TAHUN lalu disepakati proyek urea di Indonesia. Para menteri
ekonomi ASEAN minggu lalu menyetujui satu lagi proyek urea di
Malaysia. Prosesnya berjalan lambat tapi, seperti Presiden
Soeharto mengamanatkannya, "maju dengan penuh hati-hati."
Tiga anggota ASEAN lainnya -- Singapura, Muangthai dan Pilipina
-- seyogianya juga mendapat proyek industri bersama. Ternyata
tidak semua bisa disetujui serentak, karena anggota bersangkutan
terlambat menyelesaikan studi penjajagan kemungkinan proyeknya
seperti Muangthai dengan abu-soda Pilipina dengan superposfat
dan Singapura dengan diesel.
Tapi keterlambatan feasibility study itu juga disebabkan
kepentingan nasional konflik dengan kepentingan regional. Proyek
diesel, umpamanya, telah menjadi persoalan bagi Singapura karena
ada desakan dari keempat negara lainnya supaya dibatasi
pembuatan mesinnya untuk 200 tenaga kuda ke atas. Pembatasan itu
bertujuan melindungi industri negara anggota supaya tidak
disaingi oleh investasi ASEAN. Kini semua anggota berlomba
membangun industri diesel masing-masing. Maka masalah satu lagi
industri diesel sebagai proyek bersama untuk Singapura masih
menjadi tandatanya besar.
Bukan Nonsens
Para menteri ekonomi ASEAN telah bersidang secara marathon
selama 2 hari di Hotel Indonesia Sheraton, Jakarta. Pada akhir
sidang ke-VI itu, Rabu dinihari pk. 01.30, mereka muncul di
depan pers dengan wajah yang kelihatan lesu. Namun hasil sidang
itu masih tetap mencerminkan hasrat untuk kerjasama ekonomi yang
sering ditanggapi skeptis oleh sebagian pers Barat. The
economist (13 Mei), umpamanya, menulis "Sebagai suatu
organisasi ekonomi, ASEAN adalah nonsense. Kelima negeri ini
tidak bisa menjumpai pasaran utama mereka di lingkungan mereka
sendiri. Tapi sebagai suatu kelompok politik, ia menjadi penting
di dunia .... "
Pasaran utama itu ternyata diusahakan terus. Ini terbukti dari
kesediaan kelimanya untuk memperluas preferential trade
arrangements, bertujuan mengurangi tarif impor supaya volume
dagang antar-ASEAN meningkat. PTA itu yang tadinya mencakup 71
macam komoditi sudah disetujui untuk ditambah dengan 755 lagi.
Untuk menambahnya pun sudah dijumpai mekanismenya, antara lain
tiap negara anggota dimungkinkan untuk menawarkan tambahan
sedikitnya 100 jenis pada sidang berkala Komisi ASEAN tentang
Perdagangan dan Pariwisata.
Tak kalah pentingnya dari sidang ke-VI itu ialah kesepakatan
untuk membentuk sistem koordinasi regional untuk cadangan beras.
Ini tentu bertujuan saling membantu antara sesama anggota bila
ada kesulitan membeli bahan pangan itu, sebagaimana tadinya
diputuskan untuk bahan bakar.
Para Menteri Luar Negeri ASEAN menjelang akhir minggu ini
bertemu di Pattaya, Thailand, untuk mengukuhkan persetujuan
ekonomi di Jakarta ini. Sementara itu reaksi dari Tokyo
menggembirakan, terutama mengenai disetujuinya kedua proyek
ASEAN itu yang sebagian pembiayaannya memerlukan bantuan kredit
Jepang. PM Fukuda dalam perlawatannya ke negara-negara ASEAN,
Agusrus '77, membayangkan bahwa kredit itu akan tersedia. Ini
pasti bukan nonsens.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini