Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Riau menemukan lima ekor sapi di Rokan hulu terjangkit virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Temuan tersebut dibuktikan oleh Laboratorium Balai Veteriner Bukittinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah terbukti terjangkit PMK kelima ekor sapi segera diisolasi oleh petugas. Penemuan bermula setelah didapati adanya gejala-gejala PMK pada sapi tersebut. Adapun dari ciri-ciri dari hewan ternak terjangkit PMK yakni demam, luka pada mulut seperti sariawan dan kaki serta air liur keluar berlebihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh Fara Linda Sari menyebutkan dari hasil investigasi sapi-sapi ini didapatkan dari Sumatera Utara pada bulan Ramadan lalu.
Sejak hari kedua Idul Fitri telah tampak gejala pada sapi-sapi tersebut, kemudian dilakukan pengobatan serta diisolasi. "Sebetulnya memang obatnya tidak ada, tapi kami memberikan terapis suportif dengan pemberian vitamin dan antibiotik untuk sapi ini," ucap Fara saat ditemui Tempo.co di Pekanbaru, Riau pada Senin 24 Mei 2022.
Meski virus PMK tidak menular pada manusia, namun Fara menyebutkan virus tersebut bisa menular pada hewan lainnya melalui daging dan air susu ternak yang terjangkit.
"Walau tak menular ke manusia, sebaiknya sapi yang terinfeksi direbus terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Sebab ditakutkan bila segera dicuci darah-darahnya bisa menular ke ternak lain," katanya.
Fara menghimbau untuk saat ini sebaiknya tidak membeli sapi dari daerah yang tertular. Saat ini tercatat 15 provinsi di Indonesia yang sudah tertular PMK, dan di daerah Aceh dan Jawa timur telah ditetapkan sebagai wabah.
"Penutupan lalu lintas untuk masuknya ternak dari luar sudah kami lakukan. Sebetulnya peternakan sapi dari luar boleh masuk dengan persyaratan ada rekomendasi dari kami dahulu. Selain itu harus masuk ke holding ground Dinas Peternakan untuk diobservasi selama tujuh hari," kata Fara.
ANNISA FIRDAUSI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.