah satu daerah yang mendapatkan akses ini adalah Desa Karangnunggal, Tasikmalaya. Dalam beberapa bulan pendampingan, Desa Karangnunggal akhirnya berhasil melakukan panen raya pertama mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panen perdana di Desa Karangnunggal menghasilkan 478,04 kilogram cabai merah keriting sebagai komoditas utamanya. Rata-rata hasil dalam 1 hektar lahan menghasilkan 9 ton cabai merah keriting. Nantinya, hasil panen tersebut akan dijual dengan harga yang berlaku di pasaran, mengingat harga cabai sedang di puncaknya. “Rata-rata hasil yang produktif ini dari 1 hektar lahan sekitar 9 ton. Yang menarik harga jualnya rata-rata Rp 100 ribu per kilogram. Ini, kan, bagus untuk petani. Kebetulan kan harga cabai saat ini sedang melonjak,” terang Cucu Sutara, Ketua Umum Kadin Jawa Barat dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 14 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Desa Karangnunggal menjadi salah satu desa yang berpotensi menghasilkan komoditas pertanian, terutama cabai merah keriting. Kegiatan panen raya ini menjadi salah satu dampak dari kerja sama antara Crowde dan BUMDes.
Crowde berperan dalam memberikan pendampingan end-to-end mulai dari penyediaan saprotan, pendampingan petani, dan memberikan edukasi kepada petani selama melakukan penanaman. Sedangkan peran BUMDes sebagai penyedia lahan dan mencari petani yang ingin bergabung.
Crowde memberikan pendampingan budidaya melibatkan para ahli, sarana produksi pertanian melalui mitra toko tani, serta membuka akses pasar yang didukung oleh 158 mitra off-taker Crowde yang akan menyalurkan hasil panen ke kanal retail modern dan juga industri pengolahan. Selain itu, Crowde menyediakan akses permodalan yang dibutuhkan petani untuk memulai usahanya.
Crowde memulai dengan empat proyek budidaya cabai merah keriting yang menjadi pilot project dan ditujukan untuk mencari potensi kelayakan budidaya di daerah tersebut. Pilot project dimulai dengan mengambil mitra petani yang berhasil lolos berdasarkan penilaian kelayakan dari segi kondisi lahan, Sumber Daya Manusia, serta BI checking. Penyaluran modal usaha dilakukan menggunakan metode closed-loop-system, dimana petani akan menerima modal dalam bentuk pasokan input pertanian, bukan uang tunai untuk memitigasi risiko penyalahgunaan dana permodalan dan untuk kemudahan transaksi.
“Kami para petani merasa sangat terbantu dengan kehadiran CROWDE yang telah memberikan bantuan berupa pendidikan hingga cara penanaman yang baik” kata Jaja, petani cabe merah keriting di Karangnunggal.
Hingga 2020, Crowde tercatat memiliki 196 mitra petani jagung, 296 mitra petani padi, dan 1.841 mitra petani cabai. Tim dari lembaga itu berharap bisa memberi dampak positif ke lebih banyak petani di seluruh Indonesia. Sektor pertanian masih berperan vital untuk menunjang perekonomian negara, terutama masyarakat pedesaan--di mana sekitar 100 juta jiwa atau hampir separuh masyarakat Indonesia menggantungkan mata pencaharian di sektor agraris.
Walaupun berperan penting pada perekonomian negara, faktanya kesejahteraan para petani masih kurang optimal. Dari total 17 sektor industri di Indonesia, pertanian masih berada di peringkat kedua terbawah untuk rata-rata pendapatan per bulan, yakni hanya berkisar Rp 1.907.188, berdasarkan data BPS per Agustus 2020.
Baca: Harga Cabai Merangkak Naik karena Hasil Panen Minim