Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan Sistem Resi Gudang (SRG) untuk produk kelautan dan perikanan siap dilakukan di 15 cold storage atau gudang pendingin yang tersebar di berbagai kawasan pesisir di Republik Indonesia.
"Peran resi gudang ini sebagai jalan keluar," kata Edhy dalam acara peluncuran Pasar Laut Indonesia di Jakarta, Rabu, 19 Agustus 2020.
Menurut dia, saat ini masih banyak nelayan di berbagai daerah yang produk perikanannya susah untuk terserap dengan pasar sehingga berbagai produk yang mereka tangkap juga membutuhkan tempat penyimpanan yang baik seperti cold storage.
Untuk itu, Menteri Kelautan dan Perikanan juga menegaskan bahwa program seperti SRG ini benar-benar membutuhkan sinergi lintas kementerian sehingga jangan sampai ada produk nelayan atau pembudidaya yang terbengkalai.
Sementara itu, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo mengemukakan, resi gudang merupakan instrumen persediaan produk kelautan dan perikanan dalam negeri sekaligus sebagai metode untuk menjaga kestabilan harga.
"Skema resi gudang diharapkan membantu nelayan dan pembudidaya mendapat harga tawar yang lebih baik dan jaminan penyerapan pasar," kata Nilanto.
Nilanto memaparkan, SRG perikanan siap dilaksanakan di 15 unit cold storage, di mana 11 unit di antaranya milik BUMN Perinus, dua unit milik BUMN Perindo, dan dua unit milik KKP yang dikelola oleh koperasi nelayan.
Implementasi SRG Ikan dilaksanakan Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan bersama-sama dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) Kementerian Perdagangan.
SRG juga dinilai menjadi kebijakan dalam menyerap hasil tangkapan nelayan, meningkatkan nilai ekonomi komoditas ikan, kesejahteraan nelayan dan menjaga ketersediaan bahan baku bagi UMKM kelautan dan perikanan dan kebutuhan konsumsi.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Sidharta Utama juga menyatakan bahwa pemanfaatan SRG dapat bermanfaat antara lain untuk meningkatkan akses pasar, informasi sebaran, serta menjaga mutu serta nilai dari komoditas kelautan dan perikanan.
"Jumlah SRG sekarang lebih dari 120. Tingkat penggunaannya sudah lebih dari 40 persen, meningkat selama beberapa tahun terakhir," kata Sidharta Utama.
Ia mengutarakan harapannya agar tingkat penggunaan dari SRG termasuk di sektor kelautan dan perikanan juga bisa mencapai 100 persen ke depannya.
Melalui skema SRG pula, ujar dia, maka juga bisa dijadikan sebagai agunan bagi pinjaman perbankan sehingga menjadi instrumen pembiayaan yang menarik bagi petani dan nelayan, serta bisa menjadi alternatif solusi bagi nelayan dalam menghadapi fluktuasi harga ikan.
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini