Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P. Sasmita menanggapi misi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Ganjar - Mahfud) khususnya soal target pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen. Misi itu terungkap dalam dokumen bertajuk 'Menuju Indonesia Unggul: Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari’.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam dokumen itu dijelaskan bahwa Ganjar-Mahfud memiliki strategi untuk keluar dari middle income trap secara inklusif. Caranya dengan meningkatkan peran koperasi dan UMKM, dukungan usaha baru di seluruh wilayah Indonesia, pemanfaatan infrastruktur, ekonomi digital, pengelolaan ekonomi hijau-biru, serta pertumbuhan industri manufaktur di 7,5-8 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Optimalisasi kawasan wkonomi khusus untuk mempercepat industrialisasi dan investasi,” tertulis pada dalam dokumen pada poin Pertumbuhan Ekonomi Rata-Rata Mencapai 7 persen, dikutip pada Senin, 23 Oktober 2023.
Menurut Ronny, angka pertumbuhan ekonomi 7 persen itu merupakan target yang sama dengan Presiden Joko Widodo alias Jokowi 9 tahun lalu, saat pemilihan presiden pada 2014. “Tak sekali pun tersentuh (target itu oleh Jokowi). Cukup sulit dicapai,” ujar Ronny saat dihubungi, Senin.
Sementara, kata dia, visi dan misi Ganjar-Mahfud belum terlalu tajam. Menurut Ronny, belum terlihat arah yang jelas dalam rangka menemukan sumber pertumbuhan baru untuk mencapai angka 7 persen tersebut.
Ditambah lagi, situasi saat ini kurang suportif, terutama dari sisi ekonomi global dan kondisi geopolitik dunia. Namun sebagai sebuah target, tentu angka tersebut tak bisa disalahkan. Sangat wajar untuk sebuah target dengan angkanya tinggi.”Setidaknya bisa dijadikan sebagai motivasi untuk terus bekerja keras menuju ke sana,” tutur dia.
Selanjutnya: Oleh sebab itu, untuk mencapai 7 persen...
Oleh sebab itu, untuk mencapai 7 persen pertumbuhan ekonomi tersebut, Ronny berujar, semua kontributor pertumbuhan harus tumbuh agresif. Mulai dari konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi, dan net export.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, misalnya harus terjaga dengan baik di atas 6-7 persen. Untuk bisa tercapai, inflasi juga harus terjaga di level moderat, tidak terlalu tinggi, sekitar 3 persenan. “Dengan keterjaminan availability komoditas pokok, stabilitas nilai tukar rupiah, dan stabilitas harga bahan bakar minyak (BBM),” kata Ronny.
Selanjutnya, belanja pemerintah juga harus ekspansif dan produktif. Termasuk belanja untuk proyek infrastruktur yang fungsional terhadap perkembangan ekonomi UMKM dan masyarakat pada umumnya.
Lalu, penerapan industrial policy yang terukur di sektor andalan. Misalnya, Ronny mencontohkan, sektor manufaktur, pertanian, dan pariwisata, yang didukung oleh pertumbuhan investasi yang agresif di atas 10 persen di berbagai sektor.
“Serta kebijakan moneter yang suportif terhadap dunia usaha, dengan suku bunga stabil di bawah 5 persen, sedikit di atas inflasi,” ucap Ronny. “Dan ini semua agak sulit dijalankan di saat kondisi seperti ini.”