Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Hening, tanpa jreng-jreng

RCTI untuk pertama kali menyiarkan langsung pelaksanaan salat tarawih dari Masjidil Haram. Pihak Arab Saudi tidak memungut biaya. RCTI belum punya program khusus agama. Kesulitan mencari bentuk.

28 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAJAWALI Citra Televisi Indonesia (RCTI) rupanya ingin tampak lain di mata pemirsa. Merelay program salat tarawih dari Masjidil Haram, Makkah Al-Mukaromah. Waktunya: Selasa dini hari, sekitar pukul 00.30, 24 April 1990. Inilah acara yang dibalut keheningan. Sungguh berbeda dari acara-acara RCTI lainnya, yang hampir selalu hiruk-pikuk. Waktu itu, selain pagi masih amat sepi, selama dua setengah jam RCTI muncul tanpa nada dan gerak menggairahkan dari penyanyi bule. Adu jotos di atas ring dan dar-der-dor di antara jago tembak sejenak dibungkam. Selama itu pula, yang muncul di layar monitor adalah acara "Shalat Al-Tarawih" dan pembacaan Kitab Suci Quran dari Masjidil Haram. Boleh dibilang, pilihan ini menyimpang dari acara yang khas RCTI. Citra sebagai media elektronik "hiburan" yang cenderung agak genit sementara berubah. Buat RCTI sendiri, ini juga pengalaman baru. Malah, beberapa hari sebelum penayangan, Zsa Zsa Yusharyahya, Manajer Hubungan Masyarakat RCTI, dibuat kagum sendiri. "Ini surprise," kata Zsa-Zsa, gembira. Memang, sebagaimana diakui Zsa Zsa, RCTI hingga sekarang belum mempunyai program khusus agama. Tapi bukan berarti, "kami melupakan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan," ujar Zsa Zsa, berusaha meyakinkan. Katanya, informasi waktu salat lima waktu, yang selalu hadir di monitor pemirsa, adalah salah satu perwujudan semangat sila pertama Pancasila. Juga, penyiaran lagu-lagu Natal menyambut hari kelahiran Yesus. Bahkan, RCTI pernah menayangkan beberapa film kualitas impor mengenai sejarah Islam. "Memang porsinya masih kecil," kata Zsa-Zsa jujur. Kecilnya porsi keagamaan dalam program RCTI itu terutama lantaran materinya sulit dicari. Untuk meningkatkannya, RCTI sedang mencari bentuk program acara yang cocok dengan gaya televisi swasta itu. Pernah sekali waktu, RCTI berencana membikinnya sendiri. Wuah, ternyata biayanya mahal dan bentuknya pun masih direka-reka. Artinya, rencana itu masih sebatas rencana. Tapi RCTI tak kehabisan akal. Maka, pilihan jatuh pada salat tarawih dua setengah jam, yang terselenggara di negeri lahirnya Islam. Jarang-jarang siaran langsung macam ini hadir ke tengah umat. Satu kejutan juga. Memang, RCTI tidak mengirimkan reporternya langsung ke Arab. Tetapi biaya yang dikeluarkannya untuk menyewa satelit ke Indosat sudah merupakan upaya yang patut mendapat nilai. Adapun secara teknis, acara yang diliput oleh Televisi Kerajaan Arab Saudi -- begitu namanya -- akan dipancarkan melalui Intelsatnya Arab ke seluruh dunia. Lantas RCTI menangkapnya lewat Indosat, langsung menyiarkannya ke 125 ribu pelanggan dekoder. Untuk itu, RCTI sudah lebih dulu meminta izin ke Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta. Dan direstui. Bagi RCTII cara penyiaran peristiwa di luar negeri macam itu adalah soal biasa. Beberapa pertandingan olahraga tingkat dunia, tinju dan sepak bola, misalnya, juga dilakukan dengan cara yang sama. Bedanya, kalau menyiarkan pertandingan olahraga tingkat dunia, RCTI mesti bayar, kali ini gratis. Pemerintah Saudi memang tidak memungut biaya hak siaran untuk tarawih ini. Dan ini berlaku bagi semua negara yang ingin menyiarkannya. Adnan Baghdadi, Kuasa Usaha ad interim Kedubes Arab Saudi di Jakarta, menegaskan soal itu. "Kami merasa gembira ibadah Islam bisa disampaikan kepada umat Islam di Indonesia. Demi syiar Islam," kata Adnan. Menurut Adnan, sebenarnya Televisi Kerajaan Arab Saudi menyiarkan sepuluh hari terakhir tarawih Ramadan ke semua negara muslim, langsung dari Masjidil Haram di Mekah. Dan demi syiar itu, Pemerintah Kerajaan Saudi membuka kesempatan kepada semua negara untuk menyiarkannya. "Siapa pun boleh. Gratis!" kata Adnan tegas. Tapi ia tak tahu persis berapa negara yang siap mengambil bagian. Bahwa RCTI hanya menyiarkan tarawih hari terakhir, itu adalah semata-mata perkara biaya. Bagaimana dengan TVRI? Tampaknya, tidak akan ada tayangan khas seperti salat tarawih dari Masjidil Haram. Hanya, dalam acara keagamaan, TVRI memberikan porsi lebih besar, apalagi di bulan Ramadan. Selain menyajikan acara santapan rohani menjelang buka puasa dan bacaan Quran setelah Dunia Dalam Berita, TVRI pernah menayangkan film dokumenter mengenai kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia. Film itu milik Rabithah Alam Islami, organisasi Islam internasional yang berpusat di Mekah. Indonesia adalah salah satu anggotanya. Priyono B. Sumbogo, Moebanoe Moera, Ahmadie Thaha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus