Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palu - Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sulawesi Tengah, Arnol Firdaus Bandu, menyatakan pihaknya telah menurunkan tim untuk menginvestigasi penyebab kecelakaan kerja di ledakan tungku smelter di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali pada Ahad pagi lalu, 24 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arnol menyebutkan, tim Kemnaker telah bergabung bersama pihaknya untuk melakukan investigasi bersama di kawasan industri tersebut. Pemerintah akan berfokus pada tiga aspek yakni lingkungan, tenaga kerja dan peralatan sehingga. Dengan begitu, proses pendalaman butuh waktu yang cukup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun untuk sementara para saksi dan korban belum bisa dimintai keterangan sepenuhnya karena mereka sedang mengalami trauma dan masih dalam perawatan medis. "Tentunya kami melakukan kerja ini secara profesional," ujarnya.
Dalam mengevaluasi aspek lingkungan, kata Arnol, investigator tidak cukup hanya melihat kondisi internal kawasan industri di IMIP, tapi juga lingkungan eksternal. "Aspek lingkungan menyangkut infrastruktur dan penataan ruang juga menjadi perhatian apakah memadai dan nyaman bagi pekerja atau tidak, serta apakah infrastruktur yang ada sebanding dengan nilai investasi atau tidak," ujarnya.
Arnol pun meminta pihak perusahaan kooperatif dalam mengakomodasi hak-hak karyawan yang menjadi korban dalam insiden itu.
Lebih jauh, Arnol memastikan penyelidikan dilakukan secara komprehensif, termasuk manajemen penerapan aspek teknis keselamatan, kesehatan kerja lingkungan hidup (K3LH), karena aspek dapat mempengaruhi kecelakaan.
"Selama proses investigasi, kegiatan industri di lokasi kecelakaan kerja dihentikan sementara guna mempermudah proses penyelidikan secara detail," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Media Relations Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Dedy Kurniawan mengatakan pihaknya telah menanggung seluruh biaya perawatan dan perawatan korban pasca kecelakaan, serta santunan bagi keluarga korban.
Dedy menjelaskan bahwa tungku smelter No. 41 di lantai 2 yang terbakar, awalnya masih ditutup untuk operasi pemeliharaan. Saat tungku tersebut sedang tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, terdapat sisa slag atau terak dalam tungku yang keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar di lokasi.
Dinding tungku lalu runtuh dan sisa terak besi mengalir keluar sehingga menyebabkan kebakaran. Akibatnya, pekerja yang berada di lokasi mengalami luka-luka hingga korban jiwa. Tercatat, per hari ini, ada 18 orang korban yang meninggal yang terdiri dari 10 orang tenaga kerja Indonesia dan 8 tenaga kerja asing (TKA) asal Cina.
Adapun Kementerian Luar Negeri Cina sebelumnya telah meminta Kedutaan Besar Cina di Jakarta untuk mengaktifkan prosedur tanggap darurat seusai kecelakaan kerja yang terjadi PT ITSS di Morowali, Sulawesi Tengah.
Kemenlu Cina menginstruksikan Kedutaan Besar Cina di Indonesia untuk segera memverifikasi situasi dan menangani kecelakaan tersebut. "Kedutaan segera mengaktifkan mekanisme tanggap darurat dan menghubungi pihak terkait untuk berupaya semaksimal mungkin menyelamatkan dan merawat korban luka," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Mao Ning, saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Cina pada Senin lalu.
Mao Ning menyatakan pihaknya turut berduka atas korban meninggal dunia dan luka. "Dan menyampaikan belasungkawa kepada para korban," katanya.
Kementerian Luar Negeri Cina, kata Mao Ning, terus berkoordinasi dengan lembaga pemerintah lainnya serta pemerintah daerah terkait kecelakaan itu.
"Kami juga mengistruksikan untuk serta mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut. Kedutaan Besar Cina di Jakarta juga memberikan arahan kepada perusahaan terkait mengenai pengaturan tindak lanjutnya," ucap Mao Ning. Adapun pemerintah Cina akan tetap menjalin komunikasi yang erat dengan pemerintah Indonesia untuk memastikan semua hal dapat ditangani dengan baik.
Kepala Divisi Media Relations Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Dedy Kurniawan mengatakan manajemen PT IMIP telah menanggung seluruh biaya perawatan dan perawatan korban pasca kecelakaan, serta santunan bagi keluarga korban.
Menurut Dedy, tungku smelter feronito No. 41 di lantai 2 yang terbakar, awalnya masih ditutup untuk operasi pemeliharaan.
Saat tungku tersebut sedang tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, terdapat sisa slag atau terak dalam tungku yang keluar, lalu bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar di lokasi. Dinding tungku lalu runtuh dan sisa terak besi mengalir keluar sehingga menyebabkan kebakaran. Akibatnya, pekerja yang berada di lokasi mengalami luka-luka hingga korban jiwa.
Saat ini, tim PT IMIP tengah berkoordinasi dengan pihak terkait, antara lain safety tenant, satuan pengamanan objek vital nasional (PAM Obvitnas) Kawasan IMIP, Polda Sulawesi Tengah, Danrem Tadulako, dan jajaran pemerintah Kecamatan Bahodopi dan Kabupaten Morowali.
ANTARA