Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pengamat Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan salah satu dampak dari perubahan perilaku konsumen dalam memanfaatkan teknologi adalah merebaknya digitalisasi di dunia perbankan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Digitalisasi perbankan menurutnya mampu menjadi solusi dalam mempermudah layanan. Namun menurut Nailul, perbankan perlu menarik perhatian generasi Z dan milenial dengan sungguh-sungguh membuat sistem yang mudah dan praktis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita dihadapkan dengan pola konsumsi yang telah berubah. Sudah banyak perbankan yang bertransformasi namun tantangan berikutnya bagaimana menarik gen z dan milennial yang ingin segalanya praktis dan nggak ribet," ujar Nailul dalam diskusi Peran Digitalisasi Perbankan dalam Keamanan dan Kenyamanan Korporasi yang diadakan Tempo di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa sore, 21 Juni 2022.
Salah satu cara agar menarik perhatian generasi z dan milenial, menurut Nailul adalah menjadikan seluruh sistemnya beroperasi secara online. Tetapi, kata dia, apakah perbankan siap dalam menghadapi transformasi tersebut.
Ia mengatakan berdasarkan data yang dihimpun Indef tahun 2019, orang yang berkunjung ke kantor cabang bank sekali dalam satu bulan presentasenya mencapai 58 persen. Sedangkan nasabah yang tidak sama sekali berkunjung ke kantor cabang bank jumlahnya 13 persen.
"Mereka rata-rata pindah ke mobile banking. Mereka bertransformasi," tuturnya.
Hal tersebut kata Nailul menunjukkan bahwa perbankan dituntut untuk beradaptasi dengan cepat akan kebutuhan layanan yang baru berupa sistem digital yang tidak memerlukan interaksi secara langsung atau offline.
"Butuh buka tabungan tapi ga perlu lagi akad offline, tapi mungkin via WhatsApp call. Perubahan seperti itu yang ingin diadaptasi oleh gen z dan millennial karena mereka inginnya praktis dan nggak ribet," ujarnya.
Adapun Tan Jackie Chan, Head of Digital Channel Division Bank Tabungan Negara (BTN) mengatakan saat ini jumlah transaksi digital di BTN telah mencapai 97 persen. Ia mengatakan BTN akan terus meningkatkan perfoma dan inovasinya di bidang digitalisasi perbankan untuk layanan properti, baik untuk nasabah, calon nasabah, maupun debitur.
"Kita terus mengembangkan hal-hal tersebut baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi dari strategi kita. Juga bekerja sama dengan pihak-pihak ketiga," tuturnya.
Selain itu, Amirul Wicaksono selaku Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI berujar perubahan perilaku konsumen di Jakarta yang kini lebih memilih melakukan pembayaran non-tunai menjadi tantangan tersendiri bagi Bank DKI. Maka menurutnya inovasi digital Bank DKI ditujukan untuk mendukung layanan publik di DKI Jakarta.
"Kami punya kewajiban mendukung transaksi di Jakarta maka digitalisasi yang dilakukan sejalan dengan visi jakarta," ucap Amirul.
Wakil Indonesia Financial Group (IFG) Hexana Tri Sasongko mengatakan digital banking tidak hanya membuat individu nyaman, tapi juga memudahkan interaksi korporasi dengan perbankan. Menurutnya, korporasi khususnya di bidang asuransinya dan penjaminan sangat dimudahkan dengan inovasi yang dilakukan perbankan.
"Lingkungan usaha, people behavior semua berubah. Sebagai holding yang bergerak di bidang asuransi dan penjaminan, kami juga merasakan Kemudahan interaksi dengan digital perbankan menjadikan lebih efisian, cepat, dan simple. Tidak perlu fisik, efisiensi menjadi hal penting di usaha kami karena kami juga menerapkan digitalisasi," ujar Hexana.