DR Valentin Hernandez, Menteri Pertambangan Venezuela, tampaknya
akan rikuh menerima para tamu. Sebagai tuan rumah, wakil tetap
Venezuela dalam sidang OPEC itu tentu mendapat tugas agar
memperjoangkan naiknya harga minyak. Sama seperti Indonesia,
Aljazair dan beberapa negara OPEC lainnya, laju pembangunan
Venezuela banyak tergantung dari hasil tambang ini. Apalagi
nilai dollar AS melorot lagi.
Tapi apa mau dikata kalau dua raksasa OPEC -- Arab Saudi dan
Iran -kali ini malah bersatu menginginkan pembekuan harga minyak
yang ratarata $ 12,70 per barrel. Padahal berbeda dengan Arab
Saudi (8,5 juta barrel sehari), Iran yang kini memprodusir
sekitar 6,5-7 juta barrel sehari biasanya adalah pejong gigih
naiknya harga. Sikapnya yang lunak kali ini sungguh membuat
anggota lainnya merasa berabe.
Irak, yang bersama Aljazair dan Libya tergolong sayap 'keras',
kabarnya jengkel sekali akan sikap Shan Iran itu. Ada dugaan
Irak bersama Libia akan ogah-ogahan datang ke konperensi di
Caracas, ibukota Venezuela, yang akan dimulai 20 Desember ini.
Sebagaimana dikatakan seorang pejabat minyak Indonesia, wakil
Irak itu merasa "tak ada gunanya lagi berunding kalau dua besar
itu sudah pasti ingin harga beku." Kalau saja ada anggota yang
urung hadir - apalagi setingkat Irak dan Libia -- persatuan OPEC
pasti kembali terancam.
Tapi sikap lunak Iran itu sebenarnya sudah terasa sejak
pertemuan di Stockholm Juli lalu. Di sana Iran juga tak
kelihatan gigih lagi, dan pertemuan hanya mengukuhkan keputusan
sidang di Doha, ibukota emirat Qatar pertengahan Desember tahun
lalu. Yakni menetralisir berlanjutnya pasaran harga ganda yang
memgikan banyak anggota. Dan tiga pekan lalu, sekembali Shah
Iran dari Washington, ada pernyataannya yang menilai Iran kini
perlu "bernada rendah." Dalam suatu wawancara dengan Newsweek,
Shah antara lain menerangkan posisi Iran yang tak mau lagi
membawakan garis keras (hawkish) "Iran ingin memperbaiki
image-nya," kata Shah.
Pesawat Tempur
Beberapa pengamat menghubunghubungkan sikap lunak Iran dengan
keinginannya untuk membeli 160 pesawat jet tempur F-16 dari AS -
yang tehtu saja mereka bantah. Tapi yang agaknya pasti, dalam
konperensi di Caracas nanti suatu keputusan yang mirip dengan
hasil konperensi di Bali akan terulang lagi: pembekuan harga.
Menteri Pertambangan Sadli, yang ditemui Fikri Jufri dari TEMPO
sesaat sebelum bertolak menuju Caracas lewat Kairo akhir pekan
lalu, tak membantah kemungkinan itu. Tapi buru-buru ia
menambahkan: "diharapkan itu tak akan lebih dari enam bulan."
Maksudnya? Dr Sadli, bekas Presiden OPEC yang akhir-akhir ini
lebih sering ke luar negeri itu, menyatakar. akan berusaha keras
agar harga bisa dinaikkan sedikit di Caracas sekedar untuk
mengimbangi inflasi dollar. Tapi kalau toh tak berhasil, "kami
akan minta pengertian dua besar itu untuk menaikkan harga dalam
konperensi enarn bulan setelah Caracas. Berapa?
"Sekitar 5%," jawabnya. "Ini cukup adil dan harus diterima."
Bisa dipastikan banyak anggota lain akan setujudengan usul
minimal yang akan dibawakan wakil tetap Indonesia itu. Tapi
omong-omong, bagaimana pula efeknya pada laju pembangunan di
Indonesia bila harga beku? Berfikir sebentar, Sadli menjawab
pelan: "Yah, kita terpaksa akan ikat pinggang, apa boleh buat."
Pemasukan dari uang minyak selama tahun anggaran 1977/1978
tercatat sekitar $ 4,5 milyar. Dan produksi minyak di Indonesia
yang kini mencapai sekitar 1,7 juta barrel sehari menurut Sadli
akan turun sedikit (7%j selama tahun anggaran 1978/1979, akibat
belum-pulih-benarnya usaha pencarian sumur-sumur baru di
Indonesia. Denan kata lain, hadiah Natal yang mungkin sekali
akan keluar dari konperensi Ciracas untuk para konsumen di
Eropa, Jepang dan AS, diduga akan membuat sulit Indonesia untuk
menambah pemasukan uang dari hasil minyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini