Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pengerjaan seksi III jalan tol Bocimi terancam macet karena restrukturisasi utang Waskita Karya.
Hutama Karya akan melakukan uji tuntas terhadap pengalihan jalan tol Bocimi.
Pengalihan proyek ini akan membebani keuangan Hutama Karya.
JAKARTA – Pengerjaan seksi III jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) milik PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang tersendat ada kemungkinan akan dilanjutkan PT Hutama Karya (Persero). Permodalan untuk seksi III jalan tol Bocimi yang menghubungkan daerah Cibadak dan Sukabumi Barat itu sempat terancam macet karena tekanan keuangan yang membebani Grup Waskita Karya selama masa restrukturisasi utang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Wahyu Utomo, mengatakan pemerintah masih mengkaji skema teknis untuk memasukkan Hutama Karya dalam pengerjaan proyek tersebut. "Yang pasti pembangunannya dilanjutkan dengan skema alternatif. Jadi, Hutama akan membantu penyelesaian konstruksinya," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jalan tol Bocimi dikelola Grup Waskita Karya melalui anak usahanya, PT Trans Jabar Tol, dengan masa konsesi 45 tahun. Kebutuhan investasi untuk ruas tol yang masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) ini diperkirakan mencapai Rp 7,7 triliun. Terkoneksi dengan jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi), jalan tol Bocimi dirancang untuk memotong waktu tempuh Bogor-Sukabumi yang semula empat jam menjadi dua jam.
Baca juga: Kembang-kempis BUMN Karya
Jalan tol Bocimi terdiri atas empat seksi. Pembangunan seksi I Ciawi-Cigombong sepanjang 15,3 kilometer sudah selesai dan dioperasikan Trans Jabar Tol sejak Desember 2018. Adapun pengerjaan seksi II sepanjang 11,9 kilometer dari Cigombong ke Cibadak, yang awalnya ditargetkan selesai pada Desember 2022, masih berlangsung hingga kini. Padahal Waskita sudah mendapat penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 637 miliar pada 2021 untuk menggarap seksi tersebut.
Dari catatan KPPIP, terdapat sejumlah penyesuaian dalam rancangan teknik akhir seksi II Cigombong-Cibadak. Salah satu penyesuaian yang krusial adalah penambahan fondasi tiang pancang dan pengerukan tanah. Kondisi hujan ekstrem menjelang akhir 2022 juga menghambat pengerjaan proyek sehingga penyelesaiannya diprediksi tertunda hingga tahun ini.
Sejumlah kendaraan memadati ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) di pintu keluar gerbang tol Parung Kuda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, 25 April 2023. ANTARA/Arif Firmansyah
Sedangkan seksi III jalan tol Bocimi yang terancam terbengkalai adalah seksi Cibadak-Sukabumi sepanjang 13,7 kilometer. Pembebasan lahan untuk jalur tersebut sudah dimulai, tapi permodalannya macet karena restrukturisasi utang Waskita Karya. Merujuk pada laporan keuangan kuartal I 2023, total liabilitas Waskita Karya—termasuk utang usaha—naik dari Rp 83,98 triliun per 31 Desember 2022 menjadi Rp 84,37 triliun. Waskita juga terbebani kewajiban pembayaran utang jatuh tempo sebesar Rp 5,4 triliun pada 2023, yang terdiri atas utang obligasi Rp 3,6 triliun dan pinjaman Rp 1,8 triliun.
Grup Waskita masih menangguhkan pengucuran investasi baru untuk jalan tol selama masa penundaan pembayaran kupon obligasi yang sudah jatuh tempo (standstill).
Menurut Wahyu, pemilihan Hutama Karya diputuskan Kementerian Badan Usaha Milik Negara, dengan dukungan kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dia enggan berkomentar perihal target baru pembangunan seksi III jalan tol Bocimi. "Revisi master restructuring agreement (perjanjian restrukturisasi induk) proyek itu sedang diajukan," tuturnya.
Baca juga: Korupsi Berjemaah Proyek Fiktif
Adapun Direktur Operasi III PT Hutama Karya, Koentjoro, mengatakan pembahasan mengenai pengerjaan seksi III jalan tol Bocimi dengan Grup Waskita masih berada pada tahap awal. "Akan ada due diligence (pengujian tuntas) soal legalitas dan skema pengalihan tersebut," ucapnya kepada Tempo, kemarin. Proses pengujian itu pun harus direstui pemerintah, yang memegang saham Dwiwarna Hutama Karya.
Sementara itu, bila menyangkut jalan tol Trans Sumatera, kata Koentjoro, perusahaan selalu mengoptimalkan penggunaan PMN sembari meminimalkan pinjaman baru. "Kalau soal Bocimi, skema permodalannya akan menunggu kajian dan arahan dari pemerintah." Hingga berita ini ditulis, pertanyaan tertulis Tempo kepada sejumlah pejabat Kementerian BUMN dan Kementerian Pekerjaan Umum soal kelanjutan jalan tol Bocimi belum berjawab.
Baca juga: Kejar Target Sambung Sumatera
Membebani Keuangan Hutama Karya
Peneliti BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menduga Hutama Karya dipilih karena adanya potensi pendanaan baru dari hasil divestasi tiga proyek jalan tol. Sejak paruh kedua 2022, Hutama sudah siap melego jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, serta Medan-Binjai, yang nilai totalnya ditargetkan sebesar Rp 34 triliun. Selain itu, Hutama sudah memperoleh suntikan PMN senilai Rp 31 triliun pada 2022.
"Mungkin itu alasan Hutama Karya diusulkan menggarap proyek Waskita," kata Toto. "Namun beban Hutama tetap besar untuk mengerjakan megaproyek jalan tol Trans Sumatera."
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas), Yusuf Wibisono, menganggap proyek warisan Waskita Karya tersebut ibarat pisau bermata dua bagi keuangan Hutama Karya. Pasalnya, pendapatan Hutama Karya dari pengoperasian sejumlah ruas tol Trans Sumatera masih di bawah ekspektasi. Menurut dia, proyek baru justru berpeluang menebalkan kerugian, terutama bila rasio modal jauh di bawah pendapatan.
"Seharusnya regulator tidak memaksa Hutama Karya mengambil alih sisa jalan tol Bocimi. Lebih baik menunggu sampai restrukturisasi utang Waskita selesai."
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo