Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Forum, Setelah Karni Diganti

Majalah Forum mengganti pemimpin redaksinya. Karena kinerjanya dianggap melorot atau soal lain?

8 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINGGU lalu, majalah Forum seperti biasa sudah muncul di perempatan-perempatan jalan Jakarta. Anak-anak pengasong di jalan menawarkan Forum yang edisi itu menampilkan liputan tentang anak jenderal yang terlibat dalam penjualan shabu-shabu.

Sepertinya tak ada yang berubah dari majalah dwimingguan yang sejak April lalu terbit setiap minggu itu. Susunan redaksi majalah yang mengkhususkan diri pada masalah hukum dan demokrasi itu juga tetap sama. Padahal, di dapur Forum telah terjadi pergantian cukup besar: Pemimpin Redaksi Karni Ilyas diganti oleh Noorca M. Massardi, yang sebelumnya menjabat redaktur eksekutif. Menurut sebuah sumber, inilah sebuah pergantian yang tak mulus dan pertama kali terjadi sejak kelahiran majalah itu sembilan tahun lalu.

Karni Ilyas, pemimpin redaksi Forum, Senin pekan lalu diturunkan dari kursinya dan "dibuang ke atas" sebagai komisaris. Adalah keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Forum Adil Mandiri yang mendongkel KI—panggilan Karni—dari jabatan yang sudah dipegangnya sejak tujuh tahun lalu itu. Benar bahwa rapat ini dihadiri oleh wakil dari Yayasan Keadilan (pemegang 5 persen saham), Yayasan Karyawan (20 persen), dan PT Larsha Karya Media. Namun, peran Rahmat Ismail, pemimpin perusahaan Forum yang punya 20 persen saham di PT Larsha, jelas amat dominan dalam keputusan tersebut. "Saya enggak nyangka," ujar Karni, mantan redaktur pelaksana Majalah TEMPO, menanggapi keputusan tersebut.

Memang sudah lama antara KI dan RI—singkatan Rahmat Ismail—ada ketidakcocokan. RI, salah satu eksekutif Grup Bukaka, tampaknya ingin terjun total di media massa. Adik penyair Taufiq Ismail yang orang tuanya punya harian Sinar Hari Shimbun itu juga punya saham di majalah Sabili dan majalah Sena. Ketika masuk Forum tiga tahun lalu, ia membawa beberapa orang sekondan, dengan gaji istimewa dibandingkan dengan yang lain. RI juga dituduh bertanggung jawab terhadap utang ke percetakan PT Temprint yang kabarnya sudah mencapai hitungan miliar.

Forum memang sedang menurun. Ketika TEMPO, Editor, Detik, dibredel pada 1994, majalah ini bisa menaikkan tiras sampai 120 ribu tiap kali terbit, dengan sekitar 35 halaman iklan. Di titik itu, Forum jelas punya laba tak sedikit. Namun, ketika banyak majalah sejenis lahir, ditambah krisis moneter, oplah Forum tersisa 60 ribu saja dengan 5-6 halaman iklan.

Seretnya pemasukan dari iklan ini mengkhawatirkan karena pada saat yang sama ongkos operasional jadi menggelembung setelah majalah ini menjadi mingguan. "Kami mengalami negative cash flow," kata RI. Menurut Karni, majalahnya membutuhkan dana segar paling kurang Rp 2 miliar agar tetap bertahan. Sumber TEMPO memperkirakan, jika situasi ini tak teratasi, Forum cuma bakal sanggup terbit sampai akhir tahun ini.

Soal tambahan dana inilah yang jadi sebab terdongkelnya KI. Penulis rubrik Catatan Hukum itu menginginkan agar uang itu ditambahkan oleh para pemegang saham dengan beberapa cara, misalnya menjual saham atau mengambil kredit bank. Namun, jajaran direksi lain menginginkan cara share holder loan, yaitu mereka memberi utang kepada Forum. "Kalau menambah modal kan uangnya hilang, tapi kalau utang kan harus dibayar lagi," ujar KI. Rupanya Rahmat tak setuju dengan penjualan saham. Alasannya, itu akan mengecilkan saham karyawan yang sudah dipatok 20 persen.

Entah mengapa, ketidakcocokan dalam RUPS yang akhirnya memutuskan cara share holder loan itu kemudian berakhir dengan pencopotan Karni. Alasan Rahmat, Noorca dipilih karena memang sudah dipersiapkan sejak dua tahun lalu. Selain itu, direksi merasa perlu melakukan regenerasi.

Regenerasi itu kelihatannya bukan alasan yang sesungguhnya. Sumber di sana mengatakan bahwa direksi menganggap KI "berkhianat" karena mencari surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP) baru bernama Forum Bangsa. Ironisnya, dalam SIUPP baru itu justru KI menyiapkan Noorca (dan redaktur Ivan Haris) untuk memimpin kapal baru nanti. KI memang menyiapkan sekoci baru untuk mengantisipasi seandainya Forum kolaps.

Banyak yang heran mengapa Noorca—pengamat film dan mantan pemimpin redaksi majalah Jakarta-Jakarta—yang terlibat dalam pembuatan SIUPP baru ini bersedia menggantikan KI. Bukankah dia seperti menusuk KI? Sumber lain mengabarkan, Noorca mau "naik" dengan memberi syarat: dukungan dari semua karyawan. Maka, sebuah referendum digelar sehari setelah itu. Hasilnya, mayoritas karyawan yang berjumlah 102 orang itu mendukung keputusan RUPS. Selesai? Tampaknya belum. "Selama empat bulan ini kami memilih bersikap wait and see," kata seorang wartawan.

Kalau soalnya penambahan modal, tentu solusi memecat pemimpin redaksi yang berurusan dengan pemberitaan ini sangat janggal kedengarannya. Apa pun alasan sebenarnya, seharusnya semua sudah ditimbang masak agar majalah kenamaan itu tidak oleng, apalagi sampai karam.

Wicaksono, Arif A. Kuswardono, Yayi Ichram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus