Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Supermarket Giant yang dimiliki PT Hero Supermarket Tbk. akan menutup enam gerainya pada Juli mendatang sehingga menggelar diskon tutup toko. Keenam gerai Giant yang akan ditutup adalah Giant Ekspress Cinere Mall, Giant Ekspress Mampang, Giant Ekspress Pondok Timur, Giant Ekstra Jatimakmur, Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Ekstra Wisma Asri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain Giant, sudah ada beberapa gerai ritel di Indonesia yang bernasib sama dalam beberapa tahun terakhir. Toko ritel itu harus menutup gerainya dengan berbagai alasan, dari sulit bersaing dengan online shop sampai relokasi ke area yang lebih produktif. Berikut daftar gerai ritel yang tutup dalam dua tahun terakhir:
1. GAP
Di tahun 2018, brand asal Amerika Serikat ini menghentikan operasional mereka di Indonesia setelah PT Gilang Agung Persada sebagai pemegang hak operasional tidak memperpanjang kontrak kerja sama dengan GAP Inc. Lima gerai GAP yang tersebar di Jakarta, Bali, dan Surabaya pun ditutup.
2. New Look
Selanjutnya, ritel fesyen asal Inggris, New Look, menutup seluruh gerainya di Tanah Air per 19 Februari 2018. Di Indonesia, brand ini dipegang PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) dengan total 12 gerai. Gerai New Look antara lain ada di Senayan City, Pondok Indah mall, dan Paris Van Java.
Namun ternyata, tak hanya di Indonesia, sepanjang tahun 2018, hampir 100 gerai New Look di seluruh dunia terpaksa gulung tikar.
3. 7-Eleven
Perusahaan ritel global, 7-Eleven Inc juga mengakhiri perjanjian dengan PT Modern Sevel Indonesia sebagai entitas pengelola bisnis jaringan ritel 7-Eleven di seluruh Indonesia. Anak perusahaan PT Modern Internasional Tbk. (MDRN) itu menghentikan kegiatan operasional seluruh gerainya akhir Juni 2017.
Kala itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto angkat bicara terkait tutupnya 7-Eleven. Menurut Airlangga, penutupan seluruh gerai ritel itu akibat perencanaan bisnis pemilik saham yang kurang matang bukan karena lesunya pasar ritel.
Baca juga: Giant Ekspress Diskon Tutup Toko, Dari Minyak Goreng hingga Susu
Airlangga menyatakan, pemilik modal menanamkan investasi besar-besaran untuk merebut pangsa pasar terbesar. Sementara, kinerja penjualan tak mampu menutupi biaya operasional setiap gerai. Selain itu, kompetitor bisnis serupa berhasil menarik masyarakat dengan melakukan berbagai penyesuaian.
Ikuti berita tentang Giant di Tempo.co
BISNIS