Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Genjot Produksi, KKP Pasok 200 Juta Benih Ekor Ikan Air Tawar

KKP membuka peluang kerjasama dengan pemerintah daerah untuk membangun balai benih ikan.

20 Maret 2019 | 17.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Keramba ikan air tawar milik warga di danau Poso di Kelurahan Tantena, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 8 Maret 2016. Danau poso merupakan danau terbesar ketiga di Indonesia dengan memiliki panjang 32 km dan lebar 16 km. TEMPO/Fahmi Ali

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dipimpin oleh Menteri Susi Pudjiastuti membuka peluang kerjasama dengan pemerintah daerah untuk membangun balai benih ikan. Hal ini dilakukan untuk mencukupi tingginya kebutuhan benih ikan di sejumlah daerah minapolitan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tapi pemerintah daerah musti menyiapkan lahannya. Karena lahan untuk membangun balai benih ikan itu harus clean and clear,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto saat mengunjungi kelompok budidaya ikan Mina Lestari di Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, pada Rabu, 20 Maret 2019.

Slamet mengatakan, demi mengembangkan budidaya perikanan yang berkelanjutan, KKP tahun ini akan menyalurkan bantuan sebanyak 200 juta ekor benih ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan air laut. Hingga saat ini, Slamet mengklaim bantuan benih ikan tersebut sudah tersalurkan sekitar 30 persen.

Diberitakan Tempo.co sebelumnya, 200 juta ekor benih ikan itu terbagi dalam komposisi 24 persen benih ikan air tawar, 74 persen benih ikan air payau, dan 2 persen benih ikan air laut. Pada 2018, total bantuan benih ikan yang disalurkan mencapai 115,6 juta ekor (74,6 %) dari target 155 juta ekor.

Di Boyolali, KKP menyalurkan bantuan benih ikan lele sebanyak 300.000 ekor, 100.000 ekor benih ikan nila, dan 20 ton pakan ikan mandiri, untuk sejumlah kelompok yang tersebar di Kecamatan Sawit, Teras, Cepogo, Mojosongo, dan Ampel.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali Juwaris mengatakan, kebutuhan benih ikan air tawar di Boyolali mencapai sekitar 300 juta ekor per tahun. “Rata-rata baru tercukupi sekitar 160 juta ekor benih ikan per tahun. Jadi masih kekurangan sekitar 140 juta ekor benih ikan per tahun,” kata Juwaris.

Menurut Slamet, kebutuhan benih ikan di Boyolali memang tinggi. Sebab, Boyolali merupakan minapolitan berkategori A, pertumbuhan budidaya ikan air tawarnya terbilang pesat. Saat ini Boyolali menduduki peringkat kedua dalam hal memenuhi permintaan ikan air tawar di pasar Jawa Tengah.

Slamet berujar, peluang bisnis budidaya ikan air tawar masih sangat terbuka lebar. Pertumbuhan budidaya ikan air tawar secara nasional pada tahun ini meningkat 20 - 30 persen dibandingkan tahun lalu. Data dari KKP, pendapatan pembudidaya ikan air tawar juga terus merangkak dalam kurun empat tahun, dari sekitar Rp 3 juta pada 2016 menjadi Rp 3,3 juta pada 2019.

“Bisa kita lihat dari supply dan demand-nya. Di pasar, Harga ikan lele masih Rp 20.000 per kilogram, nila Rp 30.000 per kilogram. Ini berarti supply-nya belum memenuhi besarnya permintaan pasar,” kata Slamet. Selain untuk ketahanan pangan nasional, Slamet menambahkan, ikan air tawar juga berpeluang ekspor. “Lele, gurami, dan patin, sudah diekspor ke Eropa, Amerika, dan Timur Tengah dalam bentuk frozen (beku) maupun segar,” kata Slamet.

Menurut anggota Komisi IV DPR, Rahmat Handoyo, kekurangan benih ikan terjadi di hampir seluruh minapolitan di Indonesia. “Di samping menyalurkan bantuan berupa benih ikan secara langsung, alangkah baiknya kalau KKP juga membuat program penambahan balai-balai benih ikan,” kata Rahmat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus