Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RONTOK sudah kepercayaan nasabah terhadap PT Wahana Bersama Globalindo. Padahal ”dapat dipercaya” merupakan nilai dasar perusahaan ini dalam memasarkan produk investasi yang diterbitkan Dressel Investment Limited, yang bermarkas di British Virgin Islands, Kepulauan Karibia, Amerika Selatan. Sejak akhir tahun lalu, perusahaan ini macet menyalurkan return investasi nasabahnya.
Didirikan di Jakarta pada 17 Februari 1997, PT Wahana berhasil menjaring 10 ribu nasabah di seluruh Indonesia. Sekitar US$ 385 juta atau Rp 3,5 triliun dana investor dapat diraup lewat larisnya penjualan produk Strategic Portfolio Management Scheme (Sportmans) dan Global Markets Portfolio (GMP).
Produk Sportsman bernilai investasi minimal US$ 5.000 dengan bunga 24 persen setahun. Nilai investasi GMP dua kali produk pertama, dengan bunga 28 persen per tahun. Tawaran yield atau imbal hasil yang lebih besar daripada bunga deposito inilah yang membuat nasabah kepincut. Menurut Manajer Komunikasi Pemasaran PT Wahana, Yolinda Sahelangi, ”Dalam perjanjian, kami tak pernah menetapkan berapa yield yang diterima nasabah.” Namun, apa lacur, nasabah telanjur mabuk kepayang dengan iming-iming bunga selangit.
Kedua produk itu termasuk jenis manajemen portofolio, sehingga Dressel Investment Limited, sebagai private portfolio management, berwenang penuh mengalokasikan dana nasabah ke beberapa sektor portofolio dengan target keuntungan tertentu per tahun. Selanjutnya, Dressel akan memberikan sebagian keuntungannya secara konstan kepada nasabah.
Seperti tertulis dalam profil perusahaan Dressel, instrumen investasi atau portofolio yang dimiliki perusahaan yang memiliki kantor administrasi di Amerika Serikat serta agen pemasaran resmi di Indonesia, Jepang, dan Meksiko itu tersebar di seluruh penjuru dunia. Di antaranya membiayai kegiatan operasional pabrik-pabrik potensial, budi daya rumput laut, tambang emas di Alaska, pembangunan properti di Cina, serta pembangunan infrastruktur berteknologi tinggi.
Brosur promosi Dressel juga mencantumkan profil pengurusnya. Misalnya Kenneth McCabe, sebagai Ketua Dewan Direksi Dressel Investment Limited, yang berpengalaman 40 tahun mengurus perusahaan keuangan di Amerika Serikat. Ada lagi Brian Childs, anggota dewan direksi, yang juga CEO beberapa perusahaan teknologi informasi. Atau David Thacker, anggota dewan direksi sekaligus presiden sebuah perusahaan pertambangan di Alaska, Kanada. Danny Wong, satu-satunya anggota dewan direksi asal Asia, kini juga menjabat presiden sejumlah perusahaan multinasional. Salah satu perusahaan biola miliknya ikut menikmati aliran dana investasi nasabah Dressel.
D.A. Candraningrum
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo