Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Hari Ini di Tahun 1867: Kilas Balik Beroperasinya Jalur Kereta Api Perdana di Jawa

Inilah proyek pembangunan jalur kereta api perdana antara Semarang, Solo, hingga Yogjakarta di era kolonial Belanda.

11 Agustus 2022 | 22.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengunjung berfoto didepan Lokomotif uap C2728, yang diproduksi oleh Weks Spoor Amsterdam dan dioperasikan tahun 1919 di Museum Kereta Api Stasiun Willem I Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 25 Desember 2019. Stasiun Willem I Ambarawa ini dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg maatschappij (NIS) pada tahun 1907. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Semarang -Hari ini di tahun 1867 jalur kereta api pertama di Indonesia resmi beroperasi dan kelak ditetapkan sebagai Hari Perkeretaapian Indonesia.

Melansir laman Kemdikbud, jalur kereta api pertama di Indonesia ini dibangun masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Baron Sloet van de Beele dimulai pada 17 Juni 1864.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Proyek pembangunan rel kereta api antara Semarang, Solo, hingga Jogjakarta. Sejak bulan Agustus 1861 upaya persiapan yang dilakukan membuahkan hasil positif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sesuai arsip dari perusahaan kereta api Belanda, dalam sebuah persentasinya mengenai sketsa rel antara Samarang-Vorstenladen, oleh perusahaan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).

Perkeretaapian berorientasi pada tujuan ekonomi dan kebutuhan massal. Pada hari Jumat, di Kemidjen, rel pertama diletakkan sebagai pembuka proyek modernisasi transportasi ini. Seiring dengan pembukaan lahan dan persiapan stasiun, permulaan pembangunan rel ini faktanya hanya mencapai daerah Tangoeng di daerah Grobogan. Belum mengarah pada rute Solo ataupun Jogjakarta.

Hal ini ditengarai akibat tata geografis area yang akan dilalui rel kereta harus benar-benar dipersiapkan secara matang. Stasiun Samarang, atau lebih dikenal sebagai Kemidjen, merupakan stasiun pertama yang kini telah tiada keberadaannya. 

Faktor geografis wilayah Semarang yang menjadi penyebabnya. Baik terjadi akibat erosi rob, ataupun tenggelam karena perubahan iklim daerah pesisir. Hanya stasiun Tanggoeng, yang sampai saat ini tersisa dan dijadikan sebagai area cagar budaya perkeretaapian Indonesia. 

Seperti dilansir dari laman KAI.id, tercapainya pembangunan sistem perkeretaapian tersebut mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat kala itu. Hingga NISM secara bertahap membangun gedung perkantoran kereta api yang kini dikenal dengan Lawang Sewu.

Mengikuti kemudian, proyek pembangunan rel juga dikembangkan di Jakarta hingga Bogor (1872); rute Gundih ke Cepu (1903); rute Jogjakarta, Magelang, dan Ambarawa (1905); Jogjakarta, Srandakan, Brosot (1915); dan rute Solo, Wonogiri, dan Baturetno (1923). Semua bertujuan untuk mobilitas yang lebih cepat, baik dalam urusan distribusi sumber daya alam (tebu), ataupun komersil (penumpang).

Pengembangan sistem transportasi kereta api ini dalam perspektif positif tentu  dapat disyukuri. Rute-rute kereta api yang biasa dilalui adalah hasil dari proyek bangsa Belanda selama melakukan kolonialisasi di Indonesia. Baik dengan tenaga bayaran atau dari para pekerja paksa, semua berkontribusi untuk mewujudkan kehadiran jalur loko-loko uap di Pulau Jawa.

Walau seiring perkembangan waktu, banyak diantara rel yang dibangun kini dalam kondisi tidak aktif. Dengan berbagai macam faktor tentunya, dimana dalam sebuah proyeksi jangka panjang, rel-rel yang tidak aktif akan dimoderasi untuk berbagai pengembangan KAI lainnya. Pasti akan seru, bila kereta-kereta wisata diaktifkan diatas bantalan rel yang mengandung sejuta kisah sejarahnya.

Sebagai penggemar kereta api, setidaknya berpihak kepada situs-situs perkeretaapian Indonesia. Baik pemugaran, perbaikan, dan peremajaan, demi terjaganya kisah sejarah kereta api yang kita banggakan. Tidak dijadikan bangunan pribadi ataupun dihancurkan oleh pihak-pihak yang tidak memahami sejarah perkeretaapian Indonesia.

Tentu akan lebih baik jika dapat dikembangkan dengan berbagai konsep modern yang humanis dan edukatif untuk generasi muda saat ini, seperti di Museum Kereta Api Ambarawa yang mencatat jalur kereta api tua yang terawat baik.. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus