Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Garuda Negosiasi Ulang Tarif Sewa Pesawat

Garuda Indonesia menegosiasikan kembali tarif sewa pesawat untuk menyiasati tren pelemahan rupiah dan kenaikan tarif bahan bakar.

17 Juli 2018 | 17.25 WIB

Pahala Nugraha Mansury, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ANTARA/Fajrin Raharjo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pahala Nugraha Mansury, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. ANTARA/Fajrin Raharjo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Farnborough - PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) atau Garuda menegosiasikan kembali tarif sewa pesawat untuk menyiasati tren pelemahan rupiah dan kenaikan tarif bahan bakar. Renegosiasi itu dilakukan Garuda dengan para lessor di sela Farnborough Airshow 2018 di Farnborough, Inggris, 16-22 Juli 2018.

Baca juga: Garuda Indonesia Segera Buka Rute Jakarta - Manila

"Ini terus membuat kami berupaya mengejar kesempatan-kesempatan apa lagi yang kami bisa lakukan untuk efisiensi dengan melakukan renegosiasi dan pembahasan dengan lessor dan pabrikan sehingga ke depan kondisi keuangan, khususnya efisiensi, bisa terus ditingkatkan," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury, Senin waktu London, 16 Juli 2018.

Negosiasi ulang kontrak-kontrak dengan pihak lessor, termasuk soal tarif sewa, terbukti berhasil menekan biaya operasional perseroan. Pada kuartal II/2018 misalnya, maskapai pelat merah yang menguasai 33 persen pasar domestik itu berhasil menurunkan biaya leasing US$2,5 juta-US$3 juta berkat renegosiasi dengan lessor.

Simak pula: Ibadah Haji 2018, Garuda Indonesia Perbanyak Tenaga Putra Daerah

Menurut Pahala, permintaan penyesuaian tarif sewa lazim dilakukan saat Garuda bertemu lessor untuk membicarakan terms and condition kontrak pada waktu-waktu tertentu.

Biaya sewa, biaya perawatan, dan bahan bakar pesawat Garuda ditutup dengan dolar Amerika Serikat. Akibatnya pergerakan kurs greenback akan berpengaruh terhadap keuangan perseroan yang sebagian pendapatannya dalam rupiah.

Pahala mengemukakan tak ada pembahasan rencana pemesanan pesawat kepada pabrikan maupun para lessor kali ini. Menurut dia, Garuda akan memprioritaskan peningkatan utilisasi armada yang ada. 

Emiten berkode saham GIAA itu saat ini mengoperasikan 202 unit pesawat yang 22 unit di antaranya dimiliki Garuda, sedangkan 180 unit selebihnya sewa (operating leased).

Perusahaan menargetkan utilisasi pesawat tahun ini 10 jam 24 menit setelah tahun lalu mencapai 9 jam dan 36 menit. Sementara hingga Februari 2018, utilisasi pesawat Garuda 9 jam 40 menit.

"Di Garuda saat ini mendekati 10 jam. Di Citilink bahkan di Juni sudah 10 jam. Ini kami perlu jaga terus untuk meningkatkan utiisasi pesawat sebagai alat produksi kami," ujarnya.

Setelah menunda jadwal pengiriman pesawat A330 NEO hingga akhir 2019, Garuda juga telah bernegosiasi dengan Boeing untuk menjadwal ulang pengiriman pesawat B737 Max 8.

Berdasarkan negosiasi, pesawat B737 Max 8 kedua dan lainnya akan dikirim pada 2020-2024 dari jadwal semula 2017-2019. Unit pertama telah tiba di Indonesia pada Desember 2017 dan telah dioperasikan Garuda pada Januari 2018 untuk rute domestik.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus