Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Farindo, Siapa Punya

10 November 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Farallon Indonesia (Farindo) Investment, begitu nama lengkapnya. Maret lalu, dengan modal sekitar Rp 5,3 triliun, perusahaan itu memenangi tender 51 persen saham Bank Central Asia (BCA), yang memiliki kekayaan total sekitar Rp 104 triliun. Tawaran Farallon memang terhitung lebih menguntungkan ketimbang sejumlah investor lainnya seperti Standard Chartered Bank (Standchart) dan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Dana dari Farallon juga diakui sangat membantu keuangan BCA, yang saat itu sedang kembang-kempis. Pemilik baru di BCA itu dibentuk oleh dua konsorsium besar, yaitu Alaerka Investment dan Farindo Holdings. Komposisinya, 10 persen milik Alaerka Investment dan 90 persen milik Farindo Holdings. Alaerka Investment adalah milik Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono, keduanya pemilik pabrik rokok PT Jarum di Jawa Tengah. Sedangkan Farindo Holdings milik sejumlah perusahaan berikut ini: Farallon Capital Partners LP, Farallon Capital Institutional Partners LP, Farallon Capital Institutional Partners II LP, Farallon Capital Institutional Partners III LP, Tinicum Partners LP, dan Farallon Capital Offshore Investors Inc. Di tengah kemenangan itu, sejumlah kabar burung pun bertiup. Para pemenang tender itu disebut-sebut punya kaitan dengan dinasti bisnis Sudono Salim, pemilik lama BCA. Alaerka Investment dituding sebagai pemain yang bekerja untuk keluarga Salim. Namun, semua tudingan itu dibantah oleh pihak Salim, pun oleh pihak Alaerka Investment. Pada saat itu sejumlah pihak juga meragukan kesungguhan Farallon Capital dalam investasi ini. Pasalnya, Farallon cuma sebuah lembaga keuangan dan bukan sebuah bank besar yang berpengalaman dalam dunia perbankan. Desas-desus yang kemudian berkembang menyebutkan Farallon sebetulnya bekerja untuk pemilik lama BCA, yaitu dinasti bisnis Sudono Salim, yang dilarang membeli kembali bank itu dari tangan pemerintah. Tudingan itu seakan kian benar karena PT Rintis Sejahtera, salah satu tulang pendukung operasionalisasi bank itu, disebut-sebut milik keluarga Salim. Agustus lalu bahkan sempat beredar kabar Farallon bakal meninggalkan BCA dengan cara menjual sahamnya kepada pihak lain. Nah, diduga yang bakal menadah sahamnya itu adalah pemilik lama, yakni keluarga Sudono Salim. Tapi, sinyalemen itu ditepis oleh Raymond Zage, Direktur Utama Farindo Investment. Menurut dia, isu perubahan kepemilikan itu sama sekali tidak benar. Tetap ada dua investor dalam Farindo Investment, yaitu Alaerka Investment dan Farindo Holdings. “Tidak ada niat menjualnya,” ujar Raymond Zage kepada TEMPO. Bantahan juga datang dari Franciscus Welirang, salah seorang menantu Sudono Salim yang menjabat salah satu direktur di PT Bogasari. “Itu hanya isu yang sama sekali tidak benar,” kata Welirang. Menurut dia, keluarga Salim memang masih memiliki saham di BCA, tapi jumlahnya hanya sekitar lima persen. Mana yang benar, tak jelas memang. Tapi kejutan lain terjadi September lalu. BCA membagi-bagi dividen kepada para pemegang sahamnya. Farindo Investment mengantongi sekitar Rp 441 miliar dan BPPN, yang cuma memiliki 6,63 persen saham BCA, kebagian Rp 55 miliar. Sementara itu, niat investor baru tersebut menarik obligasi rekapitalisasi dari BCA sampai sekarang belum terlaksana. Padahal dalam waktu kurang dari setahun Farindo sudah mengantongi Rp 441 miliar—sekitar 8,5 persen dari total dana yang dikeluarkannya untuk membeli saham mayoritas di BCA. Wenseslaus Manggut, Levianer Silalahi, Agus S. Riyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus