SEDIKITNYA mereka sudah berjanji. Dan janji mereka berupa suatu
strategi untuk menyehatkan kembali ekonomi dunia telah memberi
harapan. Dalan pengertian ini KTT 7 negara (AS, Inggris Raya,
Kanada, Perancis, Italia Jerman Barat dan Jepang) di Bonn
(16-17 Juli) pada hakekatnya berhasil. Tak banyak alasan untuk
menyangsika bahwa semua janji itu -- terutama da AS, Jerman
Barat dan Jepang -- akan diwujudkan.
Ketujuhnya, yang mengadakan puncak untuk keempat kalinya,
menyinggung hal-hal yang bersangkutan dengan pertumbuhan,
inflasi, moneter, tenaga dan perdagangan dalam satu paket.
Unsur terpenting dalam konsensus mereL berkisar pada --
Kesediaan AS untuk menetapkan kerangka kebijaksanaan energi
tahun ini juga yang bertujuan meninggikan harga minyak domestik
ke tingkat harga dunia tahun 1980, dan mengurangi impor minyak
dengan 2,5 juta barrel sehari pada tahun 1985 dari tingkat
impornya sekarang yang 12 juta barrel sehari.
-- Jerman Barat akan meminta dewan legislatifnya untuk mensahkan
dalam Agustus ini langkah-langkah guna meningkatkan pertumbuhan
dan meluaskan permintaan --berarti pintu pasarnya lebih dibuka
-- sampai dengan 1% dari GNP-nya.
-- Jepang menegaskan kembali tujuannya untuk meningkatkan
pertumbuhan 7%, menambah impor dan mengurangi surplus neraca
pembayarannya.
-- Kanada dan AS akan tetap sebagai pensuplai nuklir yang bisa
dipercaya, guna mencegah kemunduran kelompok negara-negara
industri itu dalam pembangunan tenaga nuklir.
-- Mendukung kemajuan di Tokyo round, perundingan dagang
multilateral. Supaya perundingan itu berakhir dengan sukses
Desember nanti ke arah liberalisasi perdagangan, mengurangi
kecenderungan proteksionisme.
Berbeda dengan puncak setahun lalu di London, sekali ini
ketujuhnya berhati-hati mengucapkan apa yang akan diberlkan
masing-masing. Ada kesadaran mengenai kritik pendapat umum
tentang kenapa ekonomi dunia menjadi lamban selama tahun-tahun
berakhir ini.
Presiden Carter, misalnya, menjelang puncak onn itu telah
dikecam karena AS boros memakai minyak di dalam negeri,
menyebahkan nilai dollar merosot dan tinggi inflasinya. Kanselir
Helmut Schmidt (Jerman Barat) telah dikecam karena terlalu peka
terhadap inflasi hingga permintaan pasar domestiknya dibatasi,
menyebabkan mark yang kuat itu kurang menyumbang untuk
menggairahkan ekonomi negara-negara lain. Sedang PM Takeo
Fukuda, karena ekspor Jepang terlalu agresif, telah dikritik
karena belum cukup membuktikan kesungguhan untuk mengurangi
surplusnya (lihat Pasar Modal). "Kita jangan mengharapkan
sesuatu keajaiban di sini," kata Fukuda ketika menyimpulkan
betapa ketujuhnya berhati-hati. "Apa yang kita cari ialah
sekedar supaya kita harus berhenti mengkritik satu sama lain."
Memang mereka keluar dari puncak Bonn itu dengan menjalin
kembali persatuan, menimbulkan kesan bahwa mereka ingin
bekerjasama. Dan mereka sepakat untuk ber-KTT setahun lagi
mungkin di Tokyo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini