Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Hanya lonjakan sesaat

Krisis teluk berdampak pada harga saham di bursa efek jakarta. bank menaikkan suku bunga, dan likui ditas diperketat. untuk memperbaiki harga saham bapepam menyiapkan petunjuk pelaksanaan.

19 Januari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA mencekam di sekitar Teluk Persia terbawa juga ke lantai Bursa Efek Jakarta. Perdagangan seperti tanpa gairah. Dan semua pihak berjaga-jaga bak tentara Irak menanti serangan rudal. Harga-harga saham pun merambat turun. Pelan tapi pasti. Memang ada sedikit gejolak di akhir tahun. Tapi tak bertahan lama. Waktu itu indeks harga saham melonjak sampai 417 lebih. Ternyata, ada yang menuduh bahwa gejolak itu bukan murni gelagat pasar. "Banyak yang mendongkrak harga," kata pengamat bursa, Kwik Kian Gie. Lonjakan harga itu terutama "diciptakan" oleh perusahaan sekuritas yang mempunyai simpanan saham. Pada akhir tahun, mereka mesti menutup laporan keuangan. Saham yang dimiliki biasanya dihitung berdasarkan harga pasar. Nah, jika harga pasar tinggi, ke dalam laporan bisa mereka cantumkan bahwa aktiva sahamnya bernilai tinggi. Jelas ini memperbaiki penampilan perusahaan dalam laporan keuangan. Jika ditelusuri naik-turunnya harga di hari-hari berikutnya, boleh jadi dugaan itu benar. Tepat setelah memasuki tahun baru, indeks yang mencerminkan harga seluruh saham tiba-tiba berbalik ke 400. Dari situ terus merosot sampai ke angka 394,8, Jumat pekan lalu. Sampai akhir tahun lalu, peraturan memang memungkinkan orang bermain-main dengan harga seperti itu. Namun, dengan berlakunya peraturan baru, 2 Januari lalu, para pelaku di bursa tak bisa lagi sembarangan. Tak kurang dari delapan pasal mengancam pelanggarnya. Peraturan ini pula yang diharapkan ikut memperbaiki harga. Tapi sejauh ini belum tampak hasilnya. Apalagi karena petunjuk pelaksanaan yang berupa Surat Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) belum juga keluar. Padahal, perangkat ini penting. Masih ada sekitar 45 aturan main yang mesti dirinci dari SK Menteri Keuangan Nomor 1548 Tahun 1990, yang jadi induknya. Membuat peraturan sebanyak itu bukan perkara gampang. Sejauh ini baru soal perdagangan block sale yang diselesaikan. Batasnya dinaikkan menjadi 200 ribu saham mulai Senin pekan ini. Jauh dari batas sebelumnya yang cuma 10 ribu. Di luar itu, masih ada lagi sekitar 75 formulir tetek-bengek yang harus dibuat modelnya. Sementara itu, Ketua Bapepam Marzuki Usman yakin, "Sampai akhir Januari paling tidak sudah ada beberapa yang jadi," katanya optimistis seperti biasa. Orang-orang Bapepam terpaksa berlomba dengan waktu. Misalnya, petunjuk pelaksanaan tentang tata cara pendaftaran perusahaan efek. Banyak yang diubah oleh peraturan baru. Tak dapat tidak, sekitar 240 pialang, pedagang, atau security house anggota bursa saat ini, mesti segera menyesuaikan diri. Belum lagi calon anggota baru yang membanjir. Jika tata cara penyesuaian itu tak segera dikerjakan, bisa saja terjadi kemacetan menjelang batas akhir: 2 Januari 1992. Yang juga mesti diatur lebih rinci adalah soal bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Menurut SK Menteri Keuangan tersebut, mereka tak boleh lagi bermain langsung di pasar modal. Untuk bank, mereka masih mendapat bagian sebagai Tempat Penitipan Harta atau Penanggung dalam penjualan obligasi. Yang lebih malang LKBB. Mereka tak bisa ikut mengais rezeki dari pasar. Padahal, dua tahun terakhir ini hampir 80% rata-rata omset LKBB yang aktif di bursa berasal dari pasar modal. Kini, jika masih ingin ambil bagian dalam pasar modal, baik bank maupun LKBB diharuskan mendirikan perusahaan terpisah lebih dahulu. Perusahaan baru inilah yang boleh bergiat di bursa. Memang masih ada waktu buat mereka untuk berpikir. Lagi pula, perlu proses. "Pemegang saham belum memutuskan apakah kami - akan terus atau tidak," ujar Djoko Wibowo, Presiden Direktur PT Merincorp. Perusahaan ini dimiliki oleh Bank Eksim. Jika melihat besarnya keuntungan dan omset yang membayang, tampaknya tak ada salahnya buat 13 LKBB maupun puluhan bank untuk terus berkecimpung di bursa. Lagi pula, bukankah optimisme masih ada? Dan saham baru juga masih terus dituang ke pasar. PT Merincorp, contohnya, sedang mempersiapkan penjualan saham milik Kalbe Farma, yang tergolong konglomerat juga. Dua perusahaan dari kelompok yang sama, Inter Delta dan Dankos, juga sudah masuk bursa. "Besarnya saham Kalbe yang dijual sekitar Rp 100 milyar," kata Djoko. Optimisme juga masih mewarnai opini Toyokazu Shirahata, Presiden Direktur PT Nomura Indonesia. Bahkan kini, manakala ekonomi dunia berada di bawah ancaman krisis Teluk. "Indonesia masih akan dipilih sebagai tempat investasi dalam bentuk saham," kata Shirahata yakin. Alasannya, Indonesia punya minyak. Jadi, meski resesi besar menghantam dunia, Indonesia akan tetap bertahan. Tapi, lembeknya bursa bukan cuma gara-gara ribut antara Saddam dan Bush. Masih ada soal besar di dalam. Tingginya suku bunga, sebagai buntut kebijaksanaan pengetatan likuiditas, tampaknya belum akan kendur. Selain itu, RAPBN yang disampaikan ke DPR pekan lalu tak menunjukkan adanya perubahan besar. Di sini, optimisme Shirahata luntur. "Banyak pengusaha kecil bisa bangkrut kalau situasi begini terus," tuturnya setengah meramal. Untuk sementara, prakiraan cuaca "mendung", walaupun tentu tak selamanya akan kelabu. Yopie Hidayat TABEL ------------------------------------------------------- INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK JAKARTA ------------------------------------------------------- . 26 Desember 1990 403,8 . 27 Desember 1990 410,6 . 28 Desember 1990 417,8 . 3 Januari 1991 408,5 . 4 Januari 1991 408,5 . 5 Januari 1991 404,8 . 6 Januari 1991 401,6 . 9 Januari 1991 399,1 . 10 Januari 1991 397,4 . 11 Januari 1991 394,8 ------------------------------------------------------

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus