Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Suara pelarian dari melbourne

Wawancara tempo dengan ramos horta, juru bicara fretilin, tentang tertangkapnya xanana gusmao,dana untuk organisasi, lobi di pbb, dan usul perundingan dengan pemerintah indonesia.

2 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMINAR Demokrasi Indonesia di Universitas Monash, Melbourne, sebenarnya sudah ditutup. Mikrofon di meja pembicara dan perangkat penerjemah dua bahasa pun sudah disingkirkan dari ruang konperensi. Namun, tiba-tiba muncul ''pembicara'' yang tak diacarakan panitia. Dialah Ramos Horta, juru bicara Fretilin, yang terbang dari New York ke Melbourne khusus untuk bicara soal Timor Timur kepada wartawan yang meliput seminar tersebut. Mengenakan jas warna krem dan dasi kupu-kupu, Horta, yang Senin pekan lalu itu didampingi seorang tokoh Fretilin Francisco Pang, terpaksa berteriak-teriak di depan wartawan karena tak disediakan pengeras suara. Ia menganggap perundingan Indonesia-Portugal yang diatur Sekjen PBB Boutros Boutros Ghali, di New York, 17 Desember lalu, tak membuahkan hasil. ''Semua usul Menteri Luar Negeri Portugal tak diterima Indonesia,'' kata Horta. Salah satu usul Portugal, menurut dia, agar kedua negara saling mengirim wartawan. ''Indonesia setuju wartawan Portugal ke Indonesia, tapi tak boleh masuk Tim-Tim,'' ujarnya melanjutkan. Pada kesempatan itu, Horta juga mengecam penayangan gembong Fretilin Xanana Gusmao di layar televisi Indonesia. Ia menyebut mirip penayangan pilot Amerika dan Inggris yang ditangkap Irak pada Perang Teluk lalu. Tentang posisi Xanana yang dapat ditangkap tim Kopassus TNI-AD di tempat persembunyian, belum lama berselang, menurut Horta, ''sebagai tawanan tak bisa lagi dipandang sebagai pemimpin.'' Jadi, katanya, gerakan harus menerima petunjuk pemimpin yang sekarang: Mau Hunu. Selesai konperensi pers selama 30 menit, Horta sempat menerima wartawan TEMPO Dewi Anggraeni untuk wawancara khusus. Petikannya: Apakah Xanana memang setuju dengan lobi diplomatik Anda di PBB? Ia mendukung sepenuhnya. Ada cerita, Xanana sudah tahu akan tertangkap, sehingga ada penyerahan kekuasaan simbolis, memberikan jamnya kepada Mau Hunu? Cerita itu tak benar. Tak ada tradisi semacam itu. Mungkin saja Xanana memberikan jamnya pada Mau Hunu. Tapi tak ada hubungannya dengan penyerahan kepemimpinan. Konflik Anda dengan Emilia Gusmao ditafsirkan sebagai perpecahan Fretilin .... (Horta menjadi agak sengit) Emilia adalah bekas istri Xanana, dan saya hanya menerima petunjuk dari Xanana agar uang yang terkumpul untuk biaya lobi diplomatik di Washington. Berapa jumlah dana itu? Sekitar 100.000 dolar Australia. Sejauh mana lobi Anda di PBB berhasil? Andaikata Presiden George Bush terpilih lagi, sikap Amerika Serikat tetap akan berpaling kepada kami. Kami sudah minta agar diberlakukan larangan penggunaan senjata buatan Amerika di Tim-Tim. Anda yakin usaha Anda ini didukung rakyat? Berapa pendukung Fretilin sekarang di Tim-Tim? Kalau ditanya soal jumlah gerilyawan, tak banyak lagi. Kebetulan dalam beberapa tahun ini kami memang sudah mengurangi gerakan bersenjata, dan memperkuat perjuangan diplomasi. Saya yakin, rakyat Tim-Tim mendukung sepenuhnya. Dari mana saja Anda mendapatkan dana lobi? Kami tak mempunyai dana tetap untuk ini. Saya, misalnya, membayar sendiri biaya pesawat ke New York. Lalu waktu teman-teman minta saya datang ke Melbourne dan Sydney, saya minta agar mereka mengumpulkan dana dan menyediakan tiketnya. Dari organisasi gerakan Anda, tak ada dana .... Wah, mereka lebih miskin lagi, sukar mengumpulkan uang. Anda tentunya mengira kami mempunyai dana dari kiri-kanan. Modal kami hanya semangat. Bulan Mei lampau, Anda mengajukan usul perundingan dengan pemerintah Indonesia. Itu menyebabkan kemarahan para pendukung Anda. Apa hasilnya? Saya kira bukan kemarahan, tapi kekhawatiran dari mereka yang terlalu cepat mengambil kesimpulan. Saya sudah menjelaskan berkali-kali, dan semua sudah dibereskan. Di Eropa dan Amerika, ada sambutan setelah usulan itu saya lontarkan 14 Mei di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York. Maksudnya, mereka marah karena Anda dianggap mencari popularitas. Pendukung Fretilin mencurigai itikad Anda .... Wah, itu risiko saya sebagai seorang pemimpin. Saya mempunyai ide yang bisa saya sampaikan di suatu tempat yang tepat di New York. Karena itu, saya harus memanfaatkan peluang tersebut. Saya tentu tak perlu menunggu persetujuan dari semua anggota di Melbourne, Sydney, dan lain-lain. Setelah dijelaskan, Mau Hunu dan tokoh-tokoh lainnya setuju. Artinya Anda bertindak tanpa persetujuan? Oh, tidak. Ide itu sudah saya bicarakan lewat surat dengan Xanana selama dua tahun lalu. Xanana, dalam wawancara dengan sebuah majalah Portugal, setuju. Ini adalah cara penjajakan kemungkinan untuk mencapai titik temu dengan Indonesia. Dari Australia, Anda akan ke mana lagi? Saya akan ke Komisi Hak Asasi di Jenewa, bersama dengan tokoh-tokoh lain dari gerakan kami. Jose Amorin dari Belanda, Abe Barratu yang pernah belajar di Universitas Gadjah Mada, Jose Guterres dari Kanada, dan Nelson Sanctus dari Melbourne.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus