Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah melemah ke level Rp 16.283 per dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan hari ini. Pengamat forex Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar menguat setelah pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data rupiah spot Bloomberg memaparkan rupiah melemah 4 poin dibanding penutupan sebelumnya. Ibrahim memprediksi pelemahan bakal berlanjut. “Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.270 - Rp.16.350 per dolar,” kata dia dalam analisis rutinnya, Kamis, 23 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelemahan rupiah seiring dengan menguatnya indeks dolar AS. Menurut Ibrahim sentimen yang memengaruhi pergerakan kurs di antaranya langkah Trump yang berencana mengenakan tarif 10 persen pada impor Tiongkok mulai 1 Februari 2025. Serta memperingatkan potensi pungutan pada Uni Eropa.
Trump bakal menambahkan tarif baru dan ancaman sanksi terhadap Rusia jika negara itu tak membuat kesepakatan untuk mengakhiri perangnya di Ukraina. Presiden AS itu juga berjanji untuk mengenakan tarif kepada Uni Eropa dan mengenakan tarif sebesar 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko. “Dia engatakan bahwa pemerintahannya sedang membahas bea masuk sebesar 10 persen terhadap Tiongkok karena fentanil dikirim ke AS dari sana. Pada hari Senin, ia juga mengumumkan keadaan darurat energi nasional.”
Hal itu menurut Ibrahim bertujuan untuk memberi Trump kewenangan untuk mengurangi pembatasan lingkungan pada infrastruktur dan proyek energi, serta mempermudah perizinan untuk infrastruktur transmisi dan jaringan pipa baru. Meskipun beberapa analis tetap skeptis terhadap laju peningkatan produksi minyak dalam waktu dekat.
Selain itu, pergerakan kurs juga dipengaruhi langkah bank sentral Jepang (Bank of Japan). BoJ diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada akhir pertemuan dua hari pada hari Jumat. Analis percaya bahwa data inflasi dan upah terkini telah menggembirakan dan mendukung keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga. “Laporan media telah menunjukkan BoJ kemungkinan akan mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada pertemuannya jika ekonomi mempertahankan pemulihannya,” ujarnya.