IBARAT cerita lenong, konflik TVRI dengan Eddy Sud ditutup dengan happy ending. Paket musik Aneka Ria Safari, yang nyaris lenyap dari TVRI, dipastikan tetap muncul. Eddy Sud masih menjadi komandan acara yang ''full'' dangdut itu. ''Persoalannya sudah selesai,'' kata Direktur TVRI Azis Husein kepada TEMPO. Konflik Eddy-TVRI berawal pada tunggakan Eddy Sud kepada TVRI, sebagai koordinator tiga acara musik: Aneka Ria Safari, Aneka Ria Nusantara, dan Panggung Gembira Anak-Anak. Karena tunggakan Rp 115 juta ini acara Aneka Ria Safari terdengar akan dibubarkan TVRI dan Eddy diisukan akan disingkirkan dari posisi yang sudah didudukinya selama 10 tahun. ''Saya memang lalai,'' kata Eddy. Namun ia tak sepenuhnya merasa salah. Ia merasa sudah membayar, walau dengan cek mundur yang jatuh tempo 26 Desember. Tetapi karena ribut-ribut itu Eddy pekan ini mengganti cek mundur tadi dengan cek cash. Beres. Meski soal itu sudah dianggap selesai, merebak pertanyaan, kok TVRI menerima bayaran? Kan TVRI dilarang mengutip dana komersial? Kok ada setoran segala? Memang beberapa paket acara musik di TVRI ternyata telah menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Paket musik ini merupakan penayangan video clip musik yang merupakan promosi kaset yang akan dipasarkan. Menurut produser rekaman MSC (Musika Selaras Citra), Arie Wibowo, untuk promosi ini ia membayar Rp 4 juta untuk sekali nongol di TVRI. Maka satu acara Aneka Ria Safari yang menayangkan 15 lagu bisa menghasilkan pemasukan Rp 60 juta. Tak jelas, berapa yang keluar untuk produksi, berapa keuntungannya. Yang jelas, TVRI mendapat sekitar Rp 10 juta. TVRI sendiri menyebutnya sebagai ongkos produksi. Di kalangan produser kaset, TVRI memang dikenal terbuka untuk promosi. Apalagi paket-paket musik yang mengandung promosi punya banyak penonton. Arie, yang juga penyanyi, menganggap televisi paling ampuh sebagai media promosi. Contohnya, lagu Singkong Dan Keju yang dinyanyikannya. Dengan dua kali nongol di Aneka Ria Safari, langsung terdengar dinyanyikan di jalan-jalan. Penjualan kasetnya pun dengan mudah mencapai sejuta. Karena TVRI dilarang bersenggolan dengan promosi dan iklan, diperlukan mediator seperti Eddy Sud. Resminya berkedudukan sebagai koordinator. Tugasnya, memilih lagu, menghitung biaya, sampai menetapkan waktu penayangan. Maka pemasukan TVRI pun terkesan ''resmi''. Dengan pola itu berbagai acara musik bermunculan. Sebut saja Musik Kita yang dikelola produser kaset JK Record Judhi Kristanto dan Kreasi Nada di bawah koordinasi Yayasan Jodi Oetomo, yayasan milik Bakin. Azis sendiri tidak menyangkal bahwa TVRI diuntungkan dengan adanya paket-paket musik itu. ''Tapi ini kan membantu mengembangkan produser dan industri kaset rekaman nasional,'' kata pejabat yang selalu tampil necis itu. Karena latar belakang bisnis itu, tidak aneh jika banyak pihak mengincar posisi Eddy. Sudah sejak tahun silam kedudukan Eddy diutik-utik. Muncul isu musik dangdut melahap porsi terlalu banyak di TVRI. Lalu terdengar tudingan, penyajian dan lirik lagunya seronok, bahkan porno, sampai- sampai ada lagu yang ''dicekal'' TVRI. Tentang persaingan bisnis ini Azis mengakui, ''Mungkin saja terjadi. Tetapi saya tidak tahu-menahu,'' katanya sambil menghindar. Eddy Sud terbilang perintis ''acara komersial'' TVRI itu. Idenya lahir sepuluh tahun silam ketika Eddy bertemu dengan Menteri Penerangan, waktu itu Ali Moertopo. Dasarnya, keprihatinan pada nasib musik Indonesia yang kalah terus dalam bersaing dengan lagu-lagu Barat. Lalu muncul acara Aneka Ria Safari. Prioritas diberi kepada kelompok Artis Safari. Namun kelanjutannya memang menjadi sangat lain. Sudah tidak jelas mana yang anggota Artis Safari, mana yang rekanan bisnis. Organisasi Artis Safari dibentuk Eddy Sud tahun 1971 bersama Bing Slamet, Bucuk Soeharto (ketua Departemen Seni dan Budaya DPP Golkar kala itu). Tujuannya, menghimpun artis yang mau diajak keliling daerah untuk berkampanye. Kelompok ini konon punya peran besar bagi kemenangan Golkar. Karena itu Artis Safari tak pernah absen di setiap kampanye. Imbalannya: boleh tampil di acara Aneka Ria Safari TVRI. Nama Eddy pun terangkat oleh kesuksesan itu. Ia terpilih sebagai anggota MPR dari FKP periode 1987-1992. Eddy Sud, kata Ketua Departemen Seni dan Budaya DPP Golkar Irsyad Sudiro, adalah kader Golkar yang bagus. Karena kaitannya dengan Golkar, ada isu sebagian hasil acara Aneka Ria Safari yang komersial itu disisihkan untuk Golkar. Eddy sendiri menyangkal menyebarkan isu itu. Irsyad Sudiro pun membantah dengan tegas. ''Acara itu semata-mata hubungan kerja antara Eddy Sud, TVRI, dan produser kaset. Tak ada hubungannya dengan Golkar.'' Namun, menurut sebuah sumber TEMPO, organisasi Artis Safari yang beranggota 5.000 orang di sembilan provinsi itu ternyata tak bisa diabaikan. Ini yang konon membuat posisi Eddy kuat, dan upaya mencopot bekas pelawak ini gagal. Pertanyaan yang merebak kini malah bertambah: Apakah acara TVRI yang komersial dan seronok itu ada hubungannya dengan politik? Sri Pudyastuti R. dan Dwi S. Irawanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini