Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Dirut Pupuk Kaltim: Harga Pupuk Makin Gak Karuan, tapi Tahun Ini Mulai Turun

PT Pupuk Kalimantan Timur, Rahmad Pribadi optimistis harga pupuk akan terus turun dan terjadi rasionalisasi harga pupuk secara global.

29 Maret 2023 | 18.59 WIB

Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi. TEMPO/Anton Aprianto
material-symbols:fullscreenPerbesar
Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi. TEMPO/Anton Aprianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), Rahmad Pribadi mengungkapkan tren harga pupuk di Tanah Air sempat merangkak naik sejak awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020. Namun, ia mengklaim harganya tahun ini melandai.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Sempat terus merangkak naik ketika terjadi perang Rusia Ukraina, harganya makin gak karuan," tuturnya dalam konferensi pers di The Longham Jakarta pada Rabu, 29 Maret 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia menjelaskan saat perang Rusia dan Ukraina terjadi, imbas yang paling terasa adalah pada kenaikan harga pupuk. Sebab, panasnya kondisi geopolitik antara dua negara tersebut membuat harga bahan baku gas melonjak. Karena itu, Rahmad menuturkan kenaikan harga tertinggi terjadi pada pupuk urea atau nitrogen.

"Ketika perang itu terjadi, yang pertama kali terdampak adalah harga gas. Makanya pupuk berbasis nitrogen melonjak tinggi," ucapnya. 

Kendati harga pupuk sudah berangsur turun, menurut Rahmad, tren penurunannya masih lambat. Ia berujar penurunan harga pupuk ini tak secepat kenaikannya. Tetapi dia optimistis harga pupuk akan terus turun dan terjadi rasionalisasi harga pupuk secara global.  

Seiring penurunan harga pupuk dunia, ia mengatakan harga pupuk urea nonsubsidi sudah turun sebesar 12 persen. 

Sebelumnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen pupuk ini menyatakan harga pupuk melonjak 30 persen kebutuhan fosfor dan kalium dipasok oleh Rusia dan Belarusia. "Jadi bisa kebayang selama perang kemarin sepertiga kebutuhan dunia itu hilang? Jadi otomatis harganya itu gila-gilaan," tutur SVP Corporate Secretary PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana, Senin, 13 Maret 2023. 

Wijaya menjelaskan deposit fosfor dan kalium sangat kecil sehingga tidak bisa menjadi bahan baku untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional. Jadi, kata dia, kalau normalnya pupuk NPK dihargai US$ 300-400 (sekitar Rp 4,6,6,1 juta) per ton, harganya sempat menyentuh US$ 1200 (sekitar Rp 18,4 juta) per ton.

Sementara itu, Wijaya menyebut pihaknya sudah sepakat dengan beberapa perusahaan Rusia untuk menyediakan kalium. Perseroan juga mencari sumber bahan baku lainnya, khususnya kalium dan potasium.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus