Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LANTAI Bursa Efek Indonesia geger, Senin pagi pekan lalu. Pasar baru saja dibuka, tapi saham duo Indofood sudah berguguran. Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (berkode INDF) sempat terjerembap ke level Rp 4.800, turun Rp 300 dari posisi akhir pekan sebelumnya. Malah saham PT Indofood Consumer Brand Product Sukses Makmur Tbk. (berkode ICBP) sempat menyentuh Rp 5.200, jauh di bawah harga penutupan pekan sebelumnya yang Rp 5.700.
Kabar buruk yang berembus dari Taiwan membuat kedua saham itu rontok. Pemerintah negeri itu mengumumkan penarikan Indomie—mi instan produksi PT Indofood CBP—dari pasar, Ahad pekan lalu. Badan pengawas obat dan makanan Taiwan menemukan kandungan methyl para-hydroxybenzoate (nipagin) dan natrium benzoat, dua bahan pengawet yang dilarang dipakai untuk makanan di Taiwan.
Investor panik. Aksi jual oleh investor asing deras, mencapai Rp 114,892 miliar. Broker yang aktif menjual saham Indofood antara lain Credit Suisse Securities, JP Morgan Securities, Macquarie Capital Indonesia, dan Deutsche Securities. Padahal Indofood CBP baru bergabung ke pasar modal pada 7 Oktober lalu. Tercatat sebagai emiten ke-14 dengan kapitalisasi pasar terbesar sebagai perusahaan yang mencatatkan sahamnya tahun ini.
Direktur Indofood CBP Taufik Wiraatmadja buru-buru memberikan klarifikasi melalui siaran pers. Ia mengatakan produk mi instan yang diekspor ke Taiwan telah memenuhi peraturan otoritas kesehatan Taiwan. ”Kami juga mengikuti panduan dan peraturan global yang ditetapkan Codex Alimentarius Commission, sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan,” kata Taufik.
Indomie memang andalan Grup Indofood. Bisnis mi instan itu memberikan kontribusi terbesar, yakni Rp 3,15 triliun atau 72,8 persen dari total penjualan per kuartal pertama tahun ini sebesar Rp 4,33 triliun. Pada periode ini, perusahaan milik Sudono Salim (Liem Sioe Liong) tersebut membukukan laba bersih Rp 368,06 miliar.
Kinerja Indofood CBP yang kinclong menopang pertumbuhan Grup Indofood secara keseluruhan. Per semester pertama ini, Grup Indofood CBP memberikan kontribusi terhadap penjualan bersih konsolidasi sebesar 47 persen, naik 43 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu. Dalam prospektus disebutkan penjualan bersih konsolidasi paruh pertama tahun ini Rp 18,12 triliun, atawa naik 0,2 persen ketimbang semester pertama tahun lalu.
Saat ini Indofood CBP memproduksi 11 miliar bungkus setahun—dengan tiga merek utama, yaitu Indomie, Supermi, dan Sarimi. Sebagian besar produk dipasarkan di dalam negeri. Cuma 4-5 persen yang diekspor ke lebih dari 50 negara, antara lain Amerika Serikat, Australia, Asia, termasuk Taiwan, Afrika, dan beberapa negara Eropa. Di dalam negeri, produk mi instan Indofood menguasai 70 persen pangsa pasar.
Sejak pekan lalu, Indofood menyetop pengiriman mi ke Taiwan. Ceruk bisnis mi instan di negeri itu sebenarnya lumayan. Setidaknya, ada 125 ribu tenaga kerja Indonesia biasa mengkonsumsinya. Toh, Komisaris Utama Indofood Franciscus Welirang optimistis, penghentian penjualan ke Taiwan tak mempengaruhi kinerja Grup Indofood. Sebab, porsinya sangat kecil, cuma 0,02-0,04 persen (2,5-5 juta bungkus) dari total penjualan 11 miliar bungkus.
Persoalannya, kata Franciscus, manajemen mesti bekerja keras memberikan penjelasan. ”Anda bisa lihat nanti seberapa cepat kami bekerja,” kata dia. Akhir pekan lalu, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Hong Kong menyatakan Indomie aman dikonsumsi.
Praktisi pasar modal Roland Haas menilai pelaku pasar akan merespons positif saham Indofood. Apalagi telah ada pernyataan aman dari beberapa negara. Artinya, saham duo Indofood diperkirakan akan ”sehat” kembali, selama tidak ada guncangan bursa regional atau global. Indikasinya sudah terlihat. Dalam perdagangan pada Jumat pekan lalu, saham Indofood CBP ditutup Rp 5.450, turun 1,8 persen. Sedangkan saham berkode Indofood stabil di posisi Rp 5.100.
Retno Sulistyowati
2002-2006 | |
Indofood | 90% |
lain-lain | 10% |
2007-2010 | |
Indofood | 70% |
Wings Food | 20% |
lain-lain | 10% |
EKSPOR | |
2009 | US$ 95 juta |
2010* | US$ 140 juta (target) |
PRODUKSI MI INSTAN NASIONAL Tahun Jumlah (ton) | |
2005 | 1 juta |
2006 | 1,3 juta |
2007 | 1,4 juta |
2008 | 1,5 juta |
2009 | 1,8 juta |
2010* | 1,8 juta |
CATATAN: KAPASITAS PRODUKSI NASIONAL 1,8 JUTA TON ATAU 24 MILIAR BUNGKUS PER TAHUN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo