Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Grab Inc dan Mastercard bekerja sama membangun sistem pembayaran digital melalui penerbitan kartu prabayar khusus untuk konsumen di Asia Tenggara. Kedua perusahaan itu mengincar dominasi pasar sistem pembayaran di Asia Tenggara lantaran menguasai 110 juta pengguna (Grab) dan 3 juta gerai mitra transaksi atau merchant (Mastercard).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kerja sama dengan Grab meningkatkan jangkauan kami secara signifikan di Asia Tenggara, sekaligus memperkuat misi kami untuk berekspansi dalam sistem pembayaran digital untuk konsumen dan merchant," demikian pernyataan Mastercard seperti dikutip Channel News Asia kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Grab dan Mastercard akan merilis kartu khusus untuk menjangkau konsumen yang selama ini tak terlayani oleh perbankan. Kartu ini menjadi perpanjangan fungsi GrabPay, uang elektronik yang dikembangkan Grab. Ada dua jenis kartu yang diterbitkan, yakni kartu fisik dan kartu virtual. Pengguna platform Grab dapat mengisi dana ke dalam kartu tersebut melalui agen, pengemudi Grab, atau merchant GrabPay. Dana itu bisa dipakai untuk bertransaksi di toko-toko yang menerima kartu kredit Mastercard.
Sejak didirikan enam tahun silam, Grab telah bertransformasi dari penyedia aplikasi pemesanan kendaraan menjadi perusahaan digital multilayanan. Grab kini menawarkan pengiriman makanan dan parsel, pinjaman mikro, hingga aneka jenis pembayaran. Di Asia Tenggara, Grab memiliki pesaing tunggal, yakni Go-Jek. Namun, di Asia, keduanya berhadapan dengan raksasa seperti Alibaba Group Holding Ltd, JD, dan Tencent Holdings Ltd.
Menurut Managing Director Senior Grab Financial, Ruben Lai, layanan kartu fisik dan virtual ini menyasar sekitar 400 juta konsumen di Asia Tenggara. Kartu-kartu ini akan tersedia pada paruh pertama 2019 di Singapura dan Filipina sebelum kemudian ke negara lain. "Untuk pertama kalinya, pengguna yang tidak memiliki rekening bank dapat menggunakan kartu virtual dan fisik untuk membeli barang secara online," kata dia.
Pada November lalu, Grab meluncurkan sistem pembayaran terintegrasi di aplikasinya. Layanan ini memungkinkan pengguna Grab di Singapura membayar makanan di restoran tertentu dengan menggunakan fitur tertentu di aplikasinya. Setelah bekerja sama dengan Mastercard, Grab berpeluang besar memperluas penggunaan sistem pembayaran GrabPay, dari Asia Tenggara hingga seluruh dunia.
Bagi masyarakat Asia Tenggara, kerja sama Grab dan Mastercard memberikan peluang bagi mereka untuk menikmati sistem pembayaran digital. Selama ini, masih banyak warga Asia Tenggara yang tak tersentuh layanan bank. Data Bank Dunia menyebutkan 71 persen warga Asia Tenggara masih menerima pendapatan secara tunai (uang kertas atau logam) dan membelanjakannya kembali secara tunai. Hanya 30 persen penduduk yang memiliki kartu debit dan 9 persen punya kartu kredit. Ini pasar yang diincar oleh Grab.
Dalam wawancara dengan CNBC, April lalu, Kepala Eksekutif dan Co-Founder Grab, Anthony Tan, menyatakan perusahaannya bisa mendominasi bisnis jasa keuangan berbasis aplikasi online di Asia Tenggara. Sejak mendapatkan pendanaan US$ 2 miliar dari Softbank dan Didi Chuxing, Grab membangun fitur e-wallet GrabPay dan Grab Financial Services pada akhir kuartal pertama tahun ini.
Tan pun sadar bahwa ambisi Grab bakal berbenturan dengan pesaing yang sudah lebih lama bermain di bisnis keuangan. Apalagi belakangan raksasa bisnis keuangan berbasis teknologi (fintech) asal Cina mulai masuk ke Asia Tenggara, seperti WeChat dan Ant Financial. Ketimbang bertarung, Tan memilih membuka ruang kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan itu. "Yang terpenting adalah bagaimana memecahkan masalah terbesar yang dihadapi kawasan ini bersama-sama." FERY FIRMANSYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo